Nilai Net Present Value NPV usaha perikanan pelagis kecil
Tabel 23 Nilai Benefit-Cost Ratio BC Ratio usaha perikanan pelagis kecil Usaha Perikanan
Standar RC
Keterangan Payang
1 1,36
Layak Pukat Pantai
1,60 Layak
Pukat Cincin 1,51
Layak Jaring Insang Hanyut
1,42 Layak
Sumber : Hasil analisis data lapang 2010 Tabel 23 menunjukkan usaha perikanan jaring insang hanyut JIH, payang,
purse seine, pukat pantai, layak dilakukan di perairan utara Aceh karena mempunyai nilai BC Ratio1. Usaha perikanan pukat pantai, pukat cincin, dan
jaring insang hanyut JIH mempunyai nilai BC Ratio tinggi yaitu berturut-turut 1,60, 1,51, dan 1,42. Hal ini berarti bahwa penerimaan usaha perikanan pelagis
kecil ini dapat dengan mudah menutupi semua pembiayaan yang dikeluarkan untuk operasi penangkapan ikan di perairan utara Aceh. Untuk pukat pantai
misalnya, setiap 1 satu satuan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha di perairan utara Acehakan mendatangkan penerimaan bersih sekitar 1,60 satuan.
Hal yang sama juga untuk pukat cincin dan jaring insang hanyut JIH, dimana setiap 1 satuan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha pukat cincin dan
jaring insang hanyut akan mendatangkan penerimaan bersih masing-masing 1,51 satuan dan 1,42 satuan.
Bila melihat secara keseluruhan dari hasil analisis kelayakan NPV, IRR, dan BC Ratio yang dilakukan, maka empat dari sembilan usaha perikanan
tersebut termasuk layak dikembangkan di perairan utara Aceh. Usaha perikanan yang layak ini adalah jaring insang hanyut JIH, payang, pukat cincin, pukat
pantai. Empat usaha perikanan pelagis kecil yang dianggap layak dapat terus dibina sehingga mendukung produksi ikan jenis komoditas unggulan di lokasi.
Bila hal ini dapat terus dilakukan maka ini dapat mendukung perbaikan kesejahteraan nelayan dan peningkatan kontribusi sektor perikanan bagi daerah.
4.10 Strategi Pengembangan Usaha Perikanan pelagis kecil 4.10.1 Rancangan Hierarki Pengembangan
Interaksi terpadu semua komponen yang terkait dengan pengembangan perikanan pelagis kecil di perairan Utara Aceh perlu dibuat dalam bentuk struktur
hierarki. Hal ini penting supaya strategi pengembangan perikanan pelagis kecil yang dipilih terutama mendukung pengelolaan produk perikanan pelagis kecil
unggulan merupakan strategi terbaik, dalam artian telah mempertimbangkan semua aspekkomponen yang terkait dengan pengembangan baik secara horizontal
maupun vertikal. Pemilihan alternatif strategi pengembangan perikanan pelagis kecil yang berkelanjutan di perairan utara Aceh sangat ditentukan oleh
kepentingan stakeholders yang ada, kondisi pengelolaan saat ini, dan alternatif strategi pengembangan yang ditawarkan.
Hasil kajian pendahuluan yang dutinjau kembali dengan data lapang menunjukkan ada empat pihak terkait utama yang berkepentingan dengan
pengembangan perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh tersebut, yaitu nelayan, pengusaha, pemerintah, dan ilmuanpakar. Untuk mendapatkan hasil
yang menyeluruh dan akurat, maka analisis kepentingan pihak terkait tersebut harus dianalisis secara bertingkat, dimana setiap komponen diperbandingkan satu
sama lainnya di tingkat yang sama dan hasilnya dikombinasikan dengan hasil pada hierarkitingkatan atas maupun bawahnya.
Untuk mendapatkan hasil yang menyeluruh dan akurat, analisis kepentingan stakeholders tersebut harus dianalisis secara bertingkat, dimana setiap komponen
diperbandingkan satu sama lainnya di tingkat yang sama dan hasilnya dikombinasikan dengan hasil pada hierarkitingkatan atas maupun bawahnya.
Strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di perairan Utara Aceh ini juga dipengaruhi berbagai faktor pembatas pengelolaan, seperti potensi
sumberdaya ikan SDI yang ada, kondisi teknis dan teknologi penangkapan ikan yang
dikuasai, tuntutan
keberlanjutan pengelolaan,
dan kondisi
ekonomikelayakan finansial usaha. Kondisi faktor pembatas ini akan menentukan dan mempengaruhi pemenuhan kepentingan stakeholders yang ada,
sehingga dalam struktur hierarki AHP berada di level 3.