Pemilihan Alat Tangkap Ikan Pelagis Kecil

dan CPUE per GT V5=0,258. Pukat cincin dan pukat pantai merupakan alat tangkap unggulan urutan prioritas kedua dan ketiga dari aspek teknis ini VA pukat cincin =4,027 dan VA pukat pantai =3,433. Urutan prioritas keempat dari aspek teknis adalah unit penangkapan trammel net dengan nilai prioritas 1,436 diikuti oleh pukat ikan, payang, jaring klitik, jaring lingkar dan jaring insang tetap.

4.5.1.2 Penilaian aspek teknologi

Penilaian aspek teknologi unit penangkapan ikan pelagis kecil di Aceh meliputi kriteria mempunyai selektivitas yang tinggi, tidak merusak habitat, by- catch rendah, dampak ke biodiversity rendah, dan tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi. Nilai yang dimasukkan pada tiap kriteria berupa nilai yang secara kuantitatif diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan lapang, atau dari perhitungan data kuantitatif yang kemudian distandarkan. Penilaian aspek teknologi ini penting untuk menyeleksi sifat ramah lingkungan dari alat tangkap ikan pelagis kecil dalam meminimalisir sifat destruktif terhadap sumberdaya ikan, ekosistem, lingkungan sekitar, dan masyarakat. Tabel 7 menyajikan hasil penilaian aspek teknologi alat tangkap ikan pelagis kecil di perairan utara Aceh. Tabel 7 Hasil penilaian aspek teknologi alat tangkap Alat Tangkap X1 UP1 X2 UP2 X3 UP3 X4 UP4 X5 UP5 Pukat Ikan 3 1 1 4 4 1 1 4 1 3 Payang 2 2 3 3 3 2 4 1 2 2 Pukat Pantai 2 2 1 4 2 3 1 4 2 2 Pukat cincin 3 1 2 3 3 2 2 3 2 2 Jaring Insang Hanyut 3 1 4 1 3 2 3 2 3 1 Jaring Lingkar 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 Jaring Klitik 1 3 2 3 1 4 1 4 1 3 Jaring Insang Tetap 2 2 2 3 1 4 2 3 1 3 Trammel Net 2 2 2 3 3 2 2 3 3 1 Keterangan : X1 = mempunyai selektivitas yang tinggi X2 = tidak merusak habitat X3 = by-catch rendah X4 = dampak keanekaragaman hayati X5 = tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi UP = urutan prioritas Penilaian keunggulan alat tangkap dari aspek teknologi ini memperlihatkan bahwa alat tangkap jaring insang hanyut menempati prioritas pertama pada kriteria mempunyai selektivitas yang tinggi X1, tidak merusak habitat X2, by- catch rendah X3, dampak ke keanekaragaman hayati rendah X4, dan tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi X5. Bila melihat sifatnya yang cenderung destruktif, pukat pantai dan pukat ikan bisa saja menjadi alat tangkap yang paling rendah keunggulannya dari aspek teknologinya dalam pengelolaan perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh. Jaring klitik kurang terandalkan dari kriteria mempunyai selektivitas yang tinggi X1, by-catch rendah X3, dampak keanekaragaman hayati rendah X4, dan tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi X5. Untuk mengetahui hal ini dan urutan prioritas semua alat tangkap yang ada terkait aspek teknologi. Hasil standarisasi penilaian aspek teknologi setiap alat tangkap berdasarkan kriteria mempunyai selektivitas yang tinggi, tidak merusak habitat, by-catch rendah, dampak ke keanekaragaman hayati rendah, dan tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil standarisasi penilaian aspek teknologi alat tangkap Alat Tangkap V1 V2 V3 V4 V5 VA UP Pukat Ikan 1,000 0,000 1,000 0,000 0,000 2,000 4 Payang 0,500 0,667 0,667 1,000 0,500 3,333 2 Pukat Pantai 0,500 0,000 0,333 0,000 0,500 1,333 5 Purse Seine 1,000 0,333 0,667 0,333 0,500 2,833 3 Jaring Insang Hanyut 1,000 1,000 0,667 0,667 1,000 4,333 1 Jaring Lingkar 0,500 0,333 0,333 0,333 0,500 2,000 4 Jaring Klitik 0,000 0,333 0,000 0,000 0,000 0,333 7 Jaring Insang Tetap 0,500 0,333 0,000 0,333 0,000 1,167 6 Trammel Net 0,500 0,333 0,667 0,333 1,000 2,833 3 Jaring insang hanyut JIH merupakan alat tangkap yang paling unggul dari aspek teknologi dalam mendukung pengelolaan perikanan pelagis kecil di perairan utara AcehVA=4,333. Hal ini karena jaring insang hanyut mempunyai nilai yang sangat baik untuk kriteria mempunyai selektivitas yang tinggi V1=1,000, tidak merusak habitat V2=1,000 dan tidak membahayakan ikan- ikan yang dilindungi V5=1,000. Alat tangkap payang merupakan alat tangkap unggulan urutan prioritas kedua dari aspek teknologi ini, dominan karena dampak biodiversity rendah V4=1,000. Alat tangkap jaring klitik merupakan alat tangkap yang urutan prioritas terakhir VA=0,333 terkait keunggulannya dari aspek teknologi ini. Alat tangkap kurang mendukung dihampir semua kriteria, kecuali untuk kriteria tidak merusak habitat. Pukat cincin dan trammel net menduduki urutan prioritas ketiga dari aspek teknologi ini, dimana Pukat cincin unggul dari kriteria selektivitas yang tinggi V1=1,000 dan trammel net unggul dari kriteria operasinya tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi V5=1,000.

4.5.1.3 Penilaian aspek keberlanjutan

Penilaian aspek keberlanjutan alat tangkap ikan pelagis kecil di Aceh ini dilakukan dengan menganalisis berbagai kriteria terkait, seperti kriteria menerapkan teknologi ramah lingkungan, menguntungkan, investasi rendah, ketahanan alat tangkap, memenuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku, ikan hasil tangkapannya berkualitas tinggi, tidak membahayakan nelayan dan produknya tidak membahayakan konsumen. Analisis terhadap kriteria tersebut diperlukan untuk menyeleksi keunggulan alat tangkap yang digunakan menangkap ikan pelagis kecil yang dalam operasinya, sehingga dapat menjamin keberlanjutan ketersediaan sumberdaya ikan di perairan perairan utara Provinsi Acehdan keberlanjutan pemanfaatannya. Tabel 9 menyajikan hasil penilaian aspek keberlanjutan jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, jaring lingkar JL, payang, Pukat cincin, jaring klitik JK, pukat udang, pukat pantai, dan trammel net sebagai alat tangkapikan pelagis kecil yang banyak digunakan di perairan utara Aceh. Dari aspek keberlanjutan ini, jaring insang hanyut merupakan alat tangkap ikan pelagis kecil yang menempati prioritas pertama untuk kriteria penerapan teknologi ramah lingkungan X1, memenuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku X5, ikan hasil tangkapannya berkualitas tinggi X6, tidak membahayakan nelayan X7 dan produknya tidak membahayakan konsumen X8. Pukat ikan dan jaring klitik umumnya tidak memenuhi dengan baik kriteria terkait aspek keberlanjutan ini. Dari aspek keberlanjutan ini, jaring insang hanyut merupakan alat tangkap ikan pelagis kecil yang menempati prioritas pertama untuk kriteria penerapan teknologi ramah lingkungan X1, memenuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku X5 Tabel 9 Hasil penilaian aspek keberlanjutan alat tangkap Alat Tangkap X1 UP1 X2 UP2 X3 UP3 X4 UP4 X5 UP5 X6 UP6 X7 UP7 X8 UP8 Pukat Ikan 1 4 40.818.250 4 451.900.000 3 4 5 2 3 2 3 2 3 3 2 Payang 3 2 23.880.688 5 426.000.000 5 6 3 3 2 3 2 4 1 3 2 Pukat Pantai 1 4 55.007.063 3 379.100.000 6 4 5 2 3 4 1 4 1 4 1 Pukat cincin 3 2 121.915.833 1 1.031.800.000 1 6 3 3 2 3 2 3 2 4 1 Jaring Insang Hanyut 4 1 68.419.021 2 523.800.000 2 8 1 4 1 4 1 4 1 4 1 Jaring Lingkar 2 3 4.525.679 9 368.500.000 7 7 2 3 2 2 3 2 3 2 3 Jaring Klitik 2 3 16.267.667 7 284.700.000 8 6 3 3 2 1 4 2 3 2 3 Jaring Insang Tetap 1 4 19.791.833 6 439.000.000 4 5 4 2 3 2 3 2 3 2 3 Trammel Net 3 2 8.902.308 8 120.350.000 9 5 4 3 2 3 2 3 2 4 1 Keterangan : X1 = menerapkan teknologi ramah lingkungan X2 = menguntungkan Rpbulan X3 = nilai investasi unit penangkapan ikan Rp X4 = ketahanan alat tangkap tahun X5 = memenuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku X6 = ikan hasil tangkapannya berkualitas tinggi X7= tidak membahayakan nelayan X8 = produknya tidak membahayakan konsumen Tabel 10 menyajikan hasil standarisasi penilaian aspek keberlanjutan setiap kesembilan alat tangkap ikan pelagis kecil di perairan utara Aceh berdasarkan kriteria menerapkan teknologi ramah lingkungan, menguntungkan, nilai investasi unit penangkapan ikan, ketahanan alat tangkap, memenuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku, ikan hasil tangkapannya berkualitas, tidak membahayakan nelayan dan produknya tidak membahayakan konsumen. Tabel 10 Hasil standarisasi penilaian aspek keberlanjutan alat tangkap Alat Tangkap V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 VA UP Pukat Ikan 0,000 0,309 0,364 0,000 0,000 0,333 0,000 0,500 1,506 8 Payang 0,667 0,165 0,335 0,500 0,500 0,667 1,000 0,500 4,334 3 Pukat Pantai 0,000 0,430 0,284 0,000 0,000 1,000 1,000 1,000 3,714 4 Pukat Cincin 0,667 1,000 1,000 0,500 0,500 0,667 0,500 1,000 5,833 2 Jaring Insang Hanyut 1,000 0,544 0,443 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 6,987 1 Jaring Lingkar 0,333 0,000 0,272 0,750 0,500 0,333 0,000 0,000 2,189 6 Jaring Klitik 0,333 0,100 0,180 0,500 0,500 0,000 0,000 0,000 1,614 7 Jaring Insang Tetap 0,000 0,130 0,350 0,250 0,000 0,333 0,000 0,000 1,063 9 Trammel Net 0,667 0,037 0,000 0,250 0,500 0,667 0,500 1,000 3,621 5 Berdasarkan Tabel 10, jaring insang hanyut JIH merupakan alat tangkap yang paling unggul urutan prioritas 1 dari aspek keberlanjutan dalam mendukung pengelolaan perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh VA=6,987. Alat tangkap urutan prioritas kedua, ketiga, dan keempat yang unggul dari aspek keberlanjutan berturut-turut adalah pukat cincin, payang, dan pukat pantai. Alat tangkap pukat cincin mempunyai fungsi nilai VA 5,833, payang mempunyai fungsi nilai VA 4,334 dan pukat pantai mempunyai funsgi nilai VA 3,714. Alat tangkap pukat ikan dan jaring insang tetap merupakan dua alat tangkap yang paling rendah keunggulannnya dari aspek keberlanjutan ini, yaitu dengan nilai VA masing-masing 1,506 dan 1,063. Alat tangkap dengan VA tinggi untuk aspek keberlanjutan ini memberi indikasi bahwa alat tangkap tersebut dapat diandalkan untuk menjamin keberlanjutan ketersediaan sumberdaya ikan dan mendukung kelangsungan pemanfaatannya di perairan utara provins Aceh. Untuk mengetahui keunggulan jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, jaring lingkar JL, payang, pukat cincin, jaring klitik JK, pukat udang, pukat pantai, dan trammel net berdasarkan pertimbangan semua aspek pengelolaan, maka nilai yang didapatkan setiap alat tangkap untuk setiap aspek perlu digabungankan. Bagian berikut akan menyajikan hasil analisis terkait penilaian gabungan semua aspek tersebut.

4.5.1.4 Penilaian Gabungan Aspek Pengelolaan

Hasil penilaian gabungan ini menjadi dasar dalam pemilihan alat tangkap yang dikembangkan untuk mendukung pengelolaan ikan pelagis di perairan utara provinsi Aceh. Alat tangkap pilihan diharapkan dapat menjamin kelangsungan pemanfaatan potensi ikan pelagis kecil yang mencapai 15.479 ton per tahun serta kelestarian sumberdaya ikan pelagis kecil tersebut hingga masa yang akan datang sebagai bagian dari ekosistem perairan Indonesia. Selama ini potensi ikan pelagis kecil tersebut dan alat tangkap yang ada telah menjadi bagian dari kehidupan nelayan dan masyarakat pesisir utara provinsi Aceh. Pemilihan alat tangkap yang terandalkan dari aspek teknik, teknologi dan keberlanjutan diharapkan dapat menjadi solusi yang paling untuk memanfaatkan potensi perikanan yang ada. Agar dapat direalisasikan dan diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar, peran pemerintah dan pihak terkait lainnya sangat diharapkan karena pemanfaatan menggunakan alat tangkap unggulan tersebut adalah untuk kebaikan masyarakat dan potensi perikanan yang menjadi sandaran hidupnya. Keunggulan jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, jaring lingkar JL, payang, pukat cincin, jaring klitik JK, pukat udang, pukat pantai, dan trammel net berdasarkan aspek teknik, teknologi, dan keberlanjutan setelah digabungkan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Gabungan penilaian aspek teknik, toknologi dan keberlanjutan alat tangkap ikan pelagis kecil Alat Tangkap X1 UP1 X2 UP2 X3 UP3 Pukat Ikan 0,675 5 2,000 4 1,506 8 Payang 0,648 6 3,333 2 4,334 3 Pukat Pantai 3,433 3 1,333 5 3,714 4 Pukat Cincin 4,027 2 2,833 3 5,833 2 Jaring Insang Hanyut 4,138 1 4,333 1 6,987 1 Jaring Lingkar 0,500 8 2,000 4 2,189 6 Jaring klitik 0,562 7 0,333 7 1,614 7 Jaring insang tetap 0,126 9 1,167 6 1,063 9 Trammel net 1,436 4 2,833 3 3,621 5 Keterangan : X1 = Aspek teknologi X2 = Aspek biologi X3 = Aspek keberlanjutan Gabungan penilaian tersebut memberi ilustrasi kelebihan dan kekurangan suatu alat tangkap dibandingkan dengan alat tangkap lainnya dalam mendukung pengelolaan perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh. Agar dapat ditentukan urutan prioritas setiap alat tangkap berdasarkan gabungan penilaian aspek teknik, teknologi, dan keberlanjutan, maka perlu dilakukan standarisasi. Tabel 12 menyajikan hasil standarisasi penilaian aspek teknik, teknologi, dan keberlanjutan secara gabungan dari jaring insang hanyut JIH, jaring insang tetap JIT, jaring lingkar JL, payang, pukat cincin, jaring klitik JK, pukat udang, pukat pantai, dan trammel net di perairan utara Aceh . Tabel 12 Standarisasi penilaian aspek teknik, teknologi, dan keberlanjutan alat tangkap ikan pelagis kecil Alat Tangkap V1 V2 V3 VA UP Pukat Ikan 0,137 0,417 0,075 0,628 7 Payang 0,130 0,750 0,552 1,432 4 Pukat Pantai 0,824 0,250 0,447 1,522 3 Pukat cincin 0,972 0,625 0,805 2,403 2 Jaring Insang Hanyut 1,000 1,000 1,000 3,000 1 Jaring Lingkar 0,093 0,417 0,190 0,700 6 Jaring Klitik 0,109 0,000 0,093 0,202 9 Jaring Insang Tetap 0,000 0,208 0,000 0,208 8 Trammel Net 0,327 0,625 0,432 1,383 5 Berdasarkan Tabel 12, jaring insang hanyut JIH merupakan alat tangkap yang paling unggul prioritas pertama dari gabungan penilaian aspek teknik, teknologi dan keberlanjutan untuk dikembangkan di perairan utara Aceh. Alat tangkap tersebut mempunyai nilai fungsi VA 3,00 dari gabungan penilaian aspek teknik, teknologi, dan keberlanjutan. Pukat cincin merupakan alat tangkap unggulan kedua dari gabungan penilaian aspek teknik, teknologi, dan keberlanjutan untuk dikembangkan di perairan utara Aceh VA=2,403. Pukat pantai merupakan alat tangkap unggulan ketiga dari gabungan penilaian aspek teknik, teknologi, dan keberlanjutan untuk dikembangkan di perairan utara AcehVA=1,522. Sedangkan unit penangkapan terakhir yang menjadi pilihan dari gabungan penilaian ketiga aspek tersebut adalah unit penangkapan payang dengan nilai VA 1,432. Untuk menjaga kelangsungan pemanfaatan potensi ikan pelagis kecil yang mencapai 15.479 ton per tahun serta kelestarian sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan utara Aceh, maka pengembangan ke depan harus memilih alat tangkap yang tepat dan unggul berdasarkan gabungan dari semua aspek pengelolaan yang ada. Jaring insang hanyut JIH, pukat cincin, pukat pantai, dan payang dapat diandalkan untuk maksud ini. Seperti disebutkan sebelumnya bahwa realisasi alat tangkap terpilih ini untuk mendukung pengembangan perikanan pelagis kecil, termasuk untuk menggantikan alat tangkap lainnya yang telah digunakan, memang tidaklah mudah. Untuk itu, peran aktif pemerintah daerah dengan dukungan pihak-pihak terkait sangat diharapkan. Peran tersebut dapat dilakukan dalam semua aktivitas pengelolaan baik program pendampingan, bimbingan teknis, pelatihan, pemberdayaan, dan lainnya.

4.6 Kelayakan Finansial Usaha Perikanan Pelagis Kecil

Analisis finansial perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan pengusahaan keempat usaha perikanan pelagis kecil yang dinyatakan unggul dari aspek teknik,teknologi dan keberlanjutan terutama dalam memberi manfaat finansial yang layak bagi nelayan dan pelaku perikanan lainnya di lokasi. Hasil analisis kelayakan secara finansial ini juga memberi informasi tentang prospek investasi yang dilakukan pada usaha perikanan pelagis kecil tersebut, sehingga keputusan bisnis yang diambil lebih baik dalam mendukung pengembangan usaha perikanan pelagis kecil dalam jangka panjang di perairan utara Aceh . Hasil analisis terkait kelayakan empat usaha perikanan pelagis kecil jaring insang hanyut JIH, payang, pukat cincin, pukat pantai terpilih tersebut akan diuraikan secara detail mulai dari kebutuhan biaya investasi, kebutuhan biaya operasional, penerimaan usaha, kelayakan dari nilai NPV, kelayakan dari nilai IRR, dan kelayakan dari nilai BC ratio.

4.6.1 Biaya Investasi Usaha Perikanan Pelagis Kecil

Untuk mendukung pemanfaatan potensi perikanan pelagis kecil yang berkelanjutan di perairan utara Aceh, usaha perikanan tangkap yang dikembangkan harus didukung dengan biaya investasi yang memadai. Jaring insang hanyut JIH, payang, pukat cincin, pukat pantai, umumnya dikembangkan dalam skala menengah ke atas di lokasi. Hal ini disamping karena melibatkan banyak nelayan anak buah kapalABK, juga ukuran atau skala operasinya yang besar. Oleh karena itu, dibutuhkan biaya investasi yang cukup. Kondisi ini yang menjadikan beberapa nelayan kecil bergabung dengan pengusahanelayan besar yang menjadi pemilik salah satu dari usaha perikanan tersebut. Secara umum, biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengusahaan, jaring insang hanyut JIH, payang, pukat cincin, pukat pantai, terdiri dari: a investasi kapal, b investasi alat tangkap, dan c investasi alat pendukung penangkapan.

4.6.1.1 Biaya investasi usaha jaring insang

Usaha perikanan dengan alat tangkap dari jenis jaring insang di lokasi terdiri atas jaring insang hanyut JIH, kapal dan alat tangkap masing-masing dibutuhkan satu unit tangkap tersebut. Alat pendukung penangkapan cukup beragam, yaitu minimal mencakup mesin induk, mesin lampu, kompas, radio HT, palka, dan jerigen air. Peralatan pendukung tersebut juga disiapkan bersamaan dengan pengadaan kapal dan alat tangkap. Tabel 13 Biaya investasi usaha perikanan jaring insang hanyut JIH Uraian JIH Kapal 10-15 Gt 300.000.000 Alat Tangkap 160.000.000 Mesin Induk 45.000.000 Mesin Lampu 10.500.000 Kompas 800.000 Radio HT 1.500.000 Palka 5.000.000 Jerigen air 1.000.000 Jumlah 523.800.000 Sumber : Hasil analisis data lapang 2010 Tabel 13 menunjukkan bahwa biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha penangkapan ikan menggunakan jaring insang hanyut JIH adalah Rp 523.800.000. Biaya terbesar digunakan untuk pengadaan kapal, yaitu sekitar Rp 300.000.000. Ukuran kapal yang digunakan cukup besar, karena selain membawa alat tangkap jaring insang berukuran besar, menjamin keselamatan untuk perjalanan jauh dalam proses penangkapan ikan dan membawa ABK yang banyak untuk operasi alat tangkapnya. Alat tangkap jaring insang hanyut JIH, membutuhkan biaya investasi masing-masing sekitar Rp 160.000.000. Biaya ini digunakan untuk memperoleh alat tangkap ukuran besar lengkap dengan bahan pendukungnya seperti pelampung, pemberat, dan lainnya. Biaya investasi untuk mesin induk jaring insang hanyut JIH sekitar Rp 45.000.000. Dilihat dari harganya, mesin yang digunakan berukuran cukup besar untuk mendukung operasi penangkapan pada lokasi jauh di perairan utara Aceh yang menempuh perjalanan sampai 20 jam. Kapasitas mesin lampu yang dibutuhkan untuk jaring insang hanyut JIH cukup besar sekitar 450-1400 watt. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengadaan mesin lampu jaring insang hanyut JIH sekitar Rp 10.500.000. Mesin lampu ini hanya digunakan bila operasi penangakpan ikan pada malam hari. Kompas dan radio HT juga dibutuhkan untuk keperluan navigasi dan komunikasi selama melakukan penangkapan ikan. Kedua alat tersebut merupakan alat keselamatan untama bagi armada penangkapan. Palka juga merupakan bagian penting dalam operasi penangkapan ikan di perairan Aceh maupun perairan lainnya. Secara umum, palka disetiap unit penangkapan ikan tersebut ada dua buah untuk penyimpan hasil tangkapan dengan kapasitas yang cukup besar. Disamping diisi dengan hasil tangkapan juga diisi dengan es yang berfungsi mendinginkan hasil tangkapan supaya tetap segar. Jerigen digunakan untuk membawa air tawar yang dibutuhkan selama operasi penangkapan ikan.

4.6.1.2 Biaya investasi usaha pukat kantong

Usaha perikanan jenis pukat kantong di perairan utara Aceh terdiri atas payang dan pukat pantai. Setiap usaha perikanan tersebut membutuhkan satu unit kapal dan satu unit alat tangkap. Seperti halnya pada jaring insang, alat pendukung penangkapan yang dibutuhkan pada unit penangkapan ikan juga beragam. Alat pendukung penangkapan yang dibutuhkan diantaranya mesin induk, mesin lampu, kompas, radio HT, palka, jerigen air. Tabel 14 memperlihatkan biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha perikanan tangkap menggunakan payang dan pukat pantai berturut-turut adalah Rp 426.000.000 dan 379.100.000. Untuk payang dan pukat pantai biaya investasi terbesar digunakan untuk pengadaan kapal, yaitu masing-masing mencapai Rp 285.000.000 dan Rp 150.000.000. Biaya investasi pukat pantai tertinggi digunakan untuk pengadaan alat tangkap yang mencapai Rp 185.000.000. Ukuran kapal yang digunakan untuk operasi payang biasanya sekitar 10-15 GT. Sedangkan ukuran kapal untuk operasi pukat pantai umumnya lebih kecil, yaitu sekitar 10 GT. Kapal untuk payang lebih besar karena alat tangkap yang dioperasikan berukuran besar berukuran 350-1000 m dan mempunyai kantong. Disamping itu, operasi payang termasuk aktif di atas kapal, dimana pada saat setting maupun hauling, semua ABK terlibat bekerja memasang dan menarik kembali alat tangkap tersebut ke atas kapal setiap kali operasi penangkapan ikan. Tabel 14 Biaya investasi usaha perikanan payang Py dan pukat pantai PP Uraian Investasi Rp Py PP Kapal 10-15 Gt 285.000.000 150.000.000 Alat Tangkap 80.000.000 185.000.000 Mesin Induk 50.000.000 40.000.000 Mesin Lampu 3.500.000 - Kompas 800.000 - Radio HT 1.500.000 1.500.000 Palka 5.000.000 2.500.000 Jerigen air 200.000 100.000 Jumlah 426.000.000 379.100.000 Sumber : Hasil analisis data lapang 2010 Biaya investasi untuk alat tangkap payang dan pukat pantai berturut-turut mencapai Rp 80.000.000 dan Rp 185.000.000. Alat tangkap payang tersebut umumnya mempunyai panjang 150 meter dan tinggikedalaman 5 meter, sedangkan alat tangkap pukat pantai mempunyai panjang 500-1.000 meter dan kedalaman 5-8 meter. Biaya investasi mesin induk mencapai Rp 50.000.000 untuk payang dan Rp 40.000.000 untuk pukat pantai. Investasi mesin pukat pantai termasuk paling rendah karena operasinya hanya di sekitar pantai dengan cara alat tangkap ditarik oleh ABK ke pinggir pantai, sehingga tidak membutuhkan mesin penggerak yang terlalu besar. Jumlah ABK yang dibutuhkan dalam operasi pukat pantai ini sekitar 20 orang yang terbagi dalam dua kelompok masing-masing 10 orang. Secara umum, ukuran mesin induk untuk payang lebih besar karena