Latar Belakang Strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di Perairan Utara Provinsi Aceh

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan utara provinsi Aceh merupakan perairan yang berhubungan langsung dengan Samudra Hindia yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang melimpah sehingga usaha penangkapan ikan sangat prospektif untuk dikembangkan. Potensi sumberdaya ikan pelagis kecil di pantai utara provinsi Aceh terdiri atas ikan selar Selaroides leptolepis, sunglir Elagastis bipinnulatus, teri Stolephorus indicus, japuh Dussumieria spp, tembang Sadinella fimbriata, lemuru Sardinella Longiceps, siro Amblygastersirm, dan kembung Rastrellinger spp. Ikan pelagis kecil merupakan kelompok ikan yang berada pada lapisan permukaan hingga kolam air dan mempunyai ciri khas utama, yaitu dalam beraktivitas selalu membentuk gerombolan schooling dan melakukan migrasi untuk berbagai kebutuhan hidupnya Aziz et al., 1988. Ikan pelagis kecil hidup pada daerah pantai yang relatif kondisi lingkungannya tidak stabil menjadikan kepadatan ikan juga berfluktuasi dan cenderung mudah mendapat tekanan akibat kegiatan pemanfaatan karena daerah pantai mudah dijangkau oleh aktivitas manusia. Jenis ikan pelagis kecil yang dimaksudkan adalah ikan layang, kembung, tembang, teri, dan lain-lain. Menurut Widodo et al. 1994 ikan pelagis kecil mempunyai karakteristik tersendiri: 1 Membentuk gerombolan yang terpencar-pencar; 2 Selalu melakukan ruaya baik temporal maupun spasial; 3 Aktivitas gerak cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bentuk badan menyerupai torpedo; 4 Kulit dan struktur yang mudah rusak, daging berkadar lemak relatif tinggi Widodo et.al.,1998. Sumberdaya ini merupakan sumberdaya neritik, karena terutama penyebarannya di perairan dekat pantai, di daerah-daerah dimana terjadi proses penaikan air upwelling dan sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar. Alat tangkap ikan merupakan salah satu sarana pokok penting dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan BBPPI, 2008. Adapun jenis alat tangkap yang dominan digunakan di pantai utara Aceh, mencakup jaring insang gill net, pukat cincin purse seine, pukat pantai, jaring insang hanyut, jaring lingkar, jaring klitik, jaring insang tetap dan tramel net. Tidak semua jenis alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap yang menangkap sasaran utama ikan pelagis kecil. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga dilakukan penyeleksian terhadap alat tangkap yang memenuhi aspek teknis yang akan digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil di pantai utara Aceh. Usaha perikanan pelagis kecil di pantai utara Aceh belum berjalan efektif. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai pemikiran agar usaha perikanan pelagis kecil yang mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan terutama nelayan kecil. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan usaha perikanan pelagis kecil sehingga potensi ikan pelagis kecil dapat dimanfaatkan secara baik dan berkelanjutan. Pemanfaatan potensi sumberdaya ikan pelagis kecil banyak dilakukan oleh nelayan umumnya tetapi belum memberikan hasil maksimal yang dapat mengangkat kesejahteraan mereka. Usaha tersebut masih banyak terkendala dengan berbagai masalah antara lain masalah teknis seperti alat tangkap yang kurang tepat, fasilitas penangkapan yang sangat sederhana, nelayan belum terampil dalam mengoperasikan unit penangkapan, pasar dan kelembagaan nelayan belum berjalan dengan baik sehingga usaha tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Kondisi keuangan suatu usaha biasanya dilihat dari kriteria Net Present value NPV Internal Rate of Return IRR dan Benefit-cost Ratio BC ratio. Suatu usaha perikanan tangkap akan dikatakan sehat dan dapat dikembangkan lebih lanjut apabila hasil analisis keuangannya menunjukkan NPV0, IRR lebih besar dari suku bunga interest rate yang berlaku dan BC ratio1 . Dalam penelitian ini suku bunga yang digunakan mengacu kepada Bank Indonesia pada tahun 2009 yaitu 6,25 Bank Indonesia, 2009.

1.2 Perumusan Masalah