digunakan untuk mesin lampu bila ada operasi penangkapan ikan pada malam hari dan  untuk  start  mesin  induk. Penggunaan  minyak  tanah  dilakukan  untuk
mensiasati  mahalnya  bahan  bakar  untuk  menghidupkan  mesin  kapal.  Minyak tanah  juga  digunakan  untuk  keperluan  memasak  ABK  selama  operasi
penangkapan ikan pelagis kecil menggunakan pukat cincin. Biaya pengadaan es balok dalam operasi penangkapan menggunakan pukat
cincin sekitar Rp 231.000.000 per tahun. Es balok merupakan kebutuhan terbesar kedua  setelah  solar.    Hal  ini  karena  operasi  setiap  trip  untuk  alat  tangkap  pukat
cincin dapat dilakukan selama beberapa hari rata-rata 3 hari, sehingga es sangat dibutuhkan  untuk  membuat hasil  tangkapan  tetap  segar. Bahkan,  nelayan  telah
terbiasa membawa es untuk menjaga mutu ikan meskipun lama waktu operasional hanya  1  hari.  Hal  ini  dilakukan  karena  nelayan  sadar  akan  kualitas  ikan  akan
mempengaruhi harga ikan hasil tangkapan.
4.8 Penerimaan Usaha Perikanan Pelagis Kecil
Penerimaan  yang diperoleh  nelayan  dari  operasi  penangkapan  ikan  pelagis kecil  menggunakan  jaring  insang  hanyut  JIH,  payang,  pukat  cincin, dan pukat
pantai,  dapat  dihitung  dari  hasil  tangkapan  yang  diperoleh  setiap  trip  operasi penangkapan.    Jenis  ikan  pelagis  kecil  yang  ditangkap  oleh  kesembilan  alat
tangkap tersebut di perairan utara Acehrelatif sama.  Sebagaimana dijelaskan pada Bab  4,  hasil  tangkapan  tersebut  umumnya  mencakup ikan  layang,  selar,  teri  dan
kembung.    Jumlah  hasil  tangkapan  pada  musim  puncak cukup  berbeda  dengan musim  biasa  dan musim paceklik.   Tabel 20 menyajikan jumlah  hasil  tangkapan
ikan untuk jaring insang hanyut JIH,  payang, pukat cincin, dan pukat pantai di perairan utara Nanggroe Aceh Darussalam.
Tabel 19 Jumlah  hasil  tangkapan  per  trip  usaha  perikanan  pelagis  kecil  di
perairan utara Aceh
Usaha Perikanan Hasil Tangkapan kgtrip
Paceklik Sedang
Puncak
Payang 102
201 315,84
Pukat Pantai 435
768 1.346,34
Pukat Cincin 1.670
2.672 4.463,90
Jaring Insang Hanyut 1.899
2.043 4.559,70
Sumber : Hasil analisis data lapang 2010 Tabel  19  menunjukkan pukat  cincin dan  jaring  insang  hanyut  JIH
merupakan usaha perikanan pelagsi kecil dengan hasil tangkapan terbanyak pada setiap  musim. Perbedaan  hasil  tangkapan  setiap  musim  menyebabkan  harga  jual
hasil tangkapan ikan pada ketiga musim juga berbeda-beda. Pada musim paceklik, harga  jual  rata-rata  hasil  tangkapan  ikan  pelagis  kecil  sekitar  Rp  24.000  per  kg,
musim  sedang  karena  jumlah  ikan  lebih  banyak harga  sedikit  turun  menjadi  Rp 18.000  per kg,  dan pada musim  puncak  turun menjadi sekitar  Rp 15.000 per kg.
Dari hasil tangkapan dan harga jual tersebut dapat ditentukan kisaran penerimaan keempat  alat  tangkap  tersebut    untuk  setiap  tripnya  di  perairan  utara Nanggroe
Aceh  Darussalam. Rekapan  penerimaan  kesembilan  usaha  perikanan  tangkap tersebut  dalam  skala  tahunan  disajikan  pada  Tabel  20  Perhitungan  detail
penerimaan setiap usaha perikanan pelagis kecil disajikan pada Lampiran 23-31. Tabel 20
Penerimaan usaha perikanan pelagis kecil di perairan Utara Aceh
Usaha Perikanan Penerimaan Rptahun
Paceklik Sedang
Puncak Total
Payang 48.960.000
325.620.000 426.384.000
800.964.000 Pukat Pantai
73.080.000 552.960.000
908.779.500 1.534.819.500
Pukat Cincin 280.560.000
1.523.040.000 2.008.755.000 3.812.355.000
Jaring Insang Hanyut
227.880.000 735.480.000 1.573.096.500
2.536.456.500 Sumber : Hasil analisis data lapang 2010
Tabel  20  menunjukkan total  penerimaan  yang  termasuk  tinggi  didapatkan oleh  usaha  perikanan  pukat  cincin,  jaring  insang  hanyut  JIH,  dan  pukat  pantai
yaitu berturut-turut Rp 3.812.355.000 per tahun, Rp 2.536.456.500 per tahun, dan Rp  1.534.819.500  per  tahun.  Namun berdasarkan musim, jumlah  penerimaan
pukat  cincin dan  jaring  insang  hanyut  JIH  lebih  stabil,  sedangkan  untuk  pukat pantai menurun drastis pada paceklik.
4.9    Kelayakan Usaha Perikanan Pelagis Kecil
Analisis  kelayakan  usaha  berdasarkan  parameter  finansial  merupakan analisis  penting  mengetahui  layak  tidaknya  suatu  usaha  perikanan  pelagis  kecil
untuk  dikembangkan  terus  sebagai  penopang  kehidupan  mesayarakat  pesisir  dan ekonomi  daerah  di  Aceh.    Analisis  kelayakan  usaha  juga  penting  untuk
mengetahui  posisi tawar usaha  perikanan  jaring  insang  hanyut  JIH,  payang, pukat  cincin,  dan  pukat  pantai bila  akan  diusahakan sebagai  usaha  unggulan  di
lokasi. Analisis  kelayakan  jaring  insang  hanyut  JIH  payang,  pukat  cincin,  dan
pukat  pantai diharapkan  dapat  menemukan  usaha  perikanan  alternatif  untuk pengembangan  jenis  produk  perikanan  pelagis  kecil  komoditas  unggulan yang
berorientasi  ke  pasar  baik  jumlah,  kualitas,  maupun  harganya,  tanpa meninggalkan mekanisme operasi yang ramah lingkungan. Untuk memastikan hal
ini dan kemungkinan pengembangan yang lebih baik ke depan, analisis kelayakan usaha  perikanan  tersebut  berdasarkan  kriteriaparameter  finansial  standar
dianggap  perlu  dilakukan.    Parameter  finansial  yang  dianalisis  terkait  kelayakan jaring insang hanyut JIH payang, pukat cincin, pukat pantai adalah Net Present
Value NPV,  Imbangan  Penerimaan  dan  Biaya  RC,  dan  Internal  Rate  Return IRR.  Hasil analisisnya diuraikan pada Bagian 6.4.1 – 6.4.3 pada Bab 6 ini.
4.9.1 Nilai Net Present Value NPV usaha perikanan pelagis kecil
Nilai  Net  Present  Value  NPV  dibutuhkan  untuk  mengetahui  kelayakan position usaha  perikanan  jaring  insang  hanyut  JIH,    payang,  pukat  cincin  dan
pukat  pantai  berdasarkan selisih  antara nilai sekarang present dari  penerimaan dengan  nilai  sekarang dari  pengeluaran  pada tingkat bunga tertentu  selama masa
operasi  umur  teknis  usaha  perikanan  tersebut. Tingkat  bunga  yang  dijadikan pertimbangan  mengacu  kepada  ketentuan  Bank  Indonesia  2010  tentang  bunga
deposito,  yaitu  sekitar  6,25  .    Analisis  ini  merupakan nilai  Net  Present  Value