PENDAHULUAN Perencanaan interpretasi di suaka margasatwa Pulau Rambut, Kepulauan Seribu DKI Jakarta

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pulau Rambut pertama kali ditetapkan sebagai Cagar Alam pada tahun 1939 melalui Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.71939. Selanjutnya, pada tahun 1970 pemerintah Indonesia memperkuat status kawasan ini sebagai Cagar Alam melalui Keputusan Pemerintah No.11I20 tertanggal 28 Mei 1970. Kemudian melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Indonesia No. 275Kpts-II1999, Pulau Rambut ditetapkan menjadi Suaka Margasatwa. Perubahan status kawasan ini disebabkan oleh terjadinya perubahan kondisi alami di Pulau Rambut, sehingga perlu adanya upaya pengelolaan habitat di Pulau Rambut. Kerusakan habitat di Pulau Rambut dapat berdampak negatif terhadap keberadaan keanekaragaman hayatinya. Sesuai dengan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Pulau Rambut dipandang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa. Jenis satwa yang memiliki keanekaragaman tinggi dan mendominasi Suaka Margasatwa Pulau Rambut adalah jenis burung air 15 jenis Azhar, 2002. Diantara berbagai jenis burung air, terdapat satu jenis burung air yang sangat dilindungi yaitu burung Bangau bluwok Mycteria cinerea. Dalam dokumen Bird to Watch II, spesies ini dimasukkan ke dalam kategori terancam punah secara global dengan penyebab utama ancaman kepunahan adalah berkurangnya habitat di alam. Namun selain terbuka bagi upaya pengelolaan habitat, perubahan status dari Cagar alam menjadi Suaka Margasatwa mengakibatkan Pulau Rambut terbuka bagi aktivitas lainnya seperti kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata. Kondisi ini dapat menyebabkan dampak negatif bagi keanekaragaman hayati Pulau Rambut bertambah besar, selain dari ancaman faktor-faktor alami, tetapi juga dari manusia. Hal ini dikarenakan satwa di Pulau Rambut terutama jenis burung air merupakan jenis satwa yang sangat sensitif dan mudah stress. Dampak negatif dari aktivitas manusia di Pulau Rambut terhadap kelestarian keanekaragaman hayatinya dapat meningkat karena tidak adanya interpretasi yang menyampaikan informasi yang lengkap dan utuh mengenai Pulau Rambut kepada pengunjung. Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan yang dilakukan hanya didasarkan atas kemauan pengunjung, serta tidak mengikuti peraturan atau batasan-batasan kegiatan yang boleh dilakukan sesuai 2 dengan fungsi Pulau Rambut sebagai kawasan perlindungan satwaliar, terutama berbagai jenis burung air. Oleh karena itu, diperlukan interpretasi yang dapat mengungkapkan potensi Suaka Margasatwa Pulau Rambut dan menjadi penuntun kepada siapapun yang melakukan kegiatan di kawasan ini agar lebih memahami dan terilhami untuk ikut serta melestarikan Pulau Rambut, serta dapat meminimalisir dampak negatif yang dapat diakibatkan oleh kehadiran manusia.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun perencanaan interpretasi berdasarkan analisis potensi kawasan dan tanggapan pengunjung bagi kegiatan penelitian, pendidikan dan wisata terbatas, yang dilaksanakan di Suaka Margasatwa Pulau Rambut.

1.3. Manfaat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan bagi pengunjung yang melakukan kegiatan di Pulau Rambut, untuk lebih memahami potensi yang dimiliki serta batasan-batasan dalam melakukan kegiatan di Pulau Rambut. Sehingga dampak negatif dari aktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati di Pulau Rambut dapat diminimalisir.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suaka Margasatwa Pulau Rambut