13 e. Tidak
membahayakan pengunjung.
Menurut Veverka 1994 jalur yang direncanakan dapat berupa : 1. Area yang berhubungan dengan panca indera, seperti: taman bunga,
pekarangan, pemandangan yang indah dan air terjun. 2. Fasilitas yang meliputi: pusat pengunjung, jembatan, toko cinderamata, kantor
informasi, kios-kios, fasilitas demonstrasi seperti kebunladang tebu dan lahan pertanian atau taman pekarangan.
3. Kawasan orientasi antara lain: -
Atraksi tapak dan sumberdaya terdekat yang mungkin saja bukan merupakan bagian dari tapak, tetapi dapat menginterpretasikan tapak yang
sama atau berkaitan -
Lokasi kunci untuk orientasi pengunjung seperti persimpangan jalan utama, camping ground, area penambatan kapalperahu dan area kontak
pengunjung lainnya.
2.2.5. Metode Penyampaian Interpretasi
Secara garis besar terdapat dua metode dalam penyampaian interpretasi Sharpe, 1982 dalam Muntasib, 2003 :
1. Teknik secara langsung Attended service
Teknik secara langsung adalah kegiatan interpretasi yang melibatkan pemandu interpreter dan pengunjung, langsung bersentuhan dengan obyek
interpretasi yang ada, sehingga pengunjung dapat secara langsung melihat, mendengar atau bila mungkin mencium, meraba, dan merasakan obyek-
obyek interpretasi tersebut. 2.
Teknik secara tidak langsung Unattended service Teknik secara tidak langsung adalah kegiatan interpretasi yang dilaksanakan
dengan menggunakan alat bantu media dalam memperkenalkan obyek interpretasi.
Sedangkan menurut Veverka 1994, bentuk layanan dan program interpretif disampaikan melalui teknik komunikasi yang terbagi menjadi dua yaitu
komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Setiap teknik memiliki elemen yang membantu kita mengembangkan isi dan struktur pesan interpretif:
1. Komunikasi Verbal Untuk memahami komunikasi verbal dalam interpretasi, poin utama yang
dipertimbangkan adalah bahwa pilihan kata yang kita gunakan dapat
14 menyampaikan banyak pesan tersembunyi. Dalam beberapa layanan
interpretif seperti kaset rekaman, swa-panduan untuk auto tour pesan verbal mencakup semuanya. Baik musik latar, tipe suara laki-laki atau
perempuan, muda atau tua, dan jenis aksen adalah semua bagian dari penciptaan gambaran yang diharapkan. Pesan ini juga merupakan
komponen penghubung antara pendengar dengan pesan-pesan yang disampaikan.
2. Komunikasi Non-Verbal Secara umum komunikasi ini memanfaatkan alat indera yang kita miliki.
Beberapa elemen komunikasi non-verbal mencakup : suara, aroma, rasa, tekstur, warna, simbol, penggunaan ruang, bahasa tubuh dan waktu.
Penyampaian interpretasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai media interpretasi yang merupakan suatu cara, metode, rekaman atau peralatan yang
bisa menyampaikan pesan interpretasi kepada publik.
2.2.6. Perencanaan Interpretasi
Menurut Bradley 1982 sebagaimana dikutip oleh Sharpe 1982 dalam Muntasib 2003 menyatakan bahwa, agar sebuah perencanaan interpretasi
mencapai tujuannya dengan baik, maka perencanaan tersebut haruslah : 1. Dapat dipergunakan
Dalam interpretasi yang direncanakan, fasilitas interpretasi yang disediakan harus dapat dipergunakan oleh semua orang. Perhatian utama ditujukan
pada keselamatan pengunjung. 2. Efisiensi
Fasilitas yang dibuat harus efisien dari segi pelayanan, penggunaan dan pembiayaan serta dapat membantu perencanaan interpretasi.
3. Dapat mengungkapkan keindahan Menyediakan suatu paket yang bervariasi, tetapi kompak pada sebuah
karakteristik yang ada, indah dan peka serta menimbulkan bayangan atau gambaran dari subyek interpretasinya.
4. Fleksibel dan selektif Perencanaan interpretasi merupakan suatu proses yang dinamis, maka harus
fleksibel dan selektif dalam perencanaan interpretasi. Interpretasi yang disampaikan harus terus berkembang sehingga pengunjung dapat lebih
tertarik.
15 5. Dampak kerugian atau kerusakan seminimal mungkin pada sumberdaya alam
budaya. 6. Penggunaan sumberdaya yang optimal.
7. Partisipasi publik Diperlukan pula pendapat umum atau saran-saran dari publik dalam sebuah
perencanaan interpretasi secara keseluruhan. Hal ini berfungsi sebagai kritik dan saran dalam penyusunan interpretasi.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini
selama 1 bulan 12 Februari – 13 Maret 2006.
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Buku fieldguide pengenalan burung
2. Buku identifikasi tumbuhan 3. Peta kawasan Suaka Margasatwa Pulau Rambut
4. Kuesioner untuk pengunjung 5. Pedoman wawancara
6. Alat tulis-menulis 7. Kamera
8. Global Positioning System GPS, Garmin III+ Plus. 9. Binokuler
10. Alat perekam audio 11. Software OziExplorer, ArcView 3.3, Adobe Photoshop 7.0
3.3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder melalui studi pustaka, dan data primer ketika verifikasi dan observasi lapangan.
Kemudian menganalisisnya bersama dengan data yang didapat dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner pada pengunjung.
3.3.1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai sejarah terbentuknya Suaka Margasatwa Pulau Rambut, kondisi umum kawasan status
dan fungsi kawasan, topografi, iklim, tipe-tipe ekosistem dan pengelolaan kawasan Suaka Margasatwa Pulau Rambut, keanekaragaman flora dan fauna
serta fasilitas-fasilitas interpretasi, khususnya yang terdapat di sepanjang jalur interpretasi.