69
pemikiran kognisi, perasaan afeksi, dan kecenderungan untuk bertindak konasi baik yang bersifat positif maupun negatif yang menimbulkan perilaku
tertentu yang berkaitan dengan layanan-layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh konselor, yang pada akhirnya siswa dapat memanfaatkan
pelayanan bimbingan dan konseling tersebut.Hal inilah yang selanjutnya akan diungkap dalam skala psikologis.
2.4 Hubungan antara Persepsi Siswa tentang Kompetensi
Kepribadian Konselor dengan Sikap Siswa terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Persepsi merupakan respon yang ditunjukkan oleh individu terhadap objek stimulus yang ada. Objek persepsi bisa bermacam-macam, semua dapat dilihat
melalui hal-hal yang nampak seperti: tingkah laku, pengetahuan, dan kemampuan. Seperti yang dikemukakan oleh Calhoun dan Accocella dalam Sugiyo 2005:33
“bahwa ada tiga dimensi persepsi yang salah satunya yaitu pengetahuan tentang pribadi orang lain, diantaranya wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, dan
motif”. “Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak Mulyasa,
2003: 37”. Kompetensi kepribadian adalah “kemampuan yang berkaitan dalam performans pribadi seorang pendidik, seperti berpribadi mantap, stabil, dewasa,
arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia Rifa’i, 2011: 9”.
Kompetensi kepribadian konselor menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi kelangsungan proses pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
70
Untuk dapat melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan baik maka seorang konselor sebagai pribadi harus mampu menampilkan jati
dirinya secara utuh, tepat serta mampu membangun hubungan antarpribadi yang unik, dinamis, harmonis, dan kreatif, sehingga menjadi motor penggerak
keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Di luar memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pun seorang konselor harus tetap
menampilkan kompetensi kepribadian sebagai seorang konselor, apabila syarat ini diabaikan maka akan mempengaruhi persepsi siswa. Siswa akan mempersepsi
negatif sehingga akan sangat mempengaruhi sikap siswa dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Siswa dapat mempersepsi kompetensi kepribadian konselor melalui beberapa indikator-indikator yang ditampilkan konselor sebagai berikut:
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat menampilkan
kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap
pemeluk agama lain; serta berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur 2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas,
dan kebebasan memilih Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat mengaplikasikan
pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral,
sosial, individual,
dan berpotensi;
menghargai dan
mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada
71
khususnya; peduli terhadap kemaslahatan manusia pada khususnya; menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya;
toleran terhadap permasalahan konseli; bersikap demokratis 3. Menunjukkan integritas stabilitas kepribadian yang kuat
Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah,
dan konsisten; menampilkan emosi yang stabil; bersikap empati; serta menghormati keragaman dan perubahan; menampilkan toleransi tinggi
terhadap konseli yang menghadapi stess dan frustasi 4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi
Indikator ini dapat dilihat siswa apabila konselor dapat menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produkif; bersemangat, berdisiplin
dan mandiri; berpenampilan menarik dan menyenangkan; dan berkomunikasi secara efektif.
Sikap merupakan reaksi individu dalam mempersepsi suatu objek. Dalam sikap memiliki tiga komponen yaitu komponen afektif, komponen konatif, dan
komponen kognitif. Pada komponen afektif ini berhubungan dengan afeksi atau perasaan seseorang, maka seseorang akan bersikap positif atau negatif terhadap
suatu objek itu tergantung pada bagaimana seseorang mempunyai pengalaman terhadap objek tersebut. Menurut Chave 1928, Bogardus 1931, La dierre
1934, Gardon A 1935 mendefinisikan bahwa sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang
dimaksud adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu,
72
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon Saifudin Azwar, 2005:5.
Sesuai dengan ciri sikap bahwa sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap, maka dalam penelitian ini objek sikap ditekankan pada pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Melalui proses persepsi siswa tentang kepribadian konselor, baik persepsi yang positif maupun yang negatif yang akan
menimbulkan sikap tertentu dari siswa terhadap objek tersebut, sehingga hal itu akan tercermin dari bagaimana siswa dalam berperilaku dalam memanfaatkan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Apabila persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian konselor baik,
maka siswa akan bersikap positif, begitupun sebaliknya. Misalnya siswa melihat konselor di sekolahnya baik, ramah kepada semua siswa, tidak membeda-bedakan
siswa, bersahabat, dan memperhatikan keadaan siswa maka secara umum siswa akan memberikan persepsi yang positif terhadap konselor tersebut. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian konselor akan menghasilkan suatu sikap siswa terhadap pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga keduanya memiliki hubungan. Berikut ini akan disajikan bagan yang menghubungkan antara persepsi
siswa tentang kompetensi konselor dengan sikap siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah:
73
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Penelitian