67
pembahasan dan pengentasan permasalahan klien. Fungsi  yang digunakan  dalam kunjungan rumah ini adalah fungsi pemahaman dan fungsi pengentasan.
e. Alih tangan kasus
Alih  tangan  kasus  Dewa  Ketut  2008:91  merupakan  kegiatan  pendukung untuk  mendapatkan  penanganan  yang  lebih  tepat  dan  tuntas  atas  masalah  yang
diahadapi klien dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya.  Kegiatan  ini  memerlukan  kerjasama  yang  erat  dan  mantap  antara
berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penangan masalah tersebut.
2.3.3 Sikap Siswa Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Sikap  dalam  penelitian  ini  adalah  integrasi  antara  aspek  pemikiran kognisi,  perasaan  afeksi,  dan  kecenderungan  untuk  bertindak  konasi  baik
yang bersifat positif maupun negatif yang mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu.  Pelayanan  Bimbingan  dan  Konseling  di  sekolah  madrasah  merupakan
usaha  membantu  peserta  didik  dalam  pengembangan  kehidupan  pribadi, kehidupan  sosial,  kegiatan  belajar,  serta  perencanaan  dan  pengembangan  karir.
Pelayanan  Bimbingan  dan  Konseling  memfasilitasi  pengembangan  peserta  didik secara  individual,  kelompok  dan  atau  klasikal  sesuai  dengan  kebutuhan,  bakat,
minat,  perkembangan,  kondisi,  serta  peluang-peluang  yang  dihadapi  peserta didik.Pelayanan  bimbingan  dan  konseling  di  sekolah  bila  dikaitkan  dengan  BK
Pola 17 Plus. Melalui  proses  pembentukan  sikap  terdapat  faktor-faktor  yang
mempengaruhi antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain
68
psikologis  dan  fisiologis,  sedangkan  faktor  eksternal  antara  lain  pengalaman, situasi,  norma,  hambatan  dan  pendorong.  Hal  inilah  yang  berpengaruh  pada
kognitif, afektif dan konatif siswa. Sikap  yang  terdiri  dari  tiga  komponen,  yaitu  komponen  kognitif  yang
berkaitan  dengan  pikiran,  pengetahuan,  pandangan,  keyakinan  atau  kepercayaan siswa  terhadap  pelayanan  BK,  hal  ini  dapat  diketahui  atau  diungkap  melalui
pemahaman  siswa  terhadap  pelaksanaan  layanan-layanan  bimbingan  dan konseling, dan pelaksanaan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
Afektif  yaitu  menyangkut  masalah  emosional  subyektif,  perasaan  atau emosi seseorang terhadap objek terutama dalam penilaian, hal ini dapat diketahui
melalui  perasaan  senang  atau  tidak  senang.  Pada  komponen  afektif  ini menyangkut  masalah  emosional  subyektif,  perasaan  atau  emosi  siswa  terhadap
pelayanan  BK  terutama  pelaksanaan  layanan-layanan  bimbingan  dan  konseling, dan pelaksanaan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
Konatif  yaitu  menunjukkan    perilaku  atau  kecenderungan  berperilaku siswa yang berkaitan dengan pelayanan BK, yang mana dalam perilaku ini dapat
terwujud  melalui  sikap  yaitu  besar  atau  kecilnya  kecenderungan  bertindak  atau berperilaku  terhadap  pelayanan  BK  baik  pada  pelaksanaan  layanan-layanan
bimbingan  dan  konseling,  dan  pelaksanaan  kegiatan  pendukung  bimbingan  dan konseling. Hal ini bisa dilihat dari pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling
yang dilakukan oleh siswa. Berkaitan dengan penelitian ini, maka yang dimaksud sikap siswa terhadap
pelayanan  bimbingan  dan  konseling  di  sekolah  adalah  integrasi  antara  aspek
69
pemikiran  kognisi,  perasaan  afeksi,  dan  kecenderungan  untuk  bertindak konasi  baik  yang  bersifat  positif  maupun  negatif  yang  menimbulkan  perilaku
tertentu  yang  berkaitan  dengan  layanan-layanan  bimbingan  dan  konseling  yang diberikan  oleh  konselor,  yang  pada  akhirnya  siswa  dapat  memanfaatkan
pelayanan  bimbingan  dan  konseling  tersebut.Hal  inilah  yang  selanjutnya  akan diungkap dalam skala psikologis.
2.4 Hubungan  antara  Persepsi  Siswa  tentang  Kompetensi
Kepribadian  Konselor  dengan  Sikap  Siswa  terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Persepsi merupakan respon yang ditunjukkan oleh individu terhadap objek stimulus  yang  ada.  Objek  persepsi  bisa  bermacam-macam,  semua  dapat  dilihat
melalui hal-hal yang nampak seperti: tingkah laku, pengetahuan, dan kemampuan. Seperti  yang  dikemukakan  oleh  Calhoun  dan  Accocella  dalam  Sugiyo  2005:33
“bahwa ada tiga dimensi persepsi yang salah satunya yaitu pengetahuan tentang pribadi orang lain, diantaranya wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, dan
motif”. “Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan  sikap  yang  direfleksikan  dalam  kegiatan  berfikir  dan  bertindak  Mulyasa,
2003:  37”.  Kompetensi  kepribadian  adalah  “kemampuan  yang  berkaitan  dalam performans  pribadi  seorang  pendidik,  seperti  berpribadi  mantap,  stabil,  dewasa,
arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia Rifa’i, 2011: 9”.
Kompetensi  kepribadian  konselor  menjadi  salah  satu  faktor  yang  sangat penting bagi kelangsungan proses pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.