3 Meningkatkan keterampilan psikomotorik seperti: a Belajar memasang peralatan sehingga benar- benar berjalan.
b Belajar mamakai peralatan dan instrumen tertentu. Salah satu sasaran praktikum kimia adalah menuntun dan melatih siswa
untuk berpikir dari abstrak ke konkret. Dalam hal ini, kegiatan dalam laboratorium merupakan mata rantai untuk menghubungkan beberapa aspek di antaranya ialah
apresiasi aspek estetika dari ilmu kimia, membangkitkan keingintahuan terhadap kimia, mengenal baik zat- zat kimia yang umum dan bagaimana reaksinya, dan
siswa dapat berpartisipasi aktif.
2.2 Guided Discovery- Inquiry
Menurut Ilahi 2012:213 pembelajaran Discovery adalah pembelajaran yang melibatkan anak didik yang aktif untuk mengikuti kegiatan belajar
berdasarkan penemuan. Pembelajaran dengan Discovery menitik beratkan pada proses mental dan fisik dalam melaksanakan stategi tersebut, sehingga dituntut
untuk mendayagunakan segenap potensi dalam bentuk karya nyata. Dalam Discovery strategi, para anak didik harus mampu menggunakan proses mental
dan fisik dalam menemukan sesuatu yang baru dan berkenaan dengan uji kompetensi bagi mereka yang menghadapi persoalan. Dalam prosesnya, mereka
akan dihadapkan pada satu tahapan penting untuk mampu mencari dan menemukan sendiri sauatu konsep atau prinsip yang berkaitan dengan potensi.
Ilmu kimia sebagai produk dan proses menuntut siswa untuk terbiasa dengan proses penemuan sehingga metode Discovery sangat cocok.
Balim 2009:1 menyatakan bahwa mengajar siswa dengan menemukan gagasan, berpikir kritis, bertanya, dan keterampilan memecahkan masalah adalah
salah satu prinsip utama pengajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, kurikulum pengajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan sesuai terhadap pengajaran siswa melek sains yang mampu untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi. Saat ini diyakini bahwa metode yang sesuai dengan pendekatan konstruktivisme siswa belajar lebih efektif dengan
membangun pengetahuan mereka sendiri adalah Discovery. Pendapat itu diperkuat oleh Oloyede 2010:1 yang mengatakan:
“Chemistry is a very important subject as its knowledge is required for the successful study in very many important professions.Therefore chemistry teacher
should adopt methods that would enable the students to understand whatever concepts, topics or principles that are being taught. Guided discovery GD has
been recommended for teaching the contents of senior secondary school chemistry curriculum.”
Menurut Ilahi 2012:93 bentuk kegiatan Discovery adalah sebagai berikut: 1 Berdiskusi,
2 Bertanya, 3 Melakukan pengamatan,
4 Mengadakan percobaan, 5 Menstimulasi, dan
6 Melakukan penelitian Inquiry Approach. Sund, sebagaimana yang dikutip oleh Trianto 2009:166 menyatakan
bahwa Discovery merupakan bagian dari Inquiry, atau Inquiry merupakan perluasan proses Discovery yang digunakan lebih mendalam. Pengertian startegi
Inquiry menurut Sanjaya 2006:201 adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan dan
secara umum langkah-langkah pembelajaran menggunakan strategi Inquiry sebagai berikut:
1 Orientasi Langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif.
2 Merumuskan masalah Langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
3 Merumuskan hipotesis Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan untuk mengira-ngira
berhipotesis dari suatu permasalahan. Jika siswa mampu membuktikan hipotesisnya maka bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut.
4 Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. 5 Menguji hipotesis
Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Dalam menguji hipotesis ini yang terpenting adalah mencari tingkat
keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. 6 Merumuskan kesimpulan.
Inkuiri dimulai ketika siswa mengalami kebingunan tentang situasi atau fenomena, ketika merencanakan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji
hipotesis mereka. Proses tersebut melibatkan seluruh aktivitas saintis untuk memperoleh
informasi seperti
berhipotesis, meramalkan,
membaca, merencanakan dan melaksanakan eksperimen serta bekerjasama dengan saintis
lainnya. Informasi dipelajari melalui penyelidikan yang memungkinkan siswa mengkomunikasikan data dan memberikan alasannya. Pemberian alasan
dimaksudkan untuk memperoleh umpan balik dari koleganya dan instruktur agar mengubah konklusi mereka. Inkuiri berlangsung ketika siswa menemukan
jawaban terhadap pertanyaan mereka Rustaman, 2005:11. Adapun model pembelajaran yang menggabungkan proses penemuan dan
penyelidikan atau model pembelajaran Diccovery-Inquiry. Sebagaimana yang telah dijelaskan Bruner dalam kutipan Ilahi 2012:30 pembelajaran Discovery-
Inquiry adalah strategi pembelajaran menitik beratkan pada kemampuan siswa dalam menemukan sesuatu melalui proses inquiry penelitianpenyelidikan secara
terstruktur dan terorganisir dengan baik. Menurut Utomo 2004, beberapa keuntungan mengajar dengan
menggunakan metode “ Discovery-Inquiry” antara lain: 1 Siswa akan memahami konsep–konsep dasar dan ide–ide lebih baik.
2 Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi – situasi proses belajar yang baru.
3 Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. 4 Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif dan merumuskan hipotesis sendiri.
5 Memberikan kepuasan yang bersifat instrinsik. 6 Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7 Pengajaran menjadi “ Student-Centered”. 8 Proses belajar melalui kegiatan
“Inquiry” dapat membentuk dan
mengembangkan konsep sendiri. 9 Tingkat pengharapan bertambah.
10 “Inquiry Learning” dapat mengembangkan bakat kemampuan individu. 11 “Inquiry Learning” dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar
tradisional. 12 “Inquiry Learning” memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi. Proses pembelajaran pada siswa untuk menemukan dan menyelidiki suatu
fenomena atau peristiwa–peristiwa kimia perlu dibimbing oleh guru agar tidak terjadi suatu kesalahan. Oleh karena itu, model pembelajaran yang tepat untuk
proses penemuan dan penyelidikan dengan bimbingan atau arahan dari guru adalah model “Guided Discovery-Inquiry”. Menurut Makmun dalam Nufus
2009:13 pada pembelajaran Guided Discovery-Inquiry, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, siswalah yang diberikan kesempatan untuk
mencari serta menemukan konsep sendiri dengan bimbingan seluas-luasnya dari guru.
Menurut Makmun secara garis besar prosedur pembelajaran Guided Discovery-Inquiry sebagai berikut:
1 Stimulasi Pada kegiatan ini siswa disajikan permasalahan melalui beberapa
pertanyaan – pertanyaan. Contoh: “Pernahkah kalian mangamati petani yang sedang menggarap ladangnya?
Mengapa petani perlu pupuk ZA? Apa yang terkandung dalam pupuk ZA?”. 2 Perumusan Masalah
Siswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan yang relevan sebanyak mungkin. Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis. Contohnya adalah sebagai berikut:
“Siswa diberikan suatu permasalahan tentang penurunan hasil panen yang disebabkan adanya kenaikan pH tanah sehingga tidak sesuai lagi untuk
menanam tanaman kentang. Hal tersebut membuat petani harus berpikir bagaimana cara menyelesaikannya masalah yang dihadapi tersebut. Menurut
tetangganya petani itu harus mencoba menggunakan pupuk ZA”. Berdasarkan kasus di atas, siswa diarahkan untuk membuat rumusan
masalah. Rumusan masalahnya adalah “Apakah pemberian pupuk ZA dapat mengubah pH tanah?”. Kemudian dari rumusan masalah dilanjutkan dengan
perumusan hipotesis. Hipotesisnya adalah, “Ada pengaruh pemberian pupuk ZA terhadap perubahan pH tanah”.
3 Pengumpulan Data Siswa melakukan kegiatan investigasi untuk menjawab pertanyaan
atau membuktikan benar-tidaknya hipotesis. Siswa diberi kesempatan untuk
menelaah literatur, mengamati objeknya, ataupun experimen serta dibimbing melatih kemampuan penemuan dan bersikap ilmiah. Contoh:
Dari rumusan masalah kemudian dibuat suatu rancangan percobaan oleh siswa dengan menyiapkan tanah, pupuk ZA, pH meter,dan air. Tanah
dilarutkan dalam air kemudian diukur pH awalnya setelah itu diberi pupuk ZA dan diukur pH-nya lagi. Hasil pengukuran pH-nya dicatat oleh siswa.
Ternyata pH akhir lebih kecil dari pada pH awal. 4 Analisis Data
Pada tahap ini siswa mengolah dan menafsirkan semua informasi yang berupa hasil bacaan, data observasi, data eksperimen, dan sebagainya. Siswa
dibimbing untuk mengungkap pengetahuan yang mereka miliki dan mensintesis pengetahuan baru melalui proses Discovery-Inquiry. Contoh:
Dari data pH yang diperoleh kemudian dianalisis mengapa terjadi penurunan pH tanah setelah diberi pupuk ZA. Dalam analisis data, siswa
harus mencari informasi dari berbagai sumber yang mendukung tentang kandungan pupuk. Siswa mencoba mengkaitkan antara teori dan fakta yang
terjadi. Informasi yang diperoleh dari studi pustaka ternyata pupuk ZA mengandung garam amonium sulfat yang dapat terhidrolisis sebagian dan
bersifat asam. 5 Verifikasi
Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsirannya atas informasi yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu
itu kemudian dicek apakah terbukti atau tidak. Verifikasi ini dapat dilakukan antarsiswa atau antarkelompok dalam pengawasan guru. Contoh :
Setelah menganalisis
data kemudian
kembali pada
pokok permasalahan dan hipotesisnya apakah terbukti atau tidak. Berdasarkan
analisis data di atas maka hipotesis terbukti yaitu ada pengaruh pemberian pupuk ZA terhadap perubahan pH tanah.
6 Generalisasi Siswa dibimbing menghubungkan setiap variabel yang ada sehingga
dapat menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu. Contoh : Kesimpulan dari penyelidikan di atas, Pupuk ZA mengandung garam
amonium sulfat yang bersifat asam sehingga dapat menurunkan pH tanah. Dari kesimpulan tersebut, siswa dapat mencari contoh garam-garam lainnya
yang bersifat sama seperti sifat garam dari pupuk ZA.
2.3 SETS