Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.13 Hasil Tangapan Siswa pada Uji Skala Luas Jumlah Skor Tanggapan Kritera Jumlah Siswa 48 60 Sangat layak 7 37 48 Layak 23 26 37 Cukup layak 15 26 Kurang layak Berdasarkan Tabel 4.13 di atas, dapat diketahui bahwa pada uji coba lebih luas didapatkan 7 dari 30 siswa memberi tanggapan dengan kriteria sangat layak dan 23 siswa memberikan tanggapan dengan kriteria layak. Rata-rata skor tanggapan secara kalasikal yang diberikan oleh siswa adalah 46 dengan kategori layak. Hasil tanggapan siswa terhadap model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS tersebut telah memenuhi indikator pencapaian yaitu rata-rata tanggapan lebih besar dari 37.

4.2 Pembahasan

Pengembangan model dikat praktikum kimia SMA berbasis Guided discovery-Inquiry bervisi SETS diawali dengan mengidentifikasi potensi dan masalah. Tahapan ini peneliti melakukan observasi awal di SMA N I Kajen. Berdasarkan hasil observasi awal didapatkan informasi bahwa di SMA N 1 Kajen tidak mempunyai model diktat praktikum sebagai sumber belajar dan model pembelajaran praktikumnya pun masih konvensional, maka peneliti mengembangkan model dikat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery- Inquiry bervisi SETS. Penyusunan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS mengacu pada butir-butir penyusunan bahan ajar menurut BSNP sehingga sesuai dengan syarat kelayakan bahan ajar menurut BSNP. Penilaian kelayakan model diktat praktikum dilakukan dengan menggunakan instrumen tahap 1 dan tahap II bahan ajar menurut BSNP yang telah dimodifikasi. Berdasarkan hasil penilaian tahap I Tabel 4.1 terhadap model diktat praktikum oleh masing-masing validator, dapat diketahui bahwa semua validator memberikan nilai maksimal. Hal ini berarti penyusunan model diktat praktikum sudah sesuai dengan Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD dalam kurikulum 2013 serta aspek penyajian lainnya seperti daftar isi, tujuan setiap bab, peta konsep, kata kunci, latihan dan daftar pustaka dinyatakan sudah ada. Setelah uji kelayakan tahap I dinyatakan lolos karena semua validator memberikan nilai maksimal maka dilanjutkan uji tahap II walaupun ada sedikit revisi mengenai peta konsep dan daftar isi agar menjadi lebih baik lagi. Penilaian yang dilakukan pada tahap II lebih rinci, dan harus sesuai dengan indikator yang ditentukan BSNP. Hasil penilaian tersebut yang kemudian menjadi bahan pertimbangan apakah model diktat praktikum layak diterapkan dalam pembelajaran kimia menurut syarat kelayakan bahan ajar dari BSNP atau tidak layak. Berdasarkan hasil uji kelayakan tahap II Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa rata-rata penilaian setiap komponen yaitu komponen kelayakan isi, kebahasan dan penyajian mendapatkan skor penilaian dengan kategori sangat baik. Jadi para validator sudah menganggap semua komponen dalam penyusunan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS sudah sesuai dengan kriteria penilaian tahap II dari BSNP. Adapun jumlah skor dari masing-masing validator terhadap model diktat praktikum adalah validator I memberikan skor 214, validator II memberikan skor 225, validator III memberikan skor 167 dan, validator IV memberikan skor 201. Rata-rata skor hasil penilaian dari keempat validator tersebut sebesar 202 dengan kriteria “sangat valid” sehingga validitas model diktat praktikum melebihi standar yang diajukan yaitu lebih dari 143 artinya model diktat sudah sangat valid dan sangat layak digunakan sebagai sumber belajar. Walaupun secara keseluruhan sudah dikatakan sangat valid dan sangat layak, tahap revisi masih dilakukan oleh peneliti guna memperbaiki model diktat agar lebih baik lagi karena masih ada kekurangan pada aspek-aspek tertentu. Adapun revisi yang dilakukan berdasarkan atas saran dari validator. Saran dari validator terangkum dalam Tabel 4.14. Tabel 4.14 Catatan dan saran dari validator Validator Catatan dan Saran I  Model diktat layak untuk diujicobakan, kalau mungkin tambahkan indeks pengarang.  Gambar tabung reaksi terlalu besar dibandingkan yang lain. II  Bedakan peta konsep dan struktur konsep.  Ada beberapa kata yang masih salah salah satunya seperti kata “hidroskopis” yang benar adalah “higroskopis”.  Lebih dijelaskan ke hal yang bersifat ilmiah. III  Penyajian untuk reaksi hidrolisisnya perlu diperjelas perbahasan.  Layout antar hidrolisis garam sebaiknya dipisahkan.  Contoh hidrolisis bisa disajikan dalam bentuk tabel, agar lebih jelas  Contoh soal perhitungan hidrolisis belum ada.  Indikator menganalisis prinsip kerja larutan penyangga belum dijabarkan, bagaimana cara kerja larutan penyangga ketika ditambahkan sedikit asam, basa atau penngenceran.  Contoh soal perhitungan pH penyangga belum ada.  Contoh soal perhitungan pH penyangga jika ditambah sedikit asam, basa atau pengenceran belum ada. IV  Daftar isi disesuaikan dengan hal yang dibahas. Setelah dilakukan penilaian oleh validator, peneliti melakukan perbaikan atau revisi berdasarkan catatan dan saran dari para validator sebelum berlanjut pada tahap pengembangan berikutnya. Pada komponen kelayakan isi dapat diketahui bahwa cakupan materi yang disajikan sudah cukup luas dan dalam dengan ditambahkannya penjelasan reaksi hidrolisis, contoh hidrolisis yang disajikan dalam bentuk tabel, contoh soal perhitungan hidrolisis, prinsip kerja larutan penyangga, dan contoh soal perhitungan pH penyangga jika ditambah sedikit asam, basa atau pengenceran. Gambar di bawah ini salah satu contoh hasil revisi penambahan materi tersebut. Gambar 4.2 Hasil Revisi Terkait Penambahan Materi Hidrolisis Selain cakupan materi yang sesuai dengan KI dan KD dalam kurikulum 2013, model diktat praktikum juga mengandung aspek wawasan kontekstual yang menyajikan contoh-contoh penerapan penyangga dan hidrolisis dalam lingkungan. Hal ini terlihat dari penilaian validator yang tinggi terhadap aspek tersebut. Adapun saran dari validator agar contoh-contoh dalam lingkungan lebih dijelaskan ke hal yang bersifat ilmiah. Atas dasar saran tersebut, model diktat praktikum direvisi kembali. Gambar 4.3 berikut ini adalah hasil revisinya. Pada komponen kebahasaan, menurut penilaian validator ada beberapa kata-kata yang masih tidak sesuai dengan kaidah bahasa indonesia. Hal ini dikarenakan salah dalam pengetikan dan ketidaktelitian peneliti pada saat mereview kembali hasil pengetikannya. Masalah tersebut dapat diatasi dengan segera oleh peneliti dengan mencermati setiap kalimat dan membenahinya. Pada komponen penyajian, para validator memberikan penilaian tertinggi skor 4 pada aspek 1 penyajian teks, tabel, gambar dan lampiran disertai dengan rujukansumber acuan, 2 identitas tabel, gambar dan lampiran, 3 ketepatan penomoran dan penamaan tabel, gambar dan lampiran, dan 4 daftar pustaka. Adapun sedikit masukan dari validator mengenai gambar tabung reaksi yang terlalu besar. Gambar 4.4 berikut ini menunjukan hasil revisi yang telah dilakukan oleh peneliti. Gambar 4. 3 Hasil Revisi Terkait Aspek Wawasan Kontekstual Revisi lainnya hidrolisis garam yang se gambar 4.5 berikut ini Gambar 4. 4 Ha Gambar 4. ya pada aspek penyajian adalah mengenai layout ng sebaiknya dipisahkan. Revisi tersebut ditunjukka ini. Sebelum Revisi Sesudah Revisi Hasil Revisi Terkait Aspek Penyajian Gambar r 4. 5 Hasil Revisi Terkait Aspek Penyajian ayout antar contoh unjukkan pada visi si bar Setelah dilakukan validasi model diktat praktikum dengan sedikit revisi kemudian dilakukan uji coba skala kecil atau uji skala terbatas. Penelitian uji coba skala kecil ini bertujuan untuk mengukur keterbacaan, keterlaksanaan dan keterpahaman siswa terhadap instruksi-instruksi dalam diktat praktikum. Uji coba skala kecil dilakukan di luar jam pelajaran dan dilakukan 2 kali pertemuan karena keterbatasan waktu. Pertemuan pertama guru menjelaskan tentang SETS kemudian siswa diberikan kesempatan untuk membaca diktat praktikum dan melakukan percobaan uji buffer pada minuman bersoda. Pada pertemuan kedua siswa diberi kesempatan untuk membaca dan melakukan penyelidikan sifat garam yang terhidrolisis dengan bimbingan guru. Pada akhir pertemuan uji coba skala kecil siswa diminta mengisi angket tanggapan. Berdasarkan hasil penelitian uji skala kecil Tabel 4.4 dari 6 responden, rata-rata memberikan penilaian setuju terhadap setiap pernyataan. Pernyataan yang mendapatkan nilai tertinggi adalah pernyataan nomer 2 dan 6. Pada pernyatan nomer 2 dan 6, sebanyak 3 dari 6 responden memberikan tanggapan sangat setuju bahwa tampilan dari model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS menarik minat siswa untuk membacanya dan penyusunan kontenisinya menarik, sedangkan sisanya yaitu 3 responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut. Semua siswa setuju bahwa tata bahasa yang digunakan dalam diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS mudah dipahami dan jelas serta memberikan pengalaman cara belajar yang baru bagi mereka. Rata-rata skor tanggapan dari ke-6 responden pada uji coba skala kecil adalah 47 dengan kriteria layak Tabel 4.5. Hal ini berarti menurut responden pada uji coba skal kecil model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS telah memenuhi indikator kelayakan. Hasil uji coba ini telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang dinyatakan oleh Surianto 2012:15 bahwa petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam pembelajaran di laboratorium harus jelas sehingga siswa melakukan percobaan dengan cara yang tepat dan sebagai hasilnya mereka bisa memperoleh pengetahuan, pemahaman, keahlian dan sikap kebenaran ilmiah. Karena respon dari responden pada uji coba skala kecil adalah positif, maka tahapan revisi terhadap model diktat praktikum pada uji coba skala kecil tidak dilakukan. Setelah dilakukan uji coba skala kecil maka dilakukan uji coba skala luas. Data yang didapatkan dalam uji coba skala luas adalah 1 data hasil belajar pada ranah psikomotorik, afektif dan kognitif, 2 data pengaruh model diktat terhadap peningkatan keterampilan proses sains, dan 3 data tanggapan siswa terhadap model diktat praktikum. Data penilaian ranah psikomotorik diambil dari praktikum penyangga dan hidrolisis. Walaupun susunan bab yang pertama dalam diktat praktikum adalah hidrolisis tetapi dalam pelaksanaannya praktikum yang dilakukan terlebih dahulu adalah penyangga. Penyusunan model diktat berdasarkan silabus pada kurikulum 2013 yang menempatkan bab hidrolisis lebih dahulu dari pada penyangga, sedangkan saat di lapangan bab penyangga didahulukan karena akan dijadikan materi UTS. Namun demikian, hal tersebut tidak menjadi penghambat dalam penelitian. Pada analisis deskriptif hasil belajar pada ranah psikomotorik, didapatkan rata-rata skor siswa secara klasikal dan rata-rata skor untuk tiap aspek psikomotorik. Rata-rata skor siswa pada praktikum penyangga secara klasikal adalah 36 dengan kategori sangat baik. Sedangkan rata-rata skor siswa pada praktikum hidrolisis secara klasikal adalah 37 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan dari kedua skor rata-rata tersebut ternyata ada peningkatan nilai psikomotorik dari praktikum penyangga ke praktikum hidrolisis. Hal ini menunjukkan pembelajaran menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan praktikum sehingga hasil belajar psikomotorik siswa meningkat. Aktivitas psikomotorik siswa dalam praktikum diukur dengan 11 aspek penilaian Tabel 4.6. Dari ke-11 aspek psikomotorik tersebut, aspek yang memperoleh skor tertinggi adalah aspek kelengkapan alat dan bahan praktikum. Aspek ini sangat tinggi dikarenakan dalam proses pembelajaran menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk merancang dan mempersiapkan alat dan bahan sesuai kebutuhan mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo 2004 yang menjelaskan bahwa keuntungan mengajar menggunakan metode “Discovery-Inquiry” dapat mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. Diktat praktikum yang telah dikembangkan dilengkapi dengan teknik- teknik laboratorium seperti pembacaan skala pada alat ukur dan pengenalan alat- alat laboratorium serta fungsinya. Adanya komponen tersebut dapat membantu siswa untuk mengenal alat-alat apa saja yang akan digunakan dalam praktikum dan ditambah bimbingan dari guru bagaimana cara menggunakannya sehingga keterampilan siswa menggunakan alat dan keterampilan melakukan pengukuran dalam kegiatan praktikum tergolong sangat tinggi. Model diktat praktikum ini dapat membantu siswa berinteraksi dengan siswa yang lain maupun dengan guru. Siswa secara berkelompok saling membantu dalam pelaksanaan praktikum. Akan tetapi kebanyakan siswa dalam menjalankan prosedur praktikum masih melihat diagram cara kerja dan bertanya kepada guru karena mereka kurang persiapan dalam melakukan praktikum. Oleh karena itu, aspek yang mendapatkan skor paling sedikit adalah aspek penguasaan prosedur yang digunakan dalam praktikum. Selain kegiatan praktikum, kegiatan lainnya adalah diskusi. Diskusi digunakan dalam pembelajaran ini guna menggali pengetahuan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Rata-rata skor psikomotorik diskusi siswa secara klasikal adalah 25 dengan kategori baik. Dalam pelaksanaannya, guru memberikan terlebih dahulu penjelasan mengenai SETS. Kemudian siswa mendiskusikan tentang penerapan penyangga dan hidrolisis dalam kehidupan sehari-hari dan dikaitkan dengan aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai suatu kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal-balik. Aktivitas siswa dalam diskusi diukur dengan 8 aspek penilaian Tabel 4.8. Dari ke-8 aspek psikomotorik tersebut, aspek yang memperoleh skor tertinggi adalah aspek kepercayaan diri dalam berkomunikasi di hadapan guru dan teman. Sedangkan aspek yang mendapatkan skor paling sedikit adalah aspek kecakapan berpendapat dan kemampuan merumuskan hipotesis. Banyak siswa yang masih bingung dalam menganalisis konsep penyangga dan hidrolisis dalam konteks SETS saat proses diskusi dan hanya beberapa siswa yang paham kemudian mencoba menjelaskan kepada teman sekelompoknya. Kurang lancarnya proses diskusi tersebut kemudian diatasi oleh guru dengan menjelaskan kembali tentang unsur-unsur SETS dan membimbing setiap kelompok secara intensif karena pada pembelajaran “Guided Discovery-Inquiry ”, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, siswalah yang diberi kesempatan untuk mencari serta menemukan konsep sendiri dengan bimbingan seluas-luasnya dari guru. Pembelajaran menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki dan menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya. Melalui diskusi tersebut keterampilan berpendapat, bertanya serta berkomunikasi dapat dikembangkan. Secara keseluruhan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 pada ranah psikomotorik baik dalam praktikum maupun diskusi dengan menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS kelas XI IPA 1 mampu memenuhi indikator pencapaian dengan nilai terendah yang didapatkan siswa adalah kategori baik. Pada analisis deskriptif hasil belajar ranah afektif, didapatkan rata-rata skor pada ranah afektif secara klasikal dan rata-rata skor untuk tiap aspek afektif. Rata-rata skor afektif siswa selama peroses pembelajaran secara klasikal adalah 23 dengan kategori baik. Aktivitas siswa dalam pembelajaran diukur dengan 7 aspek penilaian Tabel 4.10. Dari ke-7 aspek afektif tersebut, aspek yang memperoleh skor tertinggi adalah disiplin dalam kehadiran di kelas. Sedangkan aspek yang memperoleh skor paling rendah adalah aspek keberanian siswa dalam mengerjakan soal di depan kelas. Hal ini disebabkan kebanyakan siswa merasa kurang percaya diri dengan jawaban mereka dan takut salah dengan jawaban yang mereka kerjakan. Untuk membangkitkan keberanian siswa terkadang guru menunjuk dan membimbing siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas. Secara keseluruhan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 pada ranah afektif dengan menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery- Inquiry bervisi SETS mampu memenuhi indikator pencapaian dengan nilai terendah yang didapatkan siswa adalah kategori baik. Pada analisis deskriptif hasil belajar kognitif, didapatkan rata-rata skor nilai akhir siswa secara klasikal. Rata-rata skor nilai akhir siswa secara klasikal yang didapatkan adalah 77 Lampiran 39. Berdasarkan hasil belajar pada tabel 4.10, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa ranah kognitif hanya 21 dari 30 siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal KKM padahal pada indikator keberhasilan yang ditargetkan minimal 23 dari 30 siswa harus memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Dasar dari penargetan ini adalah untuk melihat seberapa tinggi keberhasilan siswa pada ranah kognitif setelah menggunakan model diktat praktikum selain melihat pengaruhnya terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa. Dari jumlah 30 siswa kelas XI IPA 1, ada 9 siswa yang tidak tuntas. Nilai hasil belajar kognitif diambil dari nilai post test dan nilai fortofolio laporan praktikum dan diskusi dengan bobot post test adalah 2 kali dari bobot nilai portofolio. Nilai portofolio dari kesembilan siswa tersebut sudah di atas KKM tetapi nilai post testnya masih jauh di bawah KKM sehingga nilai akhirnya menjadi rendah. Namun, dilihat dari penilaian ranah psikomotorik dan afektif kesembilan siswa tersebut mampu mencapai indikator dengan kategori baik. Ketidaktuntasan siswa disebabkan beberapa faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal Saptorini,2011. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar disebabkan siswa belum siap dalam mengerjakan post-test yang diberikan pada akhir pembelajaran. Penggunaan metode Guided Discovery-Inquiry menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, siswa diposisikan sebagai pemeran utama dalam proses pembelajaran yaitu sebagai pencari informasi sehingga memberikan kesempatan siswa untuk menyelidiki dan menemukan konsepnya sendiri dengan dibimbing oleh guru. Siswa yang turut aktif dalam melakukan penyelidikan dan menemukan konsep sendiri tentang materi yang dipelajari akan lebih mudah paham dan mengerti dibandingkan dengan siswa yang hanya sekedar menerima materi dengan mendengarkan penjelasan guru. Akan tetapi tidak semua siswa dapat menemukan konsepnya sendiri dengan mudah dan malahan siswa dapat menemukan kesulitan dalam proses pembelajaran tersebut. Penyebab kesulitannya adalah tidak semua siswa dapat menyesuaikan metode pembelajaran menggunakan model diktat praktikum ini dengan baik dan cepat sehingga kurang menunjukkan hasil belajar yang maksimal dalam waktu yang singkat. Selain itu, motivasi juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa Rafiqah dkk, 2013. Walaupun pada awal pembelajaran guru telah berusaha memberikan motivasi dan membimbing siswa setiap kali pertemuan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih ada yang kurang paham. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marsita dkk 2010 yang menyatakan penyebab kesulitan siswa dalam memahami materi penyangga antara lain kurangnya minat dan perhatian siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, kurangnya kesiapan siswa dalam menerima konsep baru dan penanaman konsep yang kurang mendalam. Faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar dalam uji skala luas ini adalah adanya kendala-kendala yang ditemukan saat proses pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS menjadikan suasana pembelajaran menjadi ramai tetapi masih dalam kondisi yang diinginkan oleh guru. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran yang berpusat pada kegiatan siswa dalam melakukan pengamatan maupun diskusi menjadikan siswa menjadi lebih aktif. Penyusunan RPP dan silabus dalam pembelajaran menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS berdasarkan kurikulum 2013. Terdapat ketidaksiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 sehingga guru terkadang kesulitan untuk mengarahkan siswa untuk mengikuti langkah-langkah pembelajarannya. Jadi penerapan kurikulum 2013 dalam uji coba skala luas ini kurang maksimal dalam penerapannya. Faktor lainnya adalah kurang tegasnya guru dalam menyuruh siswa untuk menyelesaikan tugasnya. Terkadang ada instruksi guru yang kurang diperhatikan siswa dan pada akhirnya ada siswa yang tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik seperti tugas mengerjakan soal-soal. Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh dalam uji skala luas, rata-rata skor hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotorik lebih besar dari pada hasil belajar pada ranah kognitif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Urwatin 2009 dalam Nufus 2011:15 yang menyatakan rata-rata hasil belajar kimia dengan pembelajaran Guided Discovery-Inquiry pada aspek kognitif memperoleh hasil yang lebih kecil 75,25 dibandingkan dengan hasil belajar aspek afektif 81,45 dan aspek psikomotorik 81,25. Meskipun rata-rata nilai pada ranah kognitif kurang maksimal tetapi keterampilan-keterampilan siswa lainnya dapat dikembangkan dan ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS. Selain melihat hasil belajar dan perkembangan keterampilan proses sains siswa melalui pengamatan langsung saat uji skala luas, dilakukan juga uji signifikansi melalui instrumen tes. Setiap butir pertanyaannya mampu mengukur keterampilan proses sains siswa yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen tersebut merujuk dari instrumen tes yang telah dikembangkan oleh Tek et al 2011 untuk mengukur keterampilan proses siswa di Malaysia. Uji signifikansi digunakan untuk mengetahui perbedaan sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan yaitu ada atau tidaknya peningkatan keterampilan proses sains siswa sebelum dan sesudah menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery–Inquiry bervisi SETS. Desain eksperimen yang dilakukan adalah One-Group Pretest-Posttest Design dan cara untuk menguji signifikansi peningkatan keterampilan proses sainsnya dengan uji t-test Suharsimi 2010. Berdasarkan analisis data pada lampiran 44, diketahui nilai t hitung adalah 10,34 sedangkan t tabel adalah 2,04, artinya t hitung lebih dari t tabel sehingga H O ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat peningkatan ketermpilan proses sains siswa secara signifikan setelah menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS. Hasil penelitian ini menambah bukti bahawa keterampilan proses sains dapat dikembangkan dalam kegiatan praktikum. Penelitian yang sebelumnya sudah membuktikan tentang peningkatan keterampilan proses sains melalui kegiatan praktikum adalah penelitian yang pernah dilakukan oleh Siska dkk 2013. Hasilnya menyatakan bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa secara signifikan dalam pembelajaran kimia materi laju reaksi melalui pembelajaran praktikum berbasis inquiry. Berdasarkan Gambar 4.1, dapat diketahui bahwa rata-rata keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan pada tiap aspeknya setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS . Hal ini berarti sesuai dengan pendapat Sawitri dalam Trisnawati 2011:12 yang menyatakan bahwa tujuan penyusunan diktat praktikum salah satunya adalah untuk mengaktifkan siswa dan membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan proses sains. Aspek KPS yang mencapai skor tertinggi adalah aspek interpretasi dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan penemuan. Keterampilan KPS pada aspek interpretasi dan berkomunikasi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran terutama saat kegiatan praktikum. Duran et al 2011 menyatakan keterampilan proses sains termasuk keterampilan yang setiap individu dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari dengan bersikap ilmiah dan meningkatkan kualitas dan standar hidup melalui pemahaman hakekat ilmu pengetahuan. Penggunaan model diktat ini dimaksudkan untuk menarik minat siswa untuk membaca dan membantu dalam belajar agar lebih mudah serta siswa dapat memahami mengenahi konteks SETS dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian terhadap model diktat sangat diperlukan guna mengetahui ketertarikan siswa, kualitas diktat, dan kebermanfaatan bagi siswa. Oleh karena itu, di akhir pertemuan pada uji skala luas siswa diminta tanggapannya mengenai model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS. Penilaian tanggapan siswa menggunakan angket dengan 15 pernyataan Lampiran 46. Berdasarkan hasil pengisian angket tanggapan siswa mengenai model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS yang telah berlangsung dalam proses pembelajaran menunjukkan 7 dari 30 siswa memberi tanggapan dengan kriteria sangat layak dan 23 siswa memberikan tanggapan dengan kriteria layak. Rata-rata skor tanggapan secara kalasikal yang diberikan oleh siswa adalah 46 dengan kategori layak. Selain itu, skor setiap itemnya juga menunjukkan sebagian besar siswa menyatakan setuju pada setiap pernyataan Lampiran 47. Hal ini berarti secara klasikal siswa beranggapan setuju bahwa model diktat praktikum sangat membantu dalam kegiatan praktikum, mudah dilaksanakan, penyusunan kontennya menarik, tata bahasanya mudah dipahami, menarik minat untuk membacanya, membangkitkan rasa ingin tahu, dapat dijadikan referensi, dapat terbaca dengan jelas, memberikan pengalaman cara belajar baru, mengarahkan belajar mandiri, tersedianya gambar yang memudahkan dalam belajar, model diktat praktikum dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami keterkaitan SETS dan pemakainnya praktis. Berdasarkan hasil tanggapan tersebut dapat dikatakan bahwa model diktat layak diterapkan dalam proses pembelajaran materi penyangga dan hidrolisis. Setelah dilakukan uji coba skala luas adapun pembenahan yang perlu dilakukan berdasarkan kekurangan-kekurangan yang didapatkan dalam uji coba skala luas. Pembenahan atau revisi yang dilakukan pada tahap akhir adalah penambahan intruksi yang lebih jelas pada penyelidikan membuat larutan penyangga asam dan basa. Hal ini dikarenakan pada penyelidikan tersebut siswa merasa kebingungan dan solusinya pada saat itu guru harus menjelaskan kembali kepada setiap kelompok.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN