Gunarsa dan suami, walaupun menyatakan ada beberapa kesulitan menentukan batasan usia remaja di Indonesia, akhirnya mereka pun menetapkan
bahwa usia antara 12-22 tahun sebagai masa remaja 1981:15-16. Susilo Windradini, menguraikan tentang remaja awal atau early adolensce 13-17
tahun dan remaja akhir atau late adolenscense 17-21 tahun. Winarno Surachmad setelah meninjau banyak literatur luar negeri, menulis usia 12-22
tahun adalah masa mencakup perkembangan terbesar perkembangan adolescence dalam Panuju, 2005:6-7.
2.2.1.1. Kriteria Masa Remaja
Menurut WHO World Healt Organization dalam Sarwono 2010:11 masa remaja mencakup tiga kriteria yaitu: a. Biologik, remaja adalah individu
yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual; b. psikologik, remaja
adalah individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola- pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa; c. Sosial ekonomi, remaja adalah
individu yang mengalami peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi dan relatif lebih mandiri.
2.2.2. Ciri-Ciri Masa Remaja
2.2.2.1. Ciri-ciri Umum Masa Remaja
Hurlock 1980:207-209 mendefinisikan ciri-ciri umum masa remaja sebagai berikut :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Hal ini karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku serta akibatnya yang jangka panjang, ada periode penting karena akibat fisik
dan psikologis. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental terutama pada masa awal remaja. Semua
perkembangan tersebut memerlukan penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Merupakan masa peralihan ketahap perkembangan berikutnya. Artinya, apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa
yang terjadi sekarang dan yang akan datang serta dapat mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ada 4 perubahan yang sama dan
hampir bersifat universal, yaitu : -
meningginya emosi yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, karena perubahan emosi biasanya terjadi
lebih cepat selama masa awal remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir masa remaja.
- Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial.
Bagi remaja muda, masalah yang timbul tampaknya lebih banyak dan sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya.
- Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah.
Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi.
- Setiap remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka
menginginkan dan menuntut perubahan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab terhadap akibatnya dan meragukan kemampuan mereka
untuk dapat mengatasi tangggung jawab tersebut. d.
Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah pada masa remaja menjadi masalah yang sulit diatasi baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Alasan pertama adalah sepanjang masa kanak-kanak masalah sebagian diselesaikan oleh guru dan
orang tua. Kedua karena remaja merasa dirinya mandiri, mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru. Karena
ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalah mereka sendiri menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa
penyelesainnya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. e.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada masa remaja awal penyesuaian diri dengan standar kelompok
lebih penting daripada individualistis. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan
teman-temannya dalam segala hal, tetapi status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan “krisis identitas” atau masalah
identitas-ego pada remaja. Remaja menarik perhatian pada diri sendiri agar
dipandang sebagai individu tapi pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebayanya.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Stereotip budaya yang menganggap bahwa remaja adalah anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan
berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggungjawab dan bersikap
tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Stereotip popular juga mempengaruhi konsep diri juga sikap remaja terhadap dirinya sendiri.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
Semakin tidak realistis cita-cita maka ia akan menjadi semakin marah dan sangat kecewa apabila oranglain mengecewakannya atau kalau ia tidak
berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan sendiri. h.
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti
orang dewasa saja belum cukup. Maka remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yag dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan. 2.2.2.2.
Remaja Menurut Masyarakat Indonesia
Sarwono 2010:11 mendefinisikan remaja menurut masyarakat Indonesia sendiri, dan memang cukup sulit karena Indonesia terdiri dari berbagai
macam suku, adat, dan tingkatan sosial-ekonomi maupun pendidikan. Walaupun demikian, sebagai pedoman umum batasan usia remaja adalah 11-24 tahun dan
belum menikah untuk remaja dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : a. Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual
sekunder mulai tampak kriteria fisik; b. dibanyak masyarakat Indonesia, usia sebelas tahun sudah dianggap akil balig baik menurut adat maupun agama
sehingga masyarakat tidak lagi menganggap mereka sebagai anak-anak kriteria sosial; c. pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri ego identity, menurut Erickson, tercapainya fase genital dan perkembangan psikoseksual menurut
freud dan tercapainya puncak perkembangan kognitif Piaget maupun moral Kohlberg kriteria psikologis; d. Batas usia 24 tahun merupakan batas
maksimal, yaitu untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak
penuh sebagai orang dewasa secara adattradisi, belum bisa memberikan pendapat sendiri dan sebagainya. Dengan kata lain, orang-orang dengan batas
usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologis, masih dapat digolongkan sebagai remaja. Golongan ini
cukup banyak di Indonesia, terutama dari kalangan masyarakat kelas menengah keatas yang mempersyaratkan berbagai hal terutama pendidikan setinggi-
tingginya untuk mencapai kedewasaan. Akan tetapi, dalam kenyataannya cukup banyak pula orang yang mencapai kedewasaannya sebelum usia tersebut; e.
Dalam definisi diatas status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting dimasyarakat kita pada umumnya. Seorang
yang sudah menikah pada usia berapapun dianggap dan diperlukan sebagai dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan
keluarga. Karena itu batasan remaja disini dibatasi untuk yang belum menikah. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
remaja adalah individu yang mengalami masa transisi dari kanak-kanak kemasa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan ciri-ciri fisik, matang secara
perilaku, mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan masa sebelumnya dan sesudahnya, serta memenuhi kriteria sosial tertentu dalam
masyarakat, dan dengan rentang usia 12-21 tahun. Dilihat dari ciri-ciri tersebut tak dapat dapat dipungkiri jika kita memandang terkadang seorang remaja
mengalami berbagai masalah dalam kehidupannya, seperti terjadinya kenakalan remaja yang disebabkan beberapa hal diatas.
2.3. Peran ayah
2.3.1. Pengertian Peran Ayah
Guna mendapatkan definisi mengenai peran ayah fathering, maka rujukan pertama adalah memahami arti dari peran orang tua parenthing atau
biasa dikenal sebagai peran pengasuhan. Brooks 2011:10 mendefinisikan orang tua sebagai individu-individu yang mengasuh, melindungi dan memimpin dari
bayi hingga tahap dewasa. Orang tua melakukan investasi dan komitmen abadi pada seluruh periode perkembangan yang panjang dalam kehidupan anak, untuk
memberikan tanggung jawab dan perhatian yang mencakup: a. kasih sayang dan hubungan dengan anak yang terus berlangsung; b. kebutuhan material seperti
makanan, pakaian dan tempat tinggal; c.akses kebutuhan medis; d. Disiplin yang bertanggung jawab, menghindarkan dari kecelakaan dan kritikan pedas serta
hukuman fisik yang berbahaya; e. Pendidikan intelektual dan moral; f. Persiapan untuk bertanggung jawab sebagai orang dewasa; g. Mempertanggungjawabkan
tindakan anak kepada masyarakat luas. Orang tua memberikan perhatian dalam interaksi langsung dengan anak
contohnya memberi makan, mengajar dan bermain dengan anak. Mereka juga memberikan perhatian melalui tindakan tidak langsung yang bisa muncul dalam
berbagai bentuk, misalnya orang tua berperan sebagai penasihat bagi anak didalam masyarakat dengan memastikan sekolah dan pendidikan. Pengasuhan
tidak berjalan satu arah, dimana orang tua mengarahkan anak menuju tahap kedewasaan. Parenthing adalah proses tindakan dan interaksi antara orang tua