Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja Kenakalan Remaja

merupakan kejahatan, jika dilakukan remaja merupakan perbuatan yang melawan hukum. Fuhrmann dalam Gunawan, 2011:30 mengungkapkan bahwa kenakalan remaja adalah suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menganggu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Menurut Gunarsa 2007:19 kenakalan remaja adalah kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial. Kenakalan ini tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak digolongkan sebagai pelanggaran hukum. Sedangkan Sarwono 2010:256 mengemukakan, yang dimaksud dengan kenakalan remaja adalah perilaku yang menyimpang dari atau melanggar hukum. Hasan dan Walgito menegaskan bahwasanya kenakalan remaja adalah perbuatan atau kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melanggar hukum, antisosial, anti susila dan menyalahi norma- norma agama. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku atau perbuatan remaja yang menyimpang dari norma, hukum serta agama yang ada dan menimbulkan kerusakan pada diri sendiri maupun kerisauan pada orang lain.

2.5.2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Masalah kenakalan remaja adalah masalah yang harus segera diperhatikan dan harus segera ditangani. Permasalahan kenakalan remaja ini tidak hanya di desa saja ataupun dikota-kota besar saja akan tetapi dimana saja. Jensen dalam Sarwono, 2010:257 membagi kenakalan remaja menjadi empat jenis, yaitu kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti perkelahian, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain. Kenakalan yang menimbulkan korban materi berupa perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain berupa pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin juga dapat dimasukkan hubungan seks sebelum menikah. Terakhir kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka, dan sebagainya. Hurlock, 1980:209 menjelaskan bahwa pada masa remaja semakin dekat usia kematangan yang sah, sehingga membuat para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa saja belum cukup, maka remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan . Sudarsono 2004:209-210 membagi bentuk-bentuk kenakalan remaja, yaitu : a. Berupa ancaman terhadap hak milik orang lain yang berupa benda, seperti pencurian. b. Berupa ancaman terhadap keselamatan jiwa orang lain, seperti pembunuhan dan penganiayaan yang menimbulkan meninggalnya orang lain; c. Perbuatan-perbuatan ringan lainnya seperti pertengakaran sesama anak, minum-minuman keras, begadang atau keliaran sampai larut malam. Menurut John W. Santrock istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial seperti bertindak berlebihan disekolah, pelanggaran seperti melarikan diri dari rumah, hingga tindakan-tindakan kriminal seperti mencuri. Demi tujuan- tujuan hukum, dibuat suatu perbedaan antara pelanggaran-pelanggaran indeks indeks offens yaitu tindakan kriminal baik yang dilakukan remaja maupun orang dewasa. Tindakan-tindakan itu meliputi perampokan, penyerangan dengan kekerasan, pemerkosaan, dan pembunuhan. pelanggaran-pelanggaran status status offens Merupakan tindakan pelanggaran yang tidak terlalu serius. Contoh dari status offens adalah seperti lari dari rumah, bolos dari sekolah, minum- minuman keras yang melanggar ketentuan usia, pelacuran dan ketidakmampuan mengendalikan diri Dryfoos dalam Santrock, 2003:519. Menurut Kartono 2005:21-23 bentuk perilaku kenakalan remaja antara lain adalah : a. Kebut-kebutan dijalan yang mengganggu keamanan lalu-lintas dan membahayakan diri sendiri serta orang lain. b. Perilaku ugal-ugalan, berandalan, urakan yang mengacaukan ketentraman lingkungan sekitar. c. Perkelahian antar gang, antar kelompok, antar sekolah, sehingga kadang- kadang membawa korban jiwa. d. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi di tempat-tempat terpencil sambil melakukan bermacam-macam eksperimen tindak a-susila. e. Kriminalitas remaja antara lain berupa perbuatan mengancam, memeras, mencuri, mencopet, menyerang, melakukan pembunuhan dengan jalan menyembelih korbannya, mencekik, meracun dan tindak kekerasan. f. Berpesta pora, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas yang mengganggu lingkungan. g. Perkosaan, agresivitas seksual dan pembunuhan dengan motif seksual, atau didorong oleh emosi balas dendam dan kekecewaan ditolak cintanya oleh seorang wanita. h. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan. i. Tindak-tindak immoral seksual yang secara terang-terangan, tanpa rasa malu degan cara yang kasar, ada seks dan cinta bebas tanpa kendali yang didorong oleh hiperseksualitas. j. Homoseksualitas, erotisme anal dan oral, dan gangguan seksual lain pada remaja disertai tindakan sadistis. k. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga mengakibatkan kriminalitas. l. Komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadis-gadis delinkuen dan pembunuhan bayi oleh ibu-ibu yang tidak kawin. m. Tindakan radikal dan ekstrim, dengan cara kekerasan, penculikan dan pembunuhan yang dilakukan remaja. Pada usia mereka, perilaku-perilaku yang dilanggar memang belum melanggar hukum dalam arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam lingkungan primer keluarga dan sekunder sekolah yang memang tidak diatur oleh hukum secara terinci Jensen dalam Sarwono, 2010:257.

2.5.3. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja