menjalankan rumah tangga dan perkawinan, termasuk didalamnya berperan memberikan model yang lengkap bagi anak-anak dalam menjalani kehidupan
Andayani Koentjoro, 2004:12. Berdasarkan pemahaman diatas, peran ayah fathering dapat dijelaskan
sebagai suatu peran yang dimainkan seorang ayah dalam kaitannya dengan tugas untuk mengarahkan anak menjadi mandiri dimasa dewasanya, baik secara fisik
dan psikologis. Peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu dan memiliki pengaruh pada anak walau pada umumnya menghabiskan waktu relatif lebih
sedikit dengan anak dibandingkan dengan ibu. Ayah sebagai salah satu orang tua diharapkan untuk lebih terlibat dalam pengasuhan. Ayah sebagaimana ibu adalah
bagian dari keluarga. Ayah tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab pengasuhan anak. Ia tidak hanya memasuki masa parenthood dengan adanya
anak melainkan juga mempunyai hak dan kewajiban untuk menikmati dan mengurus anak.
2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Ayah
Doherty, dkk dalam Andayani Koentjoro, 2004:78-81 menyebutkan 5 faktor penting yang mempengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak: a.
Faktor ibu, ibu sering memberikan evaluasi pada para ayah ketika mereka terlibat dengan anak-anak. Tidak jarang evaluasi ibu akan menjadi ukuran bagi ayah
untuk tetap berinteraksi dengan anaknya atau tidak. Simons, dkk 1990 menemukan bahwa sikap, harapan, dan dukungan ibu terhadap ayah akan
mempengaruhi keterlibatan ayah pada anaknya. Penilaian dari pasangan akan memperkuat identitas peran ayah yang kemudian akan meningkatkan perhatian
ayah terhadap anak, atau dengan kata lain meningkatkan pemusatan psikologis psychological centrality tentang petingnya anak bagi si ayah, dengan adanya
pemusatan ini ayah akan menjadi lebih terlibat pada anak; b. Faktor ayah sendiri, Keterlibatan ayah dipengaruhi oleh kepribadiannya, aspek-aspek identifikasi
peran ayah, keterampilan pengasuhan, dan komitmen adalah aspek penting dalam keterlibatan ayah yang dapat mengimbangi kurangnya faktor dukungan dari ibu,
sosial dan institusional. Demikian pula halnya dengan kesejahteraan psikologis, dan kemampuan penyesuaian psikologis ayah. Trait expressiveness adalah
kepribadian feminim yang mengandung unsur kelembutan hati, baik hati dan peduli pada orang lain. Seorang ayah yang mempunyai tingkat trait
expressiveness tinggi akan melibatkan dirinya dalam proses sosialisai anak; c. Faktor anak, Marsagilo mendapatkan gambaran bahwa ayah cenderung lebih
nyaman beriteraksi dengan anak laki-laki daripada anak perempuan, hal ini diduga disebabkan karena anak laki-laki mengidentifikasi diri pada ayahnya, dan
komunikasi ayah anak menjadi lebih mudah. Faktor karakteristik anak menurut Belsky meupakan faktor yang tidak kalah penting perannya pada bentuk
keterlibatan anak; d. Faktor coparental, faktor kualitas pernikahan menjadi faktor yang penting, ketika hubungan dengan istri kurang memuaskan atau penuh dengan
konflik ayah cenderung menjauh dari anak-anak Ahrons dan Miller. Jika ayah berinteraksi dengan anak ketika kualitas tidak memuaskan, maka pola perilakunya
terhadap anak juga cenderung kurang positif dan kurang suportif; e. Faktor kontekstual, Faktor kontekstual yang berperan adalah faktor ekonomi keluarga,
dukungan sosial, dan bantuan dari orang-orang dekat seperti keluarga asal dan saudara yang lain.
Aspek ekonomi merupakan aspek pendukung identitas diri seorang ayah. Ayah yang mempunyai kemampuan ekonomi yang menurutnya cukup akan
mempunyai kesejahteraan psikologis yang lebih baik daripada ayah yang kemampuannya sebagai pencari nafkah kurang memuaskan. Hal ini berkaitan
dengan kesuksesan dilingkungan luar keluarga. Kesulitan ekonomi akan membawa ketegangan psikologis yang kemudian akan berpengaruh pada
interaksi suami isteri, dan selanjutnya berdampak pada pengasuhan anak.
2.3.3. Peran Ayah dalam Keluarga