Pada penelitian ini, ruang lingkup atau materi PKn yang digunakan adalah ruang lingkup kebutuhan warga negara. Materi PKn kelas V semester II
pada standar kompetensi 4. Menghargai keputusan bersama dengan kompetensi dasar 4.1 Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama dan 4.2 Mematuhi
keputusan bersama.
2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif
Taniredja 2013:55 mengemukakan cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil yang berjumlah 4-8 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif
merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Menurut Suprijono 2013:55 pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta
menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesiakan masalah.
Menurut Huda 2013:32 pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling
membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperaif umumnya melibatkan kelompok yang terdiri dari empat siswa dengan kemampuan yang berbeda dan
ada pula yang menggunakan kelompok dengan ukuran yang berbeda-beda.
Model pembelajaran Kooperatif mulai dikembangkan karena model pembelajaran tradisional kurang efektif digunakan dalam pembelajaran.
Perbedaan model pembelajaran kooperatif dan tradisional antara lain: a.
Dalam pembelajaran tradisional guru sering memberi dan mendominasi kelas sedangkan pembelajaran kooperatif ada saling ketergantungan positif dan
saling membantu antara guru dan siswa b.
Dalam pembelajaran tradisional, kelompok belajar bersifat homogen sementara pembelajaran kooperatif kelompok belajar bersifat heterogen
c. Dalam pembelajaran tradisional keterampilan sosial sering tidak diajarkan,
sedangkan pembelajaraan kooperatif keterampilan sosial diajarakan melalui gotong royong antar anggota kelompok
Menurut Slavin dalam Taniredja, 2012:57 ada enam tipologi pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Tujuan kelompok, bahwa kebanyak metode pembelajaran kooperatif
menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. b.
Tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata individu dan siswa diberi
tanggung jawab khusus untuk sebagian tugas kelompok. c.
Kesempatan sukses yang sama, yaitu penggunaan skor yang memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam
timnya d.
Kompetisi tim, sebagai sarana untuk motivasi siswa untuk bekerja sama dengan anggota tim
e. Spesialisasi tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-
masing anggota kelompok f.
Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat langkah kelompok.
Roger dan David Johnson dalam Suprijono, 2013:58 mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsu tersebut adalah: a Positive interdepence
saling ketergantungan positif; b personal responsibility tanggung jawab perseorangan; c face to face promotive interaction interaksi promotif; d
interpersonal skill komunikasi antaranggota; e group processing pemrosesan kelompok.
Menurut Suprijono 2013:65-66 sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase yaitu:
a. Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran koopertaif. Hal ini
penting agar peserta didik memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran
b. Fase kedua, guru menyampaikan informasi sebab informasi ini merupakan isi
akademik c.
Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini oleh sbeab ini transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok harus diorekstrasikan dengan
cermat. Guru harus menjelaskan bahwa pesrta didik harus saling bekerja sama didalam kelompok.
d. Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang
tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu dialokasikan. Guru memberikan petunjuk, pengarahan atau meminta beberapa peserta didik
mengulangi hal yang telah ditunjukkan. e.
Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan startegi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.
f. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan
kepada peserta didik. Variasi struktur reward individualis, kompetitif dan kooperatif.
Sadker dan Sadker dalam Huda, 2013:66 menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif , menurut mereka selain meningkatkan
keterampilam kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini:
a. siswa diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh
hasil pembelajaran yang lebih tinggi; b.
siswa yang berpatisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar;
c. dengan pembelajaran koopetaif, siswa menjadi lebih peduli kepada teman-
temannya dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif untuk proses belajar mereka nanti;
d. pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap
teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda- beda;
Menurut Huda 2013:78-79 aspek-aspek pembelajaran kooperatif ada empat terdiri dari:
a. tujuan: semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil dan
diminta untuk mempelajari materi tertentu dan saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut;
b. level kooperasi: kerja sama dapat diterapkan dalam level kelas dan kevel
sekolah; c.
pola interaksi: setiap siswa saling mendorong kesuksesan antarsatu sama lain. Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siwa lain, saling menyimak
penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras dan saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan;
d. evaluasi: sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertntu. Penekananya
biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap individu siswa.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan kemudian dianalisis dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan keaktifan dan kerja sama siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Model kooperatif merupakan model pembelajaran
yang didalamnya mengajarkan kepada siswa untuk lebih mandiri dan menjadikan guru sebagai fasilitator pembelajaran.
2.1.7. Model Numbered Head Together