Audit eksternal Formulasi Strategi

28 punggung organisasi, antara lain pembelian, logistik ke dalam, operasi, logistik ke luar, pemasaran dan penjualan serta pelayanan. Sedangkan aktivitas sekunder merupakan aktivitas-aktivitas yang menyokong aktivitas primer, antara lain infrastruktur organisasi, manajemen sumber daya manusia, serta pengembangan riset dan teknologi. Analisis rantai nilai memungkinkan organisasi mengidentifikasi dengan lebih baik kekuatan dan kelemahannya. Menurut J.B. Barney diacu dalam David 2009: 180, kinerja organisasi ditentukan oleh sumber daya internal yang dapat dikelompokan dalam tiga kategori yaitu sumber daya fisik, sumber daya manusia, dan sumber daya organisasi. Sumber daya merupakan suatu hal yang membantu perusahaan mengeksploitasi peluang dan menetralisasi ancaman. Strategi yang menyangkut sumber daya haruslah mengarah pada keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Hal ini terjadi ketika perusahaan pesaing tidak mampu menduplikasi strategi yang belum pernah dibuat oleh perusahaan pesaing manapun. Suatu sumber daya dapat bernilai, jika sumber daya tersebut langka, sulit ditiru serta tidak mudah digantikan.

2.3.3. Audit eksternal

Audit eksternal menekankan pada identifikasi dan evaluasi tren dan kejadian yang berada di luar kendali perusahaan. Audit eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga manajer dapat memformulasi strategi yang tepat untuk menghindari atau mengurangi ancaman dan memanfaatkan peluang Hitt dkk. 2001: 56. 29 Menurut David 2009: 120, kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori besar yaitu 1 kekuatan ekonomi, 2 kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan, 3 kekuatan politik, pemerintah dan hukum, 4 kekuatan teknologi dan 5 kekuatan kompetitif. Perubahan dalam lingkungan eksternal menyebabkan perubahan permintaan konsumen terhadap produk barang atau jasa. Identifikasi peluang dan ancaman eksternal memungkinkan perusahaan mengembangkan visi dan misi yang jelas, mendesain strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang dan mengembangkan kebijakan untuk mencapai tujuan tahunan. Gambar 2.2. Model Lima Kekuatan Porter Sumber : David 2006: 131 Seperti terlihat dalam Gambar 2.2 Model Lima Kekuatan Porter Porter’s Five Forces Model memfokuskan pada analisis kekuatan eksternal dan variabel industri sebagai dasar dari mempertahankan kekuatan kompetitif di dalam industri. Kekuatan kompetitif ditentukan oleh positioning kompetitif di dalam industri Porter dalam David, 2006: 130. Persaingan dalam industri dapat dilihat sebagai kombinasi lima kekuatan tersebut, antara lain : Potensi pengembangan produk subtitusi Persaingan antar perusahaan sejenis Kekuatan tawar- menawar pembelikonsumen Kekuatan tawar- menawar penjualpemasok Kemungkinan masuknya pesaing baru 30 1 Persaingan antar perusahaan sejenis Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan hanya dapat berhasil jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan oleh pesaing sehingga persaingan dengan perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. 2 Kemungkinan masuknya pesaing baru Jika perusahaan semakin mudah masuk ke dalam industri, hal itu menunjukkan bahwa intensitas persaingan antar perusahaan akan semakin meningkat. Ada beberapa hambatan untuk masuk dalam industri bagi suatu perusahaan antara lain hambatan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya preferensi merek, besarnya kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang sudah mapan, potensi kejenuhan pasar dan tentu saja kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi. Disamping itu, terkadang perusahaan baru memasuki suatu bisnis dengan produk berkualitas lebih tinggi, harga lebih rendah dan sumber daya pemasaran yang lebih besar. Hal ini memungkinkan penyusunan strategi lebih menitikberatkan pada identifikasi perusahaan yang berpotensi menjadi pesaing, memonitor pesaing baru untuk membuat serangan balasan bila dibutuhkan serta untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang saat ini. 31 3 Potensi pengembangan produk subtitusi Dalam banyak kasus, perusahaan bersaing dekat dengan produk subtitusi dalam industri yang berbeda. Tekanan kompetisi yang berasal dari produk subtitusi meningkat sejalan dengan menurunnya harga relatif dari produk subtitusi dan sejalan dengan menurunnya biaya konsumen untuk beralih ke produk lain. Cara terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif produk subtitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat produk- produk tersebut dan memantau rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar. 4 Kekuatan tawar menawar penjual atau pemasok Kekuatan tawar menawar dengan pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam industri. Hal ini khususnya dikarenakan ketika adanya sejumlah besar pemasok, ketika hanya ada sedikit barang subtitusi yang cukup bagus, atau ketika biaya untuk mengganti bahan baku cukup mahal. 5 Kekuatan tawar menawar pembeli atau konsumen Kekuatan tawar menawar konsumen sangat mempengaruhi intensitas persaingan adalah ketika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya atau membeli dalam jumlah yang besar. Hal lain yang membuat kekuatan tawar menawar konsumen lebih tinggi ialah ketika produk yang dibeli ialah produk standar dan tidak terdiferensiasi. Perusahaan pesaing mungkin menawarkan garansi atau khusus untuk mendapatkan kesetiaan pelanggan ketika kekuatan tawar menawar konsumen cukup besar. 32

2.3.4. Menetapkan tujuan jangka panjang

Dokumen yang terkait

Analisis laporan keuangan koperasi produsen tempe-tahu Indonesia

0 6 100

Analisis keragaan primer koperasi produsen tahu tempe Indonesia (primikopti) di tengah krisis ekonomi (kasus pada primkopti kotamadya Sukabumi Jawa Barat)

0 13 123

Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Kota Bogor

0 37 152

TANGGUNG JAWAB PENGURUS DALAM PENGELOLAAN PRIMER KOPERASI PRODUSEN TEMPE TAHU INDONESIA (PRIMKOPTI) Tanggungjawab Pengurus Dalam Pengelolaan Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Di Kabupaten Karanganyar.

0 2 19

SKRIPSI Tanggungjawab Pengurus Dalam Pengelolaan Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Di Kabupaten Karanganyar.

0 7 12

PENDAHULUAN Tanggungjawab Pengurus Dalam Pengelolaan Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Di Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

(ABSTRAK) FORMULASI STRATEGI PADA PRIMER KOPERASI PRODUSEN TEMPE TAHU INDONESIA (PRIMKOPTI) SEMARANG BARAT.

0 0 2

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PADA UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI PRIMKOPTI (PRIMER KOPERASI PRODUSEN TEMPE TAHU INDONESIA) JAKARTA TIMUR - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 1 135

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PADA BAGIAN DISTRIBUSI PRIMER KOPERASI PRODUSEN TEMPE TAHU INDONESIA (PRIMKOPTI) KOTA BOGOR - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 2 79

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN PADA UNIT TOKO KOPERASI PRIMKOPTI (PRIMER KOPERASI PRODUSEN TEMPE TAHU INDONESIA) JAKARTA TIMUR - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 1 136