9
akhirnya diharapkan akan berujung pada peningkatan ekonomi usaha anggota PRIMKOPTI Semarang Barat.
Seiring dengan globalisasi perdagangan dunia, penerapan manajemen strategis semakin penting sebagai suatu cara untuk mengikuti perkembangan dan
menempatkan posisi dalam percaturan bisnis globalisasi serta mempertahankan daya saing perusahaan dalam jangka panjang Wheelen dan Hunger, 2000: 6.
Tanjung 2008: 173 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa : Praktik manajemen strategis menetukan kinerja. Melalui praktik
manajemen strategis kinerja dapat direncanakan dengan baik dan dapat diukur dengan kepuasaan anggota menggunakan parameter yang terukur
seperti tingkat perolehan Sisa Hasil Usaha SHU, pembagian SHU kepada anggota, promosi anggota dan pelayanan anggota koperasi primer….
Langkah praktik manajemen strategis ini harus dimulai dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal PRIMKOPTI Semarang Barat
secara lebih komprehensif. Kemudian dilanjutkan dengan bagaimana melakukan formulasi strategi untuk dapat memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan
yang dimiliki serta menghadapi peluang dan menghindari ancaman yang ada. Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai
“Formulasi Strategi Pada Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia PRIMKOPTI Semarang Barat”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka terdapat beberapa perumusan masalah sebagai berikut yaitu :
10
1.2.1 Faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi usaha
Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia PRIMKOPTI Semarang Barat?
1.2.2 Faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha
Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia PRIMKOPTI Semarang Barat?
1.2.3 Apa saja alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh Primer Koperasi
Produsen Tempe Tahu Indonesia PRIMKOPTI Semarang Barat untuk mengembangkan usahanya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu :
1.3.1 Mengidentifikasi lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan bagi usaha Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia PRIMKOPTI Semarang Barat.
1.3.2 Mengidentifikasi lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman
bagi usaha Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia PRIMKOPTI Semarang Barat.
1.3.3 Merumuskan beberapa alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat
diterapkan oleh Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia PRIMKOPTI Semarang Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain yaitu :
11
1.4.1. Manfaat teoritis
Untuk mengembangkan ilmu koperasi khususnya tentang Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia PRIMKOPTI, serta menambah dan
memperluas pengetahuan tentang manajemen strategis yang ada pada PRIMKOPTI Semarang Barat.
1.4.2. Manfaat praktis
1 Masukan strategis bagi Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu
Indonesia PRIMKOPTI Semarang Barat dalam mengembangkan usahanya.
2 Referensi bagi Pemerintah dalam menentukan kebijakan perkedelaian
dan produk turunannya serta kebijakan perkoperasian di Indonesia. 3
Media belajar serta referensi bagi civitas akademika untuk melakukan penelitian lanjutan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dikhususkan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia PRIMKOPTI
Semarang Barat sehingga menghasilkan perencanaan strategi terbaik untuk mengembangkan usaha PRIMKOPTI Semarang Barat. Penelitian ini tidak
membahas mengenai implementasi dan evaluasi dalam melaksanakan strategi- strategi yang dihasilkan.
12
13
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1.1. Sejarah koperasi
Koperasi modern yang berkembang dewasa ini lahir pertama kali di Inggris yaitu di kota Rochdale pada tahun 1844 Sitio, dkk 2001: 7. Koperasi
timbul pada masa perkembangan kapitalisme sebagai akibat revolusi industri, perkembangan koperasi Rochdale sangat mempengaruhi perkembangan gerakan
koperasi di Inggris maupun di luar Inggris. Pada tahun 1852, jumlah koperasi di Inggris sudah mencapai 100 unit. Pada tahun 1862, dibentuklah Pusat Koperasi
Pembelian dengan nama The Cooperative Whole Sale Society CWS. Pada tahun 1945 CWS berhasil mempunyai lebih kurang 200 pabrik dan 9.000 pekerja Sitio,
dkk, 2001: 9. Di Indonesia pada tahun 1895 Patih R.A. Wiriaatmadja mendirikan “De
Purwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandesche Hoofen” alias bank priyayi.
Alasannya, ia terdorong oleh keinginan untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh lintah darat yang memberikan pinjaman dengan
bunga yang tinggi. Pada tahun 1915 lahir Undang-Undang tentang Koperasi yang dikenal dengan nama Verordening op de Cooperative Vereninging, pada tahun
1920, diadakan Cooperative Commisie yang diketuai J.H. Boeke sebagai Adviseur voor Volk-credietwezen
. Komisi ini bertugas untuk menyelidiki apakah koperasi bermanfaat di Indonesia. Hasilnya diserahkan bulan September 1921 dengan
kesimpulan bahwa koperasi dibutuhkan untuk memperbaiki perekonomian rakyat.