101
tiap implementor anggota BKPRD. Jika para implementor kurang memahami kejelasan kebijakan, maka akan membuat arahan dari kebijakan ini menjadi tidak
tercapai.
5.2. Komunikasi dan Koordinasi
Komunikasi merupakan
sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun sebaliknya. Komunikasi dilakukan untuk menghindari
distorsi implementasi. Sementara itu koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerjasama yang saling
terkait dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi kebijakan.
Menurut para informan, komunikasi dan pola interaksi Perda ini yang diwadahi oleh BKPRD Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah terwujud
dalam rapat yang diselenggarakan jika ditemukan case dari setiap instansi terkait dan ada peraturan yang perlu dibahas. Tetapi sampai sejauh ini, hampir setiap
minggu bahkan setiap hari diadakan rapat walaupun menurut ketentuan yang telah ditetapkan, seharusnya rapat kinerja dilakukan pertriwulan.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut jika melihat Permendagri Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah Pasal 14 ayat
2 yang menyebutkan bahwa “BKPRD KabupatenKota menyelenggarakan pertemuan paling sedikit 1 satu kali dalam 3 tiga bulan untuk menghasilkan
rekomendasi alternatif kebijakan penataan ruang” sudah dilaksanakan oleh para implementor anggota BKPRD”. Sebagai bahan pertimbangan dibentuknya
Universitas Sumatera Utara
102
Permendagri ini adalah untuk menserasikan dan mensinergiskan penataan ruang daerah, sehingga diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antar susunan pemerintah
Hal ini juga sekaligus menunjukkan seringnya masalah yang muncul terkait tata ruang sehingga memerlukan pertemuan yang intens untuk semua implementor
kebijakan ini. Berdasarkan hasil wawancara, masalah tersebut sering muncul dari aktivitas masyarakat, misalkan saja yang menginginkan perubahan peruntukan
lahan dan masyarakat yang buta akan peraturan. Dengan demikian, komunikasi dan koordinasi yang dilakukan oleh para implementor dalam rapat BKPRD sudah
sesuai dengan yang telah ditetapkan. Selain SKPD terkait sebagai anggota BKPRD yang berkoordinasi,
menurut para informan BKPRD juga memiliki hubungan kerjasama dengan pihak pemerintah lain bahkan dapat memengaruhi kebijakan yang telah ditetapkan oleh
BKPRD terutama Pemerintah Pusat. Di tingkat daerah provinsi, BKPRD Kota Medan juga memiiki hubungan koordinasi dengan Pemprovsu ataupun BKPRD
Provinsi. Bahkan BKPRD Kota Medan juga menjalin hubungan dengan tingkat kecamatan dan kelurahan, misalkan saja dalam pembangunan jalan. Gambaran
komunikasi dan koordinasi antara BKPRD Kota Medan dengan tingkat pemerintahan lainnya sama halnya dengan yang terjadi untuk SKPD sebagai
anggota yang terkait, yakni berdasarkan kasus yang muncul dan perlu dibahas, demikian juga dengan keputusan yang diambil.
Hal tersebut sesuai dengan pertimbangan dibentuknya Permendagri Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah
yakni menserasikan dan mensinergiskan penataan ruang daerah antar susunan
Universitas Sumatera Utara
103
pemerintahan. Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa para implementor sudah melakukan kerjasama yang saling terkait dan saling
mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi kebijakan. Sehingga menghindari distorsi implementasi.
Sedangkan untuk alat dan metode sosialisasinya tentu mengacu pada Perda dan pengimplementasiannya. Namun menurut para informan, format bakunya
belum ada dan dilakukan karena faktor kebiasaan sehingga dinilai kurang tegas. Hal ini memang benar adanya bahwa di dalam Perda RTRW, Permendagri Nomor
50 Tahun 2009, maupun dalam Petunjuk LaksanaTeknis tidak ada format baku yang mengatur alat dan metode sosialisasinya sehingga hanya berdasarkan pada
implementasi yang dilakukan oleh para implementor. Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa walaupun tidak ada format baku yang mengatur, para
implementor tetap melakukan tugasnya sebagaimana seharusnya atau bersifat konvensional.
Berdasarkan semua penjelasan yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel komunikasi dan koordinasi sudah
terpenuhi dengan baik dalam implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031. Dan
tentu saja variabel ini sangat berpengaruh dalam pengimplementasian Perda RTRW ini, karena dengan adanya komunikasi dan koordinasi antar semua
anggota bahkan tingkat pemerintahan lain, maka akan dapat menghindari distorsi. Sehingga implementor anggota BKPRD dalam melakukan perencanaan tata
Universitas Sumatera Utara
104
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang dapat berjalan dengan sinkron tanpa mengganggu tugas pokok dan fungsi antar anggota BKPRD.
5.3. Disposisi atau Kecenderungan Pelaksana