1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fenomena bertambahnya laju pertumbuhan penduduk serta semakin meningkatnya kegiatan bertransmigrasi di Indonesia tidak dapat dihindari. Daya
tarik yang ditunjukkan kota memang sangat kuat terutama dalam segi perekonomian. Tentu saja hal ini membuat banyak penduduk Indonesia
beranggapan akan memperoleh kehidupan yang lebih layak jika berdomisili di kota. Namun ironisnya, sering kali dijumpai para transmigran bertransmigrasi
tanpa bekal yang memadai baik secara materi, intelektual, keahlian, atau pun mental.
Kelemahan-kelemahan tersebut memberi dampak negatif terhadap kota yang dituju, seperti pengangguran yang berpengaruh terhadap kriminalitas, hingga
ketidakseimbangan jumlah penduduk dengan luas wilayah. Semakin padat jumlah penduduk, maka kebutuhan akan ruang kota akan semakin meningkat. Namun
ruang yang tersedia relatif tetap dan tidak semua ruang bisa digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatannya secara spesifik apalagi semakin
pesatnya aktivitas masyarakat. Menurut Budiharjo dan Sudanti 1993, perkembangan kota yang pesat
ditandai dengan meningkatnya aktivitas manusia seperti pemanfaatan lahan, pemukiman, perindustrian dan lain sebagainya. Ruang kota sebagai wadah
Universitas Sumatera Utara
2
kegiatan sosial-ekonomi masyarakat memiliki keterbatasan dan peluang pengembangan yang tidak sama. Tingginya dinamika kebutuhan ruang dalam
rangka memfasilitasi kepentingan pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat menuntut adanya tata ruang kota yang mampu mengakomodasikan kepentingan
berbagai pihak. Pemanfaatan ruang kota sering timbul konflik kepentingan diantara
kegiatan-kegiatan sosial-ekonomi masyarakat akibat belum tertatanya kota secara optimal. Hal ini dapat dikarenakan tidak tegasnya penetapan fungsi-fungsi ruang
kota dan pelaksanaan pemanfaatan ruang yang tidak konsisten menurut fungsi- fungsi yang telah ditetapkan. Tidak adanya kaitan fungsional dan struktural antar
kegiatan dan kawasan juga sering menjadi penyebab tidak optimal dan tidak terpadunya pemanfaatan ruang kota. Bagaimana sebenarnya pemanfaatan tata
ruang kota itu sendiri? Tata ruang kota merupakan suatu rencana yang mengikat semua pihak
pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam melakukan pengalokasian ruang yang tepat guna dan berdaya guna. Sejalan dengan permasalahan tata ruang yang
semakin berkembang, telah disusun Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 24 Tahun
1992. Dengan adanya Undang-Undang ini telah memberikan kewenangan sekaligus kewajiban bagi pemerintah pada berbagai tingkatan untuk melakukan
penataan ruang.
Universitas Sumatera Utara
3
Pada era pemerintahan saat ini, dengan berlakunya otonomi yang semakin luas maka kedalaman dan kerincian dari berbagai tingkatan rencana tata ruang
yang juga diamanatkan oleh UU Nomor 26 Tahun 2007 akan semakin jelas. RTRWN Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional hanya akan mernuat secara
garis besar peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya serta jaringan prasarana nasional. Sementara RTRWP Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
akan memuat rencana yang lebih rinci dari kawasan lindung dan budidaya di tingkat provinsi. Sedangkan RTRWK Rencana Tata Ruang Wilayah
KabupatenKota akan mernuat rencana yang sangat rinci atas tata guna tanah di wilayah kabupaten atau kota.
Pada prinsipnya UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang sudah berjiwa desentralisasi. Ini terlihat dari pasal-pasal mengenai kewajiban
penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional, daerah propinsi dan daerah kabupatenkota. Disebutkan dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 78 ayat 4
huruf c bahwa Pemerintah Daerah Provinsi perlu menyusun dan rnenetapkan rencana tata ruang wilayah propinsi, demikian juga Pemerintah Daerah
KabupatenKota berkewajiban menyusun dan menetapkan rencana tata ruang wilayah kabupatenkota.
Sebagai bentuk tindak lanjut dari isi undang-undang tersebut, setiap daerah terutama kota besar harus memiliki peraturan mengenai tata ruangnya. Salah
satunya adalah Kota Medan yang merupakan kota besar dan memiliki daya tarik yang kuat. Hal ini mendorong masyarakat untuk bertransmigrasi sehingga
menyebabkan Kota Medan sebagai salah satu kota yang berjumlah penduduk
Universitas Sumatera Utara
4
terbanyak di Indonesia yakni 2.097.612
1
jiwa pada tahun 2010 dengan luas wilayah Kota Medan 26.510 Ha dengan tingkat kepadatan 7,9 jiwaHa. Tentunya
Kota Medan mengalami ketidakseimbangan wilayah dan jumlah penduduk. Terlebih lagi Kota Medan adalah salah satu kota metropolitan, dimana aktivitas
masyarakat semakin pesat dan membutuhkan ruang. Selain hal tersebut, di Kota Medan sangat sering dijumpai bangunan yang
tidak sesuai dengan fungsi ruang kota. Bahkan, sampai menyebabkan kerusakan keseimbangan dan lingkungan hidup. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berita
Waspada tanggal 12 September 2012 yang disampaikan oleh menyatakan bahwa saat ini Kota Medan dijiluki sebagai Kota Ruko karena tidak memiliki
perencanaan tata ruang. Semua tanah di tengah kota sudah tergarap tanpa aturan yang benar. Di pinggiran kota tumbuh rumah toko ruko sehingga kota menjadi
gersang. Hal tersebut dikemukakan juru bicara Fraksi Partai Damai Sejahtera Dewan Perwakilan Rakyat Daerah F-PDS DPRD Medan, Paulus Sinulingga saat
menyampaikan pemandangan umum fraksi PDS terhadap Ranperda Rencana Detail Tata Ruang Kota Medan dalam sidang paripurna DPRD Medan yang
dipimpin Ketua DPRD Medan, Amiruddin, di gedung DPRD Medan. Keserakahan pengguna tata ruang kota telah menjadikan kota Medan
sebagai kota yang semrawut dan hampir tanpa identitas. Sebab, selama ini keberhasilan pembangunan kota hanya dilihat dari pembangunan gedung-gedung
bertingkat yang mewah tanpa memperhatikan keseimbangan lingkungan, kemacetan lalu lintas, estetika kota, dan kepentingan masyarakat banyak.
1
Sumber: pemkomedan.go.id
Universitas Sumatera Utara
5
Sehingga Pemerintah Kota Medan agar aturan yang telah ditetapkan dalam Ranperda RDTRK ini dipahami dan ditetapkan kepada kebutuhan kota yang
sejalan dengan rencana pembangunan kota jangka panjang. Pembangunan fasilitas kota harus lebih cepat tumbuhnya dari pertumbuhan kebutuhan masyarakat agar
kota Medan dapat menjadi kota yang ideal bagi kehidupan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dan juga sebagai bentuk
implementasi dari UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka Pemerintah Kota Medan mengeluarkan Peraturan Daerah Perda Kota Medan
Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031. Perda ini diharapkan agar kota Medan mampu memiliki regulasi
mengenai penataan ruang yang mengarahkan pembangunan serta pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu yang dilaksanakan secara bersama
oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Dengan adanya Perda ini juga dapat mengawasi bagaimana pembangunan dilakukan serta pemanfaatan ruang
yang dijalankan di Kota Medan hingga pada saat ini. Penataan ruang memiliki sifat multisektor, multifungsi, dan multidimensi
sehingga harus ditangani secara terpadu oleh lembagainstansi yang memiliki tupoksi koordinatif. Melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri Permendagri
Nomor 50 Tahun 2009 telah ditetapkan suatu badan koordinasi untuk melaksanakan Perda ini yakni Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
BKPRD. Dengan adanya lembaga koordinasi yang dibentuk oleh pemerintah, diharapkan dapat memfasilitasi penyelesaian masalah implementasi Perda ini dari
berbagai sektor, fungsi dan dimensi setiap Satuan Kerja Pelaksana Daerah yang
Universitas Sumatera Utara
6
terkait. Sehingga dalam pelaksanaannya akan terjadi kesinergisan. Pelaksana yang merupakan bagian dari badan koordinasi ini, khususnya di Kota Medan
ditanggungjawabi oleh Walikota Medan dan terdiri dari instansi-instansi seperti Bappeda, SKPD terkait seperti Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dan Badan
Lingkungan Hidup. Peraturan Walikota sebagai Petunjuk Laksana Petunjuk Teknis Perda
Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 juga sudah menetapkan tugasnya masing-masing
pelaksana. Dalam Lampiran Perda ini juga sudah dimuat indikasi program yang menjadi bagian dari para pelaksana. Program yang dijalankan berupa tahunan
maupun 5 tahunan. Melihat urgensi terhadap pemenuhan tata ruang, sudah seperti apa pelaksanaan yang dilakukan setiap pelaksana.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031”.
1.2. Rumusan Masalah