Deskripsi Umum Informan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

82 Pendidikan terakhirnya adalah SMK. Rumahnya terletak di Kedunggong, Wates. 11. Saudari AR Informan kesebelas dalam penelitian ini adalah saudari AR berusia 16 tahun. Saudari AR adalah seorang klien di PSKW Panti Sosial Karya Wanita yang mengikuti keterampilan Salon. Pendidikan terakhirnya adalah SMP. Rumahnya terletak di Kulonprogo. 12. Saudari DY Informan keduabelas dalam penelitian ini adalah saudari DY berusia 16 tahun. Saudari DY adalah seorang klien di PSKW Panti Sosial Karya Wanita yang mengikuti keterampilan Jahit. Pendidikan terakhirnya adalah SMP. Rumahnya terletak di Bantul.

C. Pembahasan dan Analisis Data

1. Strategi

Komunikasi Pengurus PSKW Dalam Meningkatkan Keterampilan di PSKW Godean, Sleman Yogyakarta Melaksanakan strategi komunikasi yang efektif tidak hanya membuat pesan-pesan kemudian memberikan dampak bagi komunikan, namun juga mampu merefleksikan misi, tujuan, dan sasaran organisasi yang teroganisir dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Maka dari itulah 83 pelaksanakan strategi komunikasi membutukan perencanaan yang matang dari organisasi, dimana perencanaan digunakan sebagai bagi keberhasilan tujuan dari organisasi. Pelaksanaan strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengurus PSKW Panti Sosial Karya Wanita dalam meningkatkan keterampilan kerja para klien menggunakan perencanaan strategi komunikasi yang telah ditentukan diawal tahun dengan menentukan sasaran komunikasi melalui Pedoman Teknis Operasional PTO dari organisasi PSKW Panti Sosial Karya Wanita. Bentuk perencanaan strategi komunikasi yang dilakukan di PSKW melalui PTO yaitu dengan adanya tahap pelayanan sosial yang disebut dengan proses Rehabilitasi sosial. Proses rehabilitasi sosial yang ada di PSKW disebut sebagai suatu kesatuan tahap pelayanan. Tahap ini mencakup tahap sosialisasi dan penjangkauan, tahap penerimaan, tahap rehabilitasi sosial, tahap resosialisasi, tahap bimbingan lanjut, dan tahap terminasi. Sebelum melakukan strategi komunikasi dalam proses rehabilitasi di PSKW khusunya strategi komunikasi dalam meningkatkan keterampilan kerja, para pengurus PSKW khususnya Pekerja sosial pada awalnya melakukan Assesment atau pengidentifikasian masalah apakah calon klien adalah wanita yang telah memenuhi indikator untuk menjadi Klien di PSKW Panti Sosial Karya Wanita dan memastikan bahwa calon klien adalah wanita yang tidak ataupun belum memiliki keterampilan kerja. dapat dilihat dari 53 klien yang ada di PSKW kebanyakan adalah anak usia 13-20 84 tahun dimana mereka kebanyakan hanyalah lulusan SD, SMP, dan SMA dan bahkan ada yang berasal dari SLB yang pada awalnya tidak memiliki keterampilan apapun. Dalam proses Assesment ini klien akan dimasukan atau tinggal selama sepuluh hari di TC Trauma Center agar bisa belajar bersosialisasi dengan lingkup yang paling kecil terlebih dahulu. Kemudian klien akan dilihat dan diidentifikasi permasalahan serta kebutuhan mereka, sehingga pekerja sosial dapat mengetahui latarbelakang mengapa para klien tidak memiliki keterampilan kerja. Setelah melakukan pengidentifikasian masalah, maka pekerja sosial akan mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh para klien termasuk melihat kemampuan atau bakat keterampilan apa yang nantinya cocok dengan para klien di PSKW. Setelah pekerja sosial mengetahui kebutuhan para klien maka kemudian dilakukan perencanaan strategi komunikasi yang dilanjuktan dengan pelaksanaan strategi komunikasi khususnya strategi komunikasi untuk meningkatkan keterampilan kerja para klien di PSKW. Sistem pelayanan di rehabilitasi di PSKW dilaksanakan selama satu tahun dengan sistem buka-tutup setiap bulan. Sistem buka tutup yaitu penerimaan klien dilakukan setiap bulan dengan persyaratan apabila ada klien yang telah lulus maka akan digantikan dengan klien baru. Hal ini terjadi karena kuota atau kapasitas penampungan di asrama hanya cukup untuk 50 orang saja, ditambah dengan sumberdaya pekerja di PSKW terbilang kurang. 85 Perencanaan strategi komunikasi di PSKW sesuai dengan Pedoman Teknis Operasional juga memiliki kriteria yang menjadi sasaran operasionalnya yaitu sasaran tempat penjangkauan serta sasaran klien. Untuk sasaran tempat penjangkauan yaitu wilayah-wilayah atau desa-desa yang dianggap memiliki sumberdaya calon klien bagi PSKW Panti Sosial Karya Wanita. Sedangkan untuk sasaran wanita yang menjadi klien di PSKW yaitu wanita usia 17-40 tahun dengan kondisi pribadi dan lingkungan mengalami disharmonisasi sosial, penyimpangan norma sehingga rawan terhadap gangguan psikologis, dan wanita tuna sosial. Jika tidak segera mendapatkan penanganan, maka yang bersangkutan dapat mengalami disfungsi sosial, meliputi: a. Wanita Dari Keluarga Broken Home Terlantar b. Wanita Putus SekolahTidak Melanjutkan Sekolah Dan Tidak Bekerja c. Wanita Korban Kekerasan Seksual d. Wanita Eks Tuna Susila e. Wanita Korban KDRT f. Wanita Korban Ekspliotasi Ekonomi g. Wanita Pelerja Migran Bermasalah Sosial h. Wanita Korban Traffiking i. Wanita Dengan Kehamilan Tidak Dikehendaki Strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengurus PSKW Panti Sosial Karya Wanita juga sudah diterapkan dari tahap awal pelayanan yaitu 86 tahap sosialisasi dan penjangkauan. Tahap ini meliputi tahap penyebarluasan informasi dan penjangkauan. Komunikasi yang dilakukan pada tahap penyebaran informasi dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan wilayah kabupaten atau kota, mengadakan pertemuan masyarakat, ikut serta dalam pertemuan masyarakat, melalui media leaflet dan media massa lainnya. Sedangkan tahap penjangkauan yaitu petugas melakukan kunjungan langsung pada komunitas atau individu yang menjadi sasaran dan memberikan informasi tentang sistem pelayanan di PSKW secara langsung kepada calon klien. Pada tahap kedua yaitu tahap penerimaan di PSKW Panti sosial Karya Wanita dibagi kedalam beberapa tahapan seperti tahap pendekatan awal dan rekruitmen, identifikasi, motivasi, seleksi, regristrasi, orientasi dan konsultasi, pengukapan dan penelaahan masalah assesment, penempatan dalam asrama, dan penempatan dalam program pelayanan. Tahap pendekatan awal merupakan tindak lanjut dari tahap sosialisasi. Pada tahap ini petugas melakukan komunikasi dan pendekatan awal berdasarkan data dari laporan masyarakat, rujukan tokoh masyarakat, oganisasi sosial, LKMLSM, dan instansi lainnya, dan daftar diri. Tahapan identifikasi untuk mengetahui apakah calon klien ini benar-benar membutukan rehabilitasi atau tidak dan untuk mengetahui latar belakang masalah yang dihadapi oleh calon klien itu sendiri. Kemudian ada motivasi, hingga tahap penempatan dalam pelayanan.