Hasil Uji Hipotesis Kedua
berbentuk tes objektif berjumlah tiga puluh soal, masing-masing soal dengan 4 pilihan jawaban. Soal tersebut sebelumnya telah divalidasi pada kelompok di luar
sampel. Selesainya pelaksanaan pretes, peneliti melakukan analisis terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS 21. Hasil
skor tes awal dapat dilihat dari rata-rata mean antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil rerata skor pretes kelompok kontrol sebesar 17,75 dan
rerata skor pretes kelompok eksperimen sebesar 17,83. Berdasarkan perolehan data skor pretes kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen tersebut, dilakukan uji-t untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan awal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan uji-t diperoleh t
h
sebesar 0,136 dengan df = 70 pada taraf signifikansi 5, selanjutnya nilai P sebesar 0,893
nilai P lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, hasil uji-t dapat disimpulkan tidak ada perbedaan setara kemampuan membaca pemahaman
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan. Setelah mengetahui skor awal dari masing-masing kelompok, baik kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen, tidak ada perbedaan yang signifikan, selanjutnya masing-masing kelompok diberi perlakuan yang berbeda. Pada
kelompok eksperimen pembelajaran membaca pemahaman dilakukan dengan K- W-L Plus, sedangkan untuk kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan
dengan teknik K-W-L Plus. Selanjutnya setelah kedua kelompok mendapatkan perlakuan yang berbeda
dilaksanakan posttes, hasil posttes menunjukkan skor rata-rata posttes kelompok
eksperimen 22,72 sedang kelompok kontrol sebesar 18,14. Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan uji-t diperoleh t
h
sebesar 9,662 dengan df = 70 pada taraf signifikansi 5, selanjutnya nilai P sebesar 0,000 nilai P lebih kecil
dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, hasil uji-t dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol tanpa perlakuan dan
kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan teknik K-W-L Plus. Teknik K-W-L Plus menuntut siswa memiliki tujuan sebelum membaca,
mengembangkan latar belakang pengetahuan dan minat siswa untuk dapat memahami isi bacaan. Ruddel 2005: 243 menyatakan bahwa K-W-L Plus
dirancang dengan jelas untuk membantu siswa secara keseluruhan pembelajaran sebelum membaca, pada waktu membaca dan setelah membaca. K-W-L Plus
mengajak siswa membangun apa yang sudah diketahui, mengikutsertakan prediksi dan antisipasi membaca,
dan mengedepankan penyelesaian organisasi,
reorganisasi, mengembangkan informasi setelah membaca.
2. Tingkat Keefektifan Penggunaan Teknik K-W-L Plus dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Siswa Kelas VIII SMPN 3 Tengaran Kabupaten
Semarang
Tingkat keefektifan K-W-L Plus dalam pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas VIII SMPN 3 Tengaran dapat dilihat setelah mendapat perlakuan.
Skor posttes kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan pembelajaran membaca pemahaman menggunakan teknik K-W-L Plus mengalami peningkatan
rata-rata sebesar 4,89 22.72-17.83. Skor Posttes kelompok kontrol yang tidak mendapat pembelajaran dengan K-W-L Plus sebenarnya juga mengalami