Adanya serapan -NH yang terikat pada C=O di daerah 3291,07 cm
-1
, C=O uretan di daerah 1708,09 cm
-1
, serapan C-O uretan di daerah 1091,85 cm
-1
; 1014,07 cm
-1
dan serapan C-N-C di daerah 1409,69 cm
-1
. Adanya serapan di daerah 1343,11 cm
-1
yang menunjukkan adanya serapan ulur C-N amina siklik dari isosianurat. Serapan di
daerah 1452,78 cm
-1
merupakan serapan C=O dari allofanat yang menunjukkan adanya ikatan silang allofanat. Selain itu, berdasarkan spektrum FTIR menunjukkan
tidak terdapatnya serapan untuk gugus isosianat. Hal ini berarti gugus isosianat dari TDI telah habis bereaksi dengan hidroksi membentuk uretan.
Tabel 4.5
. Pita serapan spektrum FTIR busa poliuretan PU
Bilangan gelombang cm
-1
Gugus Fungsi 3291,07
N-H terikat
1091,85-1014,07 C-O
1708,09 C=O uretan
1409,69 C-N-C
1452,78 C=O allofanat
1224,04 C=N dalam trimer karboimida
1374,57-1343,11 C-N amina siklik
1599,73-1542,55 C=C aromatis
4.7 Karakterisasi Komposit dengan Scanning Electron Microscopy
Karakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscopy SEM dilakukan untuk melihat morfologi dari komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit dan arang
aktif cangkang kelapa sawit. Hasil foto SEM komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit dan arang aktif cangkang kelapa sawit disajikan pada Gambar 4.7.
Pada Gambar 4.7 terlihat bahwa tipe struktur sel dari busa poliuretan PU maupun komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit dan arang aktif cangkang
kelapa sawit yang dihasilkan memiliki tipe sel terbuka opened cell. Busa dengan struktur sel terbuka memiliki pori-pori yang saling terhubung satu sama lain untuk
Universitas Sumatera Utara
membentuk jaringan interkoneksi. Pembentukan sel terbuka ini akibat adanya penambahan air dan methylene chloride pada reaksi polimerisasi sehingga memicu
bubble yang berakhir pada pembentukan sel. Anisah dkk 2013; Ilhamsyah dan Sidu
2005 melaporkan busa poliuretan yang dihasilkan dengan penambahan methylene chloride
maupun CO
2
memiliki struktur sel dengan tipe sel terbuka yang merupakan struktur sel dari busa poliuretan fleksibel
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7
Foto SEM a busa poliuretan PU; b komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 25 PU-B
25
dan c komposit busa poliuretan dengan arang aktif 25 PU-A
25
pembesaran 50X dan 500X. Dari hasil analisis foto SEM dapat ditentukan ukuran diameter sel dari
komposit busa poliuretan. Adanya penambahan mikrobentonit dan arang aktif cangkang kelapa sawit pada busa poliuretan PU menyebabkan ukuran diameter sel
semakin kecil Gambar 4.7. Ukuran diameter sel busa poliuretan PU yaitu berkisar antara 36,87-157,475 µm. Sedangkan untuk komposit busa poliuretan dengan
mikrobentonit 25 PU-B
25
dan komposit busa poliuretan dengan arang aktif cangkang kelapa sawit 25 PU-A
25
Selain itu, dari hasil analisis foto SEM terlihat bahwa pada sampel komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 25 PU-B
memiliki ukuran diameter sel masing-masing berkisar antara 34,659-117,946 µm dan 15,205-54,775 µm.
25
, sebagian besar mikrobentonit yang ditambahkan terbungkus dan terletak pada jaringan-jaringan busa poliuretan
Gambar 4.7b. Demikian juga untuk sampel komposit busa poliuretan dengan arang aktif cangkang kelapa sawit 25 PU-A
25
, arang aktif sebagian besar terbungkus dan terletak pada jaringan-jaringan busa poliuretan Gambar 4.7c.
4.8 Karakterisasi Komposit dengan Thermogravimetric Analyisis