Gambar 4.7
Foto SEM a busa poliuretan PU; b komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 25 PU-B
25
dan c komposit busa poliuretan dengan arang aktif 25 PU-A
25
pembesaran 50X dan 500X. Dari hasil analisis foto SEM dapat ditentukan ukuran diameter sel dari
komposit busa poliuretan. Adanya penambahan mikrobentonit dan arang aktif cangkang kelapa sawit pada busa poliuretan PU menyebabkan ukuran diameter sel
semakin kecil Gambar 4.7. Ukuran diameter sel busa poliuretan PU yaitu berkisar antara 36,87-157,475 µm. Sedangkan untuk komposit busa poliuretan dengan
mikrobentonit 25 PU-B
25
dan komposit busa poliuretan dengan arang aktif cangkang kelapa sawit 25 PU-A
25
Selain itu, dari hasil analisis foto SEM terlihat bahwa pada sampel komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 25 PU-B
memiliki ukuran diameter sel masing-masing berkisar antara 34,659-117,946 µm dan 15,205-54,775 µm.
25
, sebagian besar mikrobentonit yang ditambahkan terbungkus dan terletak pada jaringan-jaringan busa poliuretan
Gambar 4.7b. Demikian juga untuk sampel komposit busa poliuretan dengan arang aktif cangkang kelapa sawit 25 PU-A
25
, arang aktif sebagian besar terbungkus dan terletak pada jaringan-jaringan busa poliuretan Gambar 4.7c.
4.8 Karakterisasi Komposit dengan Thermogravimetric Analyisis
Analisis termal komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit dan arang aktif cangkang kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan teknik Thermogravimetric
Analisis TGA. Dari analisis kurva termogram TGA dapat diperoleh informasi
temperatur dekomposisi. Temperatur dekomposisi menunjukkan temperatur pada saat polimer mengalami kerusakan struktur menjadi fragmen-fragmen kecil. Termogram
busa poliuretan PU, komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 25 PU- B
25
dan komposit busa poliuretan dengan arang aktif 25 PU-A
25
pada rentang temperatur 50-600
o
C disajikan pada Gambar 4.8
Universitas Sumatera Utara
100 200
300 400
500 600
20 40
60 80
100
B er
at
Temperatur
o
C
Poliuretan PU PU-B
25
PU-A
25
Gambar 4.8
Termogram TGA busa poliuretan PU; komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 25 PU-B
25
dan komposit busa poliuretan dengan arang 25 PU-A
25
. Berdasarkan hasil analisis kurva termogram TGA, ketiga sampel mengalami
kehilangan berat seiring dengan adanya kenaikan temperatur. Pada Gambar 4.8 terlihat bahwa pada temperatur 200
o
C, ketiga sampel mengalami kehilangan berat masing-masing sebesar 11,25 PU, 7,82 PU-B
25
dan 9,22 PU-A
25
Dekomposisi busa poliuretan PU akibat pemanasan terjadi pada temperatur 336
. Kehilangan berat pada ketiga sampel ini terjadi akibat adanya pelepasan air yang
terdapat pada masing-masing sampel.
o
C dan 410
o
C yang ditandai dengan adanya kehilangan berat sebesar 27,07 dan 40,68. Demikian juga untuk komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 25
PU-B
25
yaitu dekomposisi pada temperatur 314
o
C dan 420
o
Sedangkan untuk komposit busa poliuretan dengan arang aktif cangkang kelapa sawit 25 PU-A
C dengan kehilangan berat sebesar 23,26 dan 35,66 Tabel 4.6.
25
, dekomposisi terjadi pada temperatur 335
o
C dan 406
o
C dengan kehilangan berat sebesar 23,17 dan 28,74 Tabel 4.6. Rohaeti dkk 2000
mengungkapkan bahwa dalam pemanasan, poliuretan dapat terdekomposisi menjadi senyawa isosianat dan alkohol atau menjadi senyawa amina bebas, gas CO
2
dan
Universitas Sumatera Utara
senyawa olefin. Produk dekomposisi termal dari poliuretan merupakan hasil pemutusan ikatan kovalen. Menurut Prisacariu 2011, pada temperatur 340
o
C terjadi dekomposisi kelompok uretan dan temperatur 420
o
C dekomposisi eter.
Tabel 4.6
Kehilangan massa komposit busa poliuretan
Sampel Temperatur
o
Kehilangan berat C
Residu
PU 200
o
11,25 C
16,44 336
o
27,07 C
410
o
40,68 C
680
o
4,56 C
PU -B 200
25 o
7,82 C
30,18 314
o
23,26 C
420
o
35,66 C
680
o
3,08 C
PU -A 200
25 o
9,22 C
29,03 335
o
23,17 C
406
o
28,74 C
680
o
9,84 C
Berdasarkan Tabel 4.6, terlihat bahwa residu tertinggi dari ketiga sampel setelah pemanasan hingga temperatur 680
o
C diberikan oleh komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 25 PU-B
25
yaitu sebesar 30,18. Kemudian diikuti oleh komposit busa poliuretan dengan arang aktif cangkang kelapa sawit PU-A
25
yaitu 29,03 dan selanjutnya busa poliuretan PU yaitu 16,44. Dengan demikian dapat
disimpulkan urutan kestabilan termal dari ketiga sampel yaitu busa poliuretan dengan mikrobentonit 25 PU-B
25
komposit busa poliuretan dengan arang aktif cangkang kelapa sawit PU-A
25
busa poliuretan PU.
Universitas Sumatera Utara
4.9 Analisis Air