3.4.2 Pembuatan arang aktif
Catatan: Diulangi prosedur aktifasi arang dengan menggunakan larutan HCl 2,5 N, 5
N, 7,5 N dan 10 N. Bubuk arang aktif
Karakterisasi
Kadar air Kadar abu
Daya serap iodium Bubuk arang
Direndam dalam larutan HCl 1 N t: 24 jam Disaring
Dicuci hingga pH netral Arang aktif
Dikeringkan dalam oven t: 3 jam; T: 105
o
C Digerus dihaluskan
Diayak menggunakan ayakan 100 mesh Cangkang kelapa sawit
Dijemur dibawah sinar matahari t: 3 hari Dikarbonasi dalam drum klin
Dikeringkan dalam oven t: 3 jam; T: 105
o
C Digerus dihaluskan
Diayak menggunakan ayakan 100 mesh
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Pembuatan komposit
Catatan: Diulangi prosedur yang sama, dengan penambahan mikrobentonit 50; 75; 100 dan arang aktif cangkang kelapa sawit 25; 50; 75; 100 wt, terhadap
berat PPG. Komposit
Karakterisasi
FTIR SEM
TGA Diaduk t: 15 detik
Ditambahkan 5 g TDI Ditambahkan 5 g cosmonate
Diaduk t: 5 detik Dituang kedalam cetakan
Dicuring selama 2 hari Campuran A
10 g PPG Ditambahkan mikrobentonit 25
Ditambahkan air 2,67 pphp Ditambahkan silicon surfactan 2,04 pphp
Ditambahkan dimethylethanolamine 0,2 pphp Ditambahkan methylene chloride 10 pphp
Universitas Sumatera Utara
3.4.4 Penyaringan air
500 mL air sungai Dialirkan melalui kolom
Filtrat
Analisis
Total padatan terlarut TDS
Total padatan tersuspensi TSS
Kekeruhan pH
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Preparasi Bentonit
Bentonit yang digunakan pada penelitian ini adalah bentonit yang berasal dari Bener Meriah, Aceh dengan ciri-ciri fisik berwarna putih kecoklatan. Sebagai salah satu
material yang melimpah di alam, bentonit mengandung berbagai material lain seperti air dan pengotor dari senyawa organik. Oleh karena itu, perlu dilakukan preparasi
terhadap bentonit alam sebelum diaplikasikan. Preparasi bentonit yang dilakukan terdiri dari tahap pencucian, pengayakan
dan pemanasan. Pada proses pencucian dapat diidentifikasi adanya sifat mengembang swelling pada bentonit. Hasilnya menunjukkan bahwa bentonit tersebut dapat
mengembang pada proses pencucian dengan aquades. Proses pencucian ini bertujuan untuk mengurangi zat pengotor atau ion-ion pengotor yang terdapat dalam bentonit.
Sebelum dipanaskan, bentonit terlebih dahulu digerus dan diayak menggunakan ayakan 100 mesh untuk mendapatkan ukuran partikel bentonit yang lebih kecil dan
seragam mikrobentonit. Bentonit dengan ukuran partikel yang kecil akan memiliki luas permukaan yang lebih besar. Pemanasan bentonit dalam oven selama 2 jam pada
temperatur 110
o
C, bertujuan untuk menghilangkan uap air dan pengotor yang mudah menguap. Dari hasil pencucian, pengayakan dan pemanasan ini maka dihasilkan
bentonit dengan ukuran partikel yang lebih kecil, seragam dan murni.
4.2 Karakterisasi Bentonit
Karakterisasi bentonit menggunakan metode difraksi sinar-X pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral yang terdapat pada bentonit dan
melihat pola difraksi pada nilai 2θ jarak antar bidang datar dari kisi kristalin. Difraksi sinar-X merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam karakterisasi
bentonit. Hal ini karena, XRD tidak bersifat merusak sehingga sampel masih dapat digunakan untuk analisa lainnya.
Universitas Sumatera Utara