Karakterisasi mikrobentonit Pembuatan arang aktif Pembuatan komposit

Mikrobentonit dipanaskan dalam oven selama 2 jam pada temperatur 110 o

3.3.2 Karakterisasi mikrobentonit

C, kemudian disimpan dalam desikator. Mikrobentonit dituang ke sampler holder, kemudian dipadatkan dan diratakan permukaannya. Selanjutnya sampler holder dipasang kedalam goniometer yang telah diset parameter pengukurannya yaitu menggunakan radiasi Cu Kα λ = 1,5418Ǻ , tegangan anoda 40 kV, arus 30 mA, kecepatan pengukuran 2 o menit dan 2 θ =10°-50°.

3.3.3 Pembuatan arang aktif

Cangkang kelapa sawit diambil dari pabrik pengolahan kelapa sawit PTPN V Sei. Garo, Provinsi Riau. Cangkang dijemur dibawah sinar matahari selama 3 tiga hari. Cangkang kering dimasukkan kedalam drum pembakaran drum kiln, kemudian dibakar sampai asap putih hilang. Arang hasil pembakaran dipisahkan dari abu atau sisa cangkang yang tidak terbakar, kemudian dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan 100 mesh. Aktivasi arang dilakukan dengan merendam 10 g arang dalam 100 mL larutan HCl 1 N selama 24 jam. Suspensi kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 42 dan endapan dicuci dengan akuades hingga diperoleh filtrat dengan pH netral. Endapan dikeringkan dalam oven selama 3 jam pada temperatur 110 o C, kemudian dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan 100 mesh. Diulangi prosedur aktifasi arang untuk larutan HCl 2,5 N, 5 N, 7,5 N dan 10 N. Tabel 3.3 Kode sampel arang aktif cangkang kelapa sawit No Kode sampel Keterangan 1 TA Arang tanpa aktivasi 2 AA-1 N Arang yang diaktifasi dengan HCl 1 N 3 AA-2,5 N Arang yang diaktifasi dengan HCl 2,5 N 4 AA-5 N Arang yang diaktifasi dengan HCl 5 N 5 AA-7,5 N Arang yang diaktifasi dengan HCl 7,5 N 6 AA-10 N Arang yang diaktifasi dengan HCl 10 N Universitas Sumatera Utara 3.3.4 Karakterisasi arang aktif 3.3.4.1 Kadar air Penetapan kadar air arang aktif didasarkan pada metode Standar Nasional Indonesia SNI 06-3730-1995 yaitu dengan menimbang arang aktif sebanyak 1 g kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselin yang sebelumnya telah ditimbang dan diketahui beratnya. Cawan beserta arang aktif dikeringkan dalam oven selama 3 jam pada temperatur 105°C, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya. Kadar air arang aktif dihitung menggunakan persamaan 3.1 berikut: Keterangan: a = berat arang awal g b = berat arang setelah dikeringkan g

3.3.4.2 Kadar abu

Penetapan kadar abu arang aktif didasarkan pada metode Standar Nasional Indonesia SNI 06-3730-1995 yaitu dengan menimbang arang aktif sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya. Contoh dipijarkan dalam tungku listrik pada temperatur 600-800 o C selama 4 jam atau sampai semua contoh menjadi abu, kemudian didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu arang aktif dihitung menggunakan persamaan 3.2 berikut: Keterangan: a = berat abu g b = berat arang kering pada saat awal g Universitas Sumatera Utara

3.3.4.3 Daya serap iodium

Penetapan daya serap iodium didasarkan pada metode Standar Nasional Indonesia SNI 06-3730-1995 yaitu dengan menimbang arang aktif sebanyak 0,5 g, kemudian dipindahkan ke dalam tempat berwarna gelap dan tertutup. Sebanyak 50 mL larutan iodin 0,1 N dimasukkan kedalam wadah, kemudian dikocok selama 15 menit pada temperature kamar lalu disaring. Filtrat dipipet sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N. Jika warna kuning larutan hampir hilang kuning pucat, tambahkan indikator amilum 1 sebagai indikator dan titrasi dilanjutkan hingga mendapatkan titik akhir warna biru tepat hilang titrasi. Daya serap arang aktif terhadap iodin dapat dihitung menggunakan persamaan 3.3 berikut: Keterangan: V 1 N = volume larutan natrium tiosulfat mL 1 N = normalitas larutan natrium tiosulfat N 2 w = berat arang g = normalitas larutan iodin N 126,9 = jumlah iod yang sesuai dengan 1 mL Na 2 S 2 O 3 0,1N

3.3.5 Pembuatan komposit

Komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit dan arang aktif cangkang kelapa sawit dibuat dengan metode one shot process yang melewati beberapa tahap pencampuran. Sebanyak 10 g polipropilen glikol PPG, mikrobentonit 25 wt, terhadap berat PPG, air 2,67 pphp, dimethylethanolamine DMEA 0,2 pphp, Universitas Sumatera Utara silicone surfactan 2,04 pphp dan methylene chloride MC 10 pphp dimasukkan ke dalam beaker glass 100 mL kemudian diaduk selama 15 detik. Kedalam campuran ditambahkan sebanyak 5 g toluen diisosianat TDI dan 5 g cosmonate, selanjutnya diaduk selama 5 detik. Hasil reaksi kemudian dituang kedalam cetakan 10 x 10 x 2 cm dan dibiarkan untuk mengalami proses curing selama 2 dua hari. Diulangi prosedur yang sama untuk penambahan mikrobentonit dengan variasi berat 50; 75; 100 dan arang aktif cangkang kelapa sawit 25; 50; 75 dan 100, hingga dihasilkan 8 delapan jenis komposit yang diberi kode sesuai pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Kode sampel komposit No Kode komposit Keterangan 1 PU-B Komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 25 25 2 PU-B Komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 50 50 3 PU-B Komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 755 75 4 PU-B Komposit busa poliuretan dengan mikrobentonit 100 100 5 Pu-A Komposit busa poliuretan dengan arang aktif 25 25 6 PU-A Komposit busa poliuretan dengan arang aktif 50 50 7 PU-A Komposit busa poliuretan dengan arang aktif 75 75 8 PU-A Komposit busa poliuretan dengan arang aktif 100 100

3.3.6 Karakterisasi komposit