LAPORAN AKHIR
1-4
1.3.  TUJUAN DAN MANFAAT
1.3.1.  Tujuan
Adapun tujuan kajian ini adalah: 1.  Mengetahui  sejauhmana  efektifitas  dari  tujuan  dan  sasaran  program
bantuan perkuatan telah tercapai. 2.  Mengetahui  faktor-faktor  pendukung  dan  penghambat  dalam  pencapaian
tujuan program tersebut.
1.3.2.  Manfaat
1.  Sebagai  bahan  masukan  dalam  mengambil  kebijakan  pengembangan pasar tradisional
2.  Sebagai masukan dalam implementasi pengembangan pasar  tradisional 3.  Sebagai  input  bagi  pengembangan  peran  koperasi  dalam  pengelolaan
pasar  tradisional
1.4.  SASARAN EVALUASI DAN KELUARAN
Sasaran  evaluasi  difokuskan  pada  kegiatan  penyaluran  bantuan perkuatan  yang  telah  dilaksanakan  post  evaluation.  Evaluasi  ini  dilakukan
pada  program  bantuan  yang  telah  disalurkan  selama  priode  tahun  2003  s.d 2007.
Sasaran
1.  Diperolehnya  gambaran  yang  kongkrit  dari  pelaksanaan  penyaluran program bantuan sarana pasar terhadap pemberdayaan KUKM.
2.  Tersusunnya  hasil  evaluasi  untuk  menjawab  kondisi  yang  terjadi  di lapangan.
Keluaran
1. Terdiskripsinya penggunaan dan pemanfaatan bantuan oleh koperasi dan
atau UKM pedagang. 2.
Terdiskripsinya  kepastian  lokasi  usaha  para  pedagang  UKM  terutama pedagang lama.
3. Terdiskripsinya  peran  Koppas  sebagai  wadah  organisasi  para  pedagang
dalam pengembangan usaha UKM dalam pengelolaan pasar. 4.
Terdiskripsinya  kinerja  Koppas  dalam  pengelolaan  dan  pengembangan pasar.
5. Terdiskripsinya  prospek  Koppas  untuk  mengelola  pasar  tradisional  yang
modern. 6.
Terdiskripsinya  peran  pemerintah  daerah,  instansi  terkait,  koperasi penerima bantuan dan UKM  dalam pengembangan pasar tradisional.
LAPORAN AKHIR
1-5
1.5.  RUANG LINGKUP KAJIAN
Ruang lingkup kajian ini meliputi: 1.
Mengevaluasi penggunaan dan pemanfaatan bantuan yang disalurkan. 2.
Mengevaluasi kepastian lokasi berusaha para pedagang secara layak, 3.
Mengevaluasi motivasi para pedagang UKM menjadi anggota Koppas. 4.
Mengevaluasi  peran  pedagang  melalui  Koppas  dalam  pengembangan dan pengelolaan pasar tradisional,
5. Mengevaluasi  prosfek  pengelolaan  pasar  menjadi  pasar  tradisional
modern oleh Koppas. 6.
Mengevaluasi  faktor-faktor  pendukung  dan  penghambat  dalam pencapaian tujuan program bantuan perkuatan.
LAPORAN AKHIR
2-1
KERANGKA PIKIR DAN KEBIJAKAN
2.1.  TINJAUAN HASIL PENELITIAN DAN PUBLIKASI
Sungguhpun pusat-pusat pembelanjaan modern berkembang dengan pesat sampai kepinggiran kota kecamatan namun peranan pasar tradisional masih tetap
penting  dan  menyatu  dalam  kehidupan  masyarakat.  Pasar  tradisional  merupakan tempat  untuk  mendapatkan  berbagai  keperluan  dan  kebutuhan  pokok  mayoritas
penduduk  di  tanah  air  dengan  harga  yang  terjangkau.  Jumlah  pasar  tradisional  di Indonesia  lebih  dari  13.450  dengan  jumlah  pedagang  berkisar  12.625.000  orang
sumber:APKASI,  2003.  Pasar  tradisional  masih  merupakan  wadah  utama penjualan  produk-produk  kebutuhan  pokok  yang  dihasilkan  oleh  para  pelaku
ekonomi berskala menengah, kecil dan mikro yaitu para petani, nelayan, pengrajin dan  home  industri  industri  rakyat.  Para  pedagang  yang  merupakan  kumpulan
para entreprener dan calon entreprener yang pada umumnya menggunakan modal sendiri  dalam  jumlah  paspasan  memulai  usahanya,  berjumlah  puluhan  juta  dan
menyandarkan  hidupnya  kepada  pasar  tradisional.  Pada  sisi  lain,  Interaksi  sosial sangat  kental  terjadi  di  dalam  pasar  tradisional,  karena  mekanisme  transaksinya
menggunakan metode tawar menawar. Para pedagang atau produsen dan pembeli atau  konsumen dapat secara langsung berkomunikasi dan saling mengenal lebih
jauh,  bukan  hanya  menyangkut  barang  yang  diperdagangkan  tetapi  juga menyangkut  hal  lainnya.  Di  pasar  tradisional  budaya  masing-masing  yang  terkait
dengan  jenis  masakan  dan  cara  berpakaian,  telah  berkumpul  dan  berintekraksi dengan  damai  dengan  latar  belakang  suku  dan  ras  mulai  dari  keturunan  Arab,
Cina,  Batak,  Padang,  Sunda,  Jawa,  Madura,  Bugis  dan  lainnya.  Selain  itu,  pasar tradisional  selalu  menjadi  indikator  nasional  dalam  kaitannya  dengan  pergerakan
tingkat  kestabilan  harga  atau  inflasi  domestic.  Dalam  menghitung  inflasi,  harga kebutuhan pokok penduduk yang dijual di pasar tradisional seperti beras, gula, dan
sembilan  kebutuhan  pokok  lainnya  menjadi  objek  monitoring  ahli  statistik  setiap bulannya.
Perkembangan  pusat-pusat  pembelanjaan  modern  akhir-akhir  ini  memang telah  menekan  keberadaan  pasar  tradisional,  apalagi  pasar  tradisional  secara
umum  kurang  mendapat  perhatian  dari  pemerintah  daerah.  Pasar  tradisional kelihatan  dibiarkan  saja  berkembang  secara  alamiah,  upaya  untuk  melakukan
penataan dan pengembangan infrastuktur pasar bisa dikatakan lamban dan selalu tertinggal dengan perkembangan kota.Kebanyakan pemerintah daerah lebih tertarik
pada perkembangan gedung-gedung dan pusat-pusat perbelanjaan modern. Hal ini pada  satu  sisi  dapat  dipahami  karena  bisa  menjadi  indikator  pembangunan  dan
perkembangan kota yang tentunya sekaligus merupakan keberhasilan secara fisik yang bisa diteropong dengan mata dari seorang pimpinan daerah.
Kondisi  yang  secara  umum  ditemukan  tersebut,  telah  menyebabkan  pasar tradisional  sebagian  besar  terabaikan.  Oleh  karenanya,    pasar  tradisional  belum
dapat  dibebaskan  dari  citra  negatif  sebagi  tempat  yang  kumuh,  semrawut,  becek, kotor,  kriminal  tinggi,  tidak  nyaman,  fasilitas  minim,  tempat  parkir  terbatas,  toilet
tidak terawat, tempat sampah yang bau, instalasi listrik yang gampang terbakar dan
LAPORAN AKHIR
2-2
lorong yang sempit. Image lain yang melekat, pasar tradisional masih dipenuhi oleh para pedagang informal yang sulit diatur dan mengatur diri. Pengelola pasar masih
mengalami kesulitan untuk melakukan penataan yang lebih tertib terhadap mereka. Kondisi  ini  membuat  pasar  tradisional  menjadi  semrawut  dan  tidak  nyaman  untuk
dikunjungi.  Dilain  pihak,  pasar  dengan  pola  pengelolaan  modern  semakin  banyak bermunculan sebagai salah satu alternative tempat berbelanja yang tidak semrawut
dan  nyaman.  Penduduk  yang  berpenghasilan  menengah  ke  atas  menyambut gembira  kedatangan  pasar  modern  yang  jumlahnya  semakin  banyak  tersebar  di
berbagai  wilayah  dan  berlokasi  di  tempat  yang  mudah  di  jangkau.  Berdasarkan survey  AC  Nielsen  pertumbuhan  pasar  modern  termasuk  hypermarket  sebesar
31,4,  sementara  pertumbuhan  pasar  tradisional  8,1  SWA,  Edisi  Desember 2004.  Para  pedagang  disebagain  besar  pasar  tradisional  mengalami  penurunan
omset  sampai  75.  Di  DKI  Jakarta,  pada  tahun  2004  ada  7  pasar  tradisional Blora, Cilincing, Cipinang Besar, Kramat Raya, Muncang, Prumpung Tengah dan
Sinar Utara yang sudah dilikwuidasi atau dibubarkan dengan berbagai alasan.
2.2.  TINJAUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PASAR