LAPORAN AKHIR
6-3
lokal yang lebih rendah. Gerakan Kemitraan Usaha Nasional adalah wahana utama untuk meningkatkan kemampuan wirausaha nasional, karena ujung tombak dalam
menghadapi era ekonomi terbuka dan perdagangan bebas adalah wirausaha nasional
2
. Lan Lion 1995 mengatakan bahwa kemitraan adalah suatu sikap
menjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatu kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan pelanggan
berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama
3
. Selama ini istilah kemitraan ini telah dikenal dengan sejumlah nama,
diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan strategic customer alliance, strategi kerjasama dengan pemasok strategic supplier alliance dan pemanfaatan
sumber daya kemitraan partnership sourcing. Banyak program pemerintah yang dibuat demi majunya koperasi dan usaha kecil. Hal ini bertujuan untuk mendorong
dan menumbuhkan
4
: Koperasi mandiri dan pengusaha kecil tangguh dan modern, Koperasi dan pengusaha kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan berakar pada
masyarakat. Koperasi dan pengusaha kecil yang mampu memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien.
Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badan usaha bisnis, oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yang memadai. Dengan
pendekatan konsep sistem, diketahui bahwa organisasi pada dasarnya terdiri dari sejumlah unit atau sub unit yang saling berinteraksi dan interdepedensi. Performansi
dan satu unit dapat menyebabkan kerugian pada unit-unit lainnya. Misalnya peningkatan penjualan tanpa diimbangi kapasitas produksi yang lebih memadai,
justru akan memperburuk efisiensi
5
.
b. Usaha Kecil
Usaha kecil mencakup berbagai kegiatan meliputi pertanian, perindustrian, perdagangan, konstruksi, keuangan, jasa konsultan dan jasa-jasa lainnya. Kriteria
yang dipakai untuk mendefinisikan usaha kecil ini paling sedikit perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: Besarnya investasi untuk pabrik dan mesin,
jumlah tenaga kerja, nilai produksi dan penjualan
6
. Beberapa definisi usaha kecil yang dipakai oleh beberapa instansi dapat
dilihat sebagai berikut : 1 Bank Indonesia membuat kriteria asset tidak lebih dari Rp 600 juta diluar tanah dan bangunan. 2 Departemen keuangan, membuat criteria
asset tidak lebih dari Rp 300 juta, dan turnover Rp 300 juta atau kurang. 3 Departemen Perindustrian menetapkan asset tidak lebih dari Rp 600 juta diluar tanah
dan bangunan. 4 Departemen Perdagangan menetapkan modal aktif tidak lebih dari Rp 25 juta. 5 Biro Pusat Statistik menetapkan jumlah pekerja tidak lebih dari 20
orang. 6 KADIN menetapkan modal aktif maksimum Rp 150 juta dengan ketentuan turnover maksimum sebesar Rp. 600 juta untuk perusahaan dagang, Rp. 600 juta
untuk perusahaan industri, dan Rp. 1.000 juta untuk perusahaan konstruksi.
2
Marbun, B.N., 1996. Manajemen Perusahaan Kecil, Penerbit PT. Pustaka Binaman Presindo, Jakarta.
3
Linton, L., 1995. Parthnership, Modal Ventura, Penerbit PT. IBEC, Jakarta.
4
Supriyadi, A., 1997. “Pola Kemitraan Usaha Kecil, Menengah dan Besar Dimasa yang Akan Datang”, Makalah dalam Temu Nasional Modal Ventura : Jakarta.
5
Mulyono, M., 1996. Penerapan Produktivitas, Dalam Organisasi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
6
Dinas Perindustrian DKI Jakarta, Kajian Perangsang Kerjasama Kemitraan Industri Di DKI, 1997, hal. 25
LAPORAN AKHIR
6-4
c. Kemitraan Strategis
Kemitraan disini dapat lebih diarahkan pada pengertian penyatuan aktivitas yang saling menunjang, saling tergantung, baik secara vertikal maupun horisontal di
antara dua atau lebih usaha. Berbagai referensi teoritis yang ada sepakat bahwa kemitraan dapat merupakan salah satu konsep pemikiran dalam memecahkan
persoalan yang muncul dan sekaligus dapat menjembatani gap antara lembaga usaha yang kuat dengan lemah.
Dari pengertian tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa kemitraan strategis dalam dunia usaha adalah satu konsep kerjasama yang berisikan beberapa
muatan yang sifatnya operasional dalam usaha yang meliputi: 1. Aspek distributif manfaat dan biaya
Adanya kerjasama ini akan mengakibatkan pergeseran kepemilikan, antara lain:
a. Siapa yang menjalin kerjasama b. Untuk tujuan apa
c. Bagaimana hak tersebut diperoleh dan pengaruhnya terhadap usaha d. Bagaimana mekanisme pendistribusian manfaat dan biaya
2. Aspek efisiensi menyangkut pengalokasian sumberdaya 3. Aspek resiko dan ketidakpastian dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam
penciptaan kerjasama yang dimaksud di atas meliputi: kesamaan tujuan dan adanya manfaat yang diterima
4. Optimalisasi kekuatan dan eliminasi kelemahan 5. Interpretasi dan persepsi yang sama
6. Aturan main rule of the game 7. Memiliki core business
8. Keterpaduan sistem 9. Keseimbangan hak dan kewajiban
10. Transparansi dalam batas-batas yang dikerjasamakan 11. Adanya pembagian tugas
6.1.2. Pengembangan Konsep
Kebijakan Dan
Strategi Pengembangan
a. Rekayasa Sistim Kemitraan
Berdasarkan hasil kajian dan analisis keragaan kelembagaan, usaha, finansial, proyeksi pengembangan usaha dan faktor eksternal dan internal, serta
potensi wilayah, dapat ditarik kesimpulan beberapa faktor dominan yang mendukung terjalinnya kemitraan potensial ataupun yang berpotensi menyebabkan kegagalan
dalam menciptakan kemitraan, selanjutnya disusunlah rekayasa sistim kemitraan
Rekayasa sistem kemitraan yang saling menguntungkan diharapkan dapat terjadi dengan mengacu pada keberhasilan pola kemitraan yang sudah terjalin dan
berhasil berdasarkan hasil studi dan juga belajar dari evaluasi kegagalan , selain itu mengacu juga pada terpenuhinya beberapa persyaratan sebagai berikut
7
: 1. Memiliki kepentingan yang sama
2. Bermanfaat bagi masing-masing lembaga yang bekerjasama
7
Asep Saefudin , Pengembangan Sumberdaya Lintas Regional melalui Kerjasama Kelembagaan
LAPORAN AKHIR
6-5
3. Mensinergikan kekuatan dan keunggulan, serta mengurangi kelemahan dan hambatan masing-masing
4. Optimalisasi penggunaan sumberdaya 5. Berbagi pengalaman dalam kegagalan maupun keberhasilan
b. Implikasi Rekayasa Kemitraan