Hubungan antara Penanganan Peralatan Penyemprotan dengan Hubungan antara Penyimpanan Pestisida dengan Kejadian BBLR

87 dengan pestisida yang mengalir keluar dari nozzle kemudian petani tersebut melanjutkan penyemprotan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya BBLR akibat paparan pestisida adalah pemakaian APD yang lengkap, yaitu minimal memakai baju lengan panjang, celana panjang, masker, sarung tangan, dan penutup kepala. Oleh karena itu paparan pestisida baik ketika melakukan pencampuran pestisida, menyemprot tanaman, maupun ketika melakukan aktivitas pertanian yang lain dapat dicegah, sehingga tidak masuk ke dalam tubuh ibu hamil yang dapat membahayakan janin yang dikandungnya.

5.1.5 Hubungan antara Penanganan Peralatan Penyemprotan dengan

Kejadian BBLR Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara penanganan peralatan penyemprotan dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Ngablak dan Puskesmas Pakis, yaitu diperoleh nilai- p value 1,00. Hal tersebut disebabkan karena sampel pada penelitian ini terbatas, sehingga mempengaruhi hasil analisis dengan menggunakan metode statistik. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa penanganan peralatan penyemprotan selama hamil, seperti tanki, sering dilakukan oleh petani laki-laki di saluran irigasi dekat ladang setelah mereka selesai menyemprot. Dalam hal ini, paparan pestisida pada ibu hamil menjadi berkurang karena ayah atau suami dari responden tidak membawa pestisida ke dalam rumah yang dapat mencemari lingkungan rumah. Selain itu, pencucian APD atau pakaian yang dipakai 88 menyemprot dipisahkan dengan pakaian sehari-hari. Oleh karena itu, penanganan peralatan penyemprotan pada keluarga responden sudah tergolong cukup baik. Membersiahkan pakaian, tanki, dan APD di dalam rumah berisiko terhadap paparan pada orang yang ada di rumah tersebut karena pestisida yang menempel pada peralatan dapat mencemari lingkungan rumah. Misalnya ketika ibu mencuci pakaian yang dipakai sewaktu menyemprot dicampur dengan pakaian sehari-hari, sehingga dapat mengkontaminasi pakaian sehari-hari. Kegiatan mencuci tanki yang dilakukan di dekat sumber air bersih sangat berpotensi mencemari sumber air bersih tersebut karena terdapat sisa pestisida yang ada di dalam tanki.

5.1.6 Hubungan antara Penyimpanan Pestisida dengan Kejadian BBLR

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara penyimpanan pestisida dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Ngablak dan Puskesmas Pakis dengan nilai- p value sebesar 0,001. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk. 2012 yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara keberadaan pestisida dalam rumah dengan kejadian BBLR dengan nilai p value 0,044. Paparan pestisida yang disimpan di dalam rumah dapat terjadi jika terdapat makanan yang tercemar pestisida karena penyimpanannya dekat dengan dapur dan adanya kecelakaan khusus seperti pestisida diletakkan di kemasan bekas minuman tanpa ada tanda peringatan. Dalam penelitian ini penyimpanan pestisida cukup bervariasi, namun sebagian besar responden menyimpan pestisida di sekitar rumah bahkan di dalam 89 rumah, seperti dapur, ruang tamu, gudang makanan, gudang terpisah, kandang, dan ada pula yang menyimpannya di gubug ladang. Pada saat penelitian ditemukan beberapa responden responden dengan nomor R05, R06, R07, R08, R11, R17, R19, dan R25 yang meletakkan tanki penyemprot di ruang tamu dan di dapur dekat dengan penyimpanan makanan. Manyoritas petani hanya menyimpan pestisida tersebut di sebuah ember kemudian diletakkan di kolong meja dekat dapur yang sangat berisiko mengkontaminasi makanan yang ada di dapur.Bahkan ada yang menyimpan pestisida di ruang tamu responden dengan nomor R02, R08, dan R22 dan di atas lemari televisi responden R41. Hal tersebut tentu sangat berisiko terjadinya paparan pestisida pada orang yang tinggal di dalam rumah. Terlebih lagi jika pestisida yang disimpan berbentuk bubuk memungkinkan butiran halus tersebut terbawa angin dan dapat terhirup oleh orang yang ada di dalam rumah. Selain itu, pada saat observasi di rumah responden nomor R22 terlihat bahwa kondisi rumah tersebut sangat berdekatan dengan lokasi pembibitan tanaman. Setiap 2 hari sekali pembibitan tersebut disemprot menggunakan pestisida, sehingga responden tersebut berisiko tinggi terkena paparan ketika berada di area tersebut meskipun masih berada di lingkungan rumah. Berdasarkan hasil observasi juga diketahui bahwa tempat pembibitan tersebut dijadikan sebagai tempat menyimpan pestisida maupun tanki, selain itu digunakan juga untuk menjemur pakaian sewaktu petani melakukan kegiatan penyemprotan. Oleh karena itu, responden mengalami keracunan kehamilan seperti yang tercantum dalam buku KIA dan menyebabkan bayi yang dilahirkannya BBLR. 90 Untuk meminimalkan risiko paparan pestisida yang terjadi dilingkungan rumah sebaiknya pestisida disimpan di ruang khusus yang memenuhi syarat penyimpanan. Syarat tempat penyimpanan pestisida yang baik antara lain ruang penyimpanan harus berventilasi, jauh dari jangkauan anak-anak, terkunci, pestisida disimpan dalam kemasan aslinya jika tidak maka harus diberi tanda bahaya. Tempat penyimpanan juga dapat dilengkapi pasir atau serbuk gergaji untuk membersihkan atau menyerap pestisida saat terjadi tumpahan. Selain itu untuk area pembibitan sebaiknya dibangun jauh dari rumah, agar anggota keluarga tidak terkena dampak buruk pestisida.

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian