83
5.1.2 Hubungan antara Intensitas Paparan Pestisida dengan Kejadian
BBLR
Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara intensitas paparan pestisida dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Ngablak
dan Puskesmas Pakis, dengan diperoleh nilai-
p value
0,077. Hal tersebut disebabkan karena pada penelitian ini 40 responden dari 50 sampel memiliki
tingkat paparan pestisida yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa selama
hamil ibu mengurangi aktivitasnya yang berat dan melelahkan. Meskipun ada beberapa responden yang masih ikut serta dalam kegiatan pertanian selama hamil,
tetapi frekuensi mereka pergi ke ladang sangat jarang atau kurang dari 4 kali dalam seminggu. Responden dengan nomor R02, R03, R10, R11, R13, R18, R21,
dan R37 mengaku bahwa ketika mereka berada di lahan pertanian dengan petani lain yang menyemprot, waktu paparannya tidak lebih dari 2 jam sehingga masih
tergolong baik. Responden dengan nomor R14 mengaku bahwa penyemprotan oleh suaminya dilakukan di pagi hari, kemudian ibu hamil tersebut pergi ke
ladang dengan selang waktu beberapa jam kemudian. Hal tersebut menjadi penyebab tidak adanya hubungan yang signifikan antara intensitas paparan
pestisida di wilayah Kerja Puskesmas Ngablak dan Puskesmas Pakis, meskipun jika dilihat dari hasil analisis SPSS menunjukan bahwa nilai
odds ratio
cukup tinggi yaitu 5,412.
Lama paparan pestisida sangat berkaitan dengan banyaknya pestisida yang masuk ke dalam tubuh. Semakin lama terpapar pestisida maka akan semakin
84
banyak pestisida yang terakumulasi dalam tubuh. Pestisida tersebut masuk melalui kulit, mata, terhirup oleh hidung, maupun tertelan melalui mulut. Pestisida yang
masuk ke dalam tubuh kemudian sampai ke organ paru-paru dan aliran darah ibu hamilyang akan disalurkan ke janin melalui plasenta yang mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin Istiklaili, 2010.
5.1.3 Hubungan antara Pencampuran Pestisida dengan Kejadian BBLR