Alokasi dana Supervisi Evaluasi

30 direncanakan. Fahmi, 2014 . Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif, ia harus mampu : a. Memotivasi dirinya sendiri untuk bekerja dan banyak membaca b. Memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap permasalahan organisasi. Ia harus selalu merasa ditantang untuk mengatasi hambatan kerja yang dapat menjadi penghalang tercapainya tujuan organisasi yang ia pimpin. c. Menggerakkan memotivasi stafnya agar mereka mampu melaksanakan tugas pokok organisasi sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya dan tanggung jawab yang melekat pada setiap tugas. Dalam suatu organisasi fungsi dan peran pemimpin dalam mendorong pembentukan organisasi yang diharapkan menjadi dominan. Pada era globalisasi kepemimpinan yang dibutuhkan adalah yang memiliki nilai kompetensi tinggi, dan kompetensi itu bisa diperoleh jika pemimpin tersebut telah memiliki pengalaman dan pengetahuan maksimal. Seorang pemimpin memiliki pengaruh besar dalam mendorong peningkatan kinerja karyawan. Peningkatan kualitas kerja bawahan memiliki pengaruh pada penciptaan kualitas kerja sesuai dengan pengharapan. Seorang pemimpin harus mampu mengarahkan bawahanya untuk memiliki kompetensi dalam bekerja. Dalam menerapkan prosedur MTBS komitmen pemimpin atau kepemimpinan kepala puskesmas dapat berupa perhatian yang diberikan terhadap pelaksanaan implementasi MTBS. Perhatian tersebut dapat diwujudkan melalui pengarahan dan evaluasi MTBS.Fahmi, 2014

2.1.3.10 Alokasi dana

Tidak ada dana khusus untuk pelaksanaan MTBS di puskesmas, sehingga 31 Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Departemen Kesehatan RI berusaha mengalokasikan dana untuk memenuhi sarana MTBS. Sudah dijelaskan kepada pihak puskesmas bahwa hal tersebut tidak dapat berlangsung terus menerus sehingga diharapkan puskesmas dapat sedikit demi sedikit memenuhi kebutuhan sarana penunjang MTBS. Sarana yang sudah tersedia antara lain tenaga paramedis, dan medis terlatih, alat bantu hitung napas, kartu nasehat ibu, pencatatan formulir serta obat-obatan. Depkes RI,2008

2.1.3.11 Supervisi

Supervisi dapat merupakan suatu proses pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam bentuk on the job training. Supervisi harus dilaksanakan pada setiap tingkatan dan di semua pelaksana,karena dimanapun petugas bekerja akan tetap memerlukan bantuan untuk mengatasi masalah dan kesulitan yang mereka temukan. Suatu umpan balik tentang penampilan kerja mereka harus selalu diberikan untuk meningkatkan kinerja petugas. Supervisor harus memantau pengawasan, memahami pengaruh yang berkembang dan menggunakan sumber daya serta wewenang mereka untuk mempromosikan pengawasan dan menghapus hambatan untuk pengawasan Alexander,et al, 2010 .

2.1.3.12 Evaluasi

Menurut WHO, evaluasi adalah suatu cara yang sistematis untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan sekarang serta untuk meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan menyeleksi secara seksama alternatif-alternatif tindakan yang akan datang. Ini menyangkut analisa yang kritis 32 mengenai berbagai aspek pengembangan dan pelaksanaan suatu program dan kegiatan-kegiatan yang membentuk program itu, relevansinya, rumusannya, efisiensinya dan efektivitasnya, biayanya dan penerimaannya oleh semua pihak yang terlibat. Evaluasi ditujukan untuk megetahui sejauh mana kegiatan pogram berjalan dengan baik dan apakah tujuan program telah tercapai serta faktor apa saja yang perlu mendapat perhatian khusus dan perbaikan untuk pengembangan program selanjutnya. Notoatmodjo,2010 Pada umumnya evaluasi dilaksanakan terhadap program-program pembangunan kesehatan khususnya evaluasi penilaian terhadap pembangunan kesehatan di tingkat kabupaten dati II, rumah sakit pemerintah dengan instrumen stratifikasi rumah sakit atau akreditasi rumah sakit swasta serta penilaian terhadap puskesmas dengan instrumen sratifikasi puskesmas.Menurut Mubarak 2009, evaluasi merupakan kegiatan menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun tujuan dari evaluasi antara lain sebagai berikut : 1. Membantu perencanaan di masa yang akan datang. 2. Mengetahui apakah sarana yang tersedia dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya. 3. Menentukan kelemahan dan kekuatan daripada program , baik dari segiteknis maupun administratif yang selanjutnya diadakan perbaikan-perbaikan. 4. Membantu menentukan strategi, artinya mengevaluasi apakah cara yang telah dilaksanakan selama ini masih bisa dilanjutkan, atau perlu diganti. 5. Mendapatkan dukungan dari sponsor pemerintah atau swasta, berupa dukungan moral maupun material. 33 6. Motivator, jika program berhasil , maka akan memberikan kepuasan dan rasa bangga kepada para staf, hingga mendorong mereka bekerja lebih giat lagi. Informasi dari hasil evaluasi dapat memberi kesempatan untuk melakukan analisis lebih lanjut tentang pola pelaksanaan suatu program. Hasilnya dapat dijadikan bahan bagi perencanaan untuk memperbaiki rancangan dasar program baru. Evaluasi juga dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana dan mengapa program tertentu berhasil, sedangkan program lain tidak. Dalam implementasi program MTBS di puskesmas, evaluasi dilakukan oleh kepala puskesmas untuk mengetahui bagaimana penerapan program yang dilakukan oleh petugas pelaksana MTBS. Notoatmodjo,2010 34

2.2 KERANGKA TEORI

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Depkes RI 2008, Notoatmodjo 2010 Faktor Eksternal, Fasilitas yaitu :  Ketersediaan perlatan  Ketersediaan obat  Aloksi dana Faktor Eksternal :  Kepemimpinan  Supervisi  Pelatihan yang pernah dikuti  Masa kerja  Evaluasi Faktor Internal :  Pengetahuan  Persepsi beban kerja  Sikap  Motivasi Kerja Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Puskesmas Perilaku Kerja Petugas MTBS