43
11 Supervisi
Ada tidaknya pembinaan,
bimbingan dan pengawasan
pro-gram MTBS yang dilakukan
oleh Dinkes
Wawancar a
Kuesione r
1. Rendah, jika skor
rerata 2. Tinggi,
jika skor
≥rerata Irianto,
2007 dalam
Agita 2011
Ordinal
12 Evaluasi
Ada tidaknya penilaian hasil
pelaksanaan kegiatan
Manajemen Terpadu Balita
Sakit MTBS
Wawancar a
Kuesione r
1. Rendah, jika skor
rerata 2. Tinggi,
jika skor
≥rerata Irianto,
2007 dalam
Agita 2011
Ordinal
13 Penatalaksa naan MTBS
Penerapan dan pelaksanaan
Manajemen Terpadu Balita
Sakit MTBS oleh petugas
pelaksana di puskesmas.
Wawancar a
Kuesione r
1. Rendah, jika skor
rerata. 2. Tinggi,
jika skor
≥rerata
Irianto, 2007
dalam Agita
2011
Ordinal
3.5 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian penjelasan explanatory research karena bersifat menjelaskan pengaruh antara variabel-varabel penelitian
dengan pengujiaan hipotesis. Pendekatan yang digunakan yatu pendekatan cross
44
sectional atau potong lintang.
3.6 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.6.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu Sugiyono,2009.
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh petugas pelaksana MTBS di puskesmas Kabupaten Banjarnegara.
3.6.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu dalam hal ini sampel berkaitan dengan kegiatan MTBS Sugiyono,2009. Sampel dalam penelitian ini yaitu
petugas MTBS di puskesmas yang aktif menjalankan program MTBS di Kabupaten Banjarnegara. Sampel dihitung dengan menggunakan rumus untuk
sampel tunggal dengan hipotesis proporsi suatu populasi Sudigdo, 2006 Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
{ √
√ }
Keterangan : n
: besar sampel
45
Z1-α2 : 1,96 jika α : 5
Z1-β : 1,64 jika β : 5
p1 : Proporsi paparan pada kelompok terpapar aa+b
p2 : Proporsi paparan pada kelompok tidak terpapar cc+d
Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel minimal yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :
{ √ √ }
{ √ √ }
Besar sampel minimal yang digunakan dalam penelitian yaitu sejumlah 47.
3.7 SUMBER DATA
Sumber data penelitian dalam penelitian ini di dapatkan dari data primer
46
dan data sekunder.
3.7.1
Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari responden selama penelitian. Data primer diperoleh dari hasil
observasi, dokumentasi, dan wawancara secara langsung dengan menggunakan lembar kuesioner . Pengisian kuesioner dilakukan dengan metode wawancara
terhadap responden. Kuesioner berisi pertanyaan yang sudah terdapat alternatif jawabannya
.
3.7.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari orang lain yang dalam penelitian ini berasal dari instansi-instansi kesehatan yaitu dari
Kementrian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara.
3.8 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA 3.8.1 Instrumen Penelitian
. Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
kuesioner yang digunakan untuk memperoleh data berdasarkan pertanyaan dan pernyataan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dan menjadi kendala
implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Puskesmas di Kabupaten Banjarnegara.
Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian jika sudah
47
memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus di uji coba ” trial” lapangan.
1 Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benar-
benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner diujikan pada petugas pemegang program MTBS di 8 Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten
Magelang,yaitu Puskesmas Secang I, Pusskesmas Secang II, Puskesmas Mertoyudan I, Puskesmas Kota Mungkid, Puskesmas Mungkid, Puskesmas
Muntilan II, Puskesmas Bandongan, dan Puskesmas Kaliangkrik dimana di wilayah kerja tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan wilayah
Kabupaten Banjarnegara yaitu memiliki angka kematian balita yang hampir sama sebesar 13.88 tahun 2014. Uji validitas yang digunakan yaitu korelasi pearson
product moment sehingga akan diperoleh koefisien korelasi atau r hitung pada setiap soal per variabel. Instrumen atau soal dinyatakan valid, jika koefisien
korelasi atau r hitung lebih besar dari r tabel. Sugiyono,2009 Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan program
SPSS versi 16.00, dimana hasil akhirnya r hitung dibandingkan dengan nilai r tabel product moment pearson, dimana untuk uji validitas dengan N = 24 dan taraf
signifikansi 5 diketahui bahwa nilai r tabel = 0,404. Jika r hitung r tabel = 0,404, maka butir atau variabel pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Dari hasil perhitungan uji validitas seluruh jumlah soal yang berjumlah 58 butir soal, yang terdiri dari 9 butir soal untuk variabel pengetahuan petugas, 8
butir soal untuk variabel sikap petugas, 13 butir soal untu variabel motivasi kerja
48
petugas, 1 butir soal untuk variabel masa kerja petugas, 5 butir soal untuk variabel persepsi beban kerja petugas, 5 butir soal untuk variabel ketersediaan peralatan
dan obat, 2 butir soal untuk variabel pelatihan MTBS yang diikuti oleh petugas, 7 butir soal untuk variabel kepemimpinan kepala puskesmas, 1 butir soal untuk
variabel alokasi dana, 2 butir soal untuk variabel supervisi oleh Dias Kesehatan , 2 butir soal untuk variabel evaluasi oleh Kepala Puskesmas, 3 butir soal untuk
variabel implementasi MTBS. Uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan melalui program SPSS versi
16.00 diperoleh hasil 53 butir soal dinyatakan valid, dan 5 butir soal tidak valid Soal yang tidak valid terdiri dari 1 butir soal untuk variabel pengetahuan petugas,
2 butir soal utuk variabel sikap petugas, 1 butir soal untuk variabel motivasi kerja petugas dan 1 butir soal untuk variabel kepemimpinan Kepala Puskemas.
Sehingga dilakukan uji validitas kembali yaitu dengan menghilangkan 5 butir soal yang tidak valid tersebut, dan dilakukan perhitungan uji validitas terhadap 53
butir soal kembali. Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas dari 53 butir soal tersebut dengan menggunakan program SPSS versi 16.00, maka diperoleh
koefisien korelasi rxy atau r hitung untuk variabel pengetahuan petugas pada butir soal no.1 = 0,407, soal no.2 = 0,602, soal no.3 = 0,589, soal no.4 = 0,506,
soal no.5 = 0,539, soal no.6= 0,411, soal no.7 = 0,548, soal no.8 = 0,555. Pada variabel sikap petugas diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk butir soal no.1
= 0,723, soal no.2 = 0,664, soal no.3 = 0,747, soal no.4 = 0,468, soal no.5 = 0,443, dan soal no.6 = 0,739
. Pada variabel motivasi kerja petugas diperoleh koefisien
korelasi r hitung untuk butir soal no.1 = 0,525, dan soal no.2 = 0,611. soal no.3 =
49
0,610, soal no.4 = 0,507, soal no.5 = 0,610, soal no.6 = 0,545, soal no.7 = 0,610, soal no.8 = 0,565, soal no.9 = 0,685, dan soal no.10 = 0,612, soal no.11 = 0,727,
soal no.12 = 0,431. Pada variabel masa kerja petugas diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk butir soal no.1 = 0,612. Pada variabel persepsi beban kerja
petugas diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk buti soal no.1 = 0,628, soal no.2 = 0,579, soal no.3 = 0,600, soal no.4 = 0,500, dan soal no.5 = 0,646. Pada
variabel ketersediaan peralatan MTBS diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk butir soal no.1 = 0,541, soal no.2 = 0,683, dan soal no.3 = 0,541.
Pada variabel ketersediaan obat untuk pelaksanaan MTBS diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk butir soal no.1 = 0,541, dan soal no.2 = 0,635.
Pada variabel pelatihan yang pernah diikuti petugas MTBS diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk butir soal no.1 = 0,426 dan soal no.2 = 0,426. Pada
variabel kepemimpinan kepala puskesmas diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk butir soal no.1 = 0,633, soal no.2 = 0,682, soal no.3 = 0,410, soal no.4 =
0,648, soal no.5 = 0,560, dan soal no.6 = 0,465. Pada variabel alokasi dana dari Dinas Kesehatan diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk butir soal no.1 =
0,698. Pada variabel pelaksanaan supervisi MTBS oleh Dinas Kesehatan diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk butir soal no.1 = 0,548, dan soal no.2
= 0,509. Pada variabel pelaksanaan evaluasi MTBS oleh kepala puskesmas terhadap pelaksanaan MTBS diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk butir
soal no.1 = 0,413, dan soal no.2 = 0,547. Pada variabel implementasi MTBS diperoleh koefisien korelasi r hitung untuk butir soal no.1 = 0,788, soal no.2 =
0,884, dan soal no.3 = 0,748. Sehingga semua butir soal yang berjumlah 54
50
pertanyaan dinyatakan valid, karena koefisien korelasi r xy atau r hitung lebih besar dari r tabel = 0,404.
2 Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan . Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Seperti halnya dengan uji validitas, untuk mengetahui apakah instrumen
penelitian ini reliabel atau tidak maka digunakan program komputer. Adapun tolak ukur untuk mempresentasikan derajat reliabilitas adalah dengan
menggunakan metode
Alpha Cronbach
. Apabila pengujian reliabilitas dengan metode
Alpha
, maka nilai r hitung diwakili oleh
Alpha
. Jika
Alpha
hitung lebih besar daripada r tabel dan
Alpha
hitung bernilai positif, maka instrumen penelitian tersebut dinyatakan reliabel.
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabiitas 53 pertanyaan diperoleh nilai Alpha r hitung pada variabel pengetahuan petugas sebesar 0,812, pada
variabel sikap petugas sebesar 0,841, pada variabel motivasi kerja petugas sebesar 0,883, pada variabel masa kerj sebesar 0,756, pada variabel persepsi beban kerja
petugas sebesar 0,804, pada variabel ketersedian peralatan dan obat sebesar 0,791, pada variabel pelatihan sebesar 0,542, pada variabel kepemimpinan Kepala
Puskesmas sebesar 0,805, pada variabel alokasi dana sebesar 0,820, pada variabel supervisi dan evaluasi sebesar 0,716 dan pada variabel implementasi sebesar
0,896. Nilai Alpha r hitung seluruh variabel yang terdiri dari 53 pertanyaan
51
lebih besar dari r tabel 0,404 sehingga kuesioner dinyatakan reliabel.
3.8.2 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu : 1.
Wawancara Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan
menggunakan lembar kuesioner yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian yang harus dijawab responden.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data pendukung dari kegiatan penelitian yang berupa visual, yaitu : foto kegiatan
penelitian.
3.9 PROSEDUR PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
3.9.1 Tahap Pra Penelitian
1. Memilih masalah yang akan diteliti berbasiskan data 2. Mengurus perijinan dan melaksanakan studi pendahulun ke lapangan
3. Menyusun rancangan penelitian 4. Melakukan uji coba kuesioner
3.9.2 Tahap Penelitian
1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri 2. Memasuki lapangan dan melaksanakan penelitian yaitu dengan mewawancarai
responden sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat.
52
3.9.3 Tahap Analisis data
Melakukan analisis data dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan penyusunan laporan.
3.10 TEKNIK ANALISIS DATA 3.10.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengn langkah sebagai berikut : 1.
Editing Jawaban yang telah diberi kode dilakukan pengecekan ulang terhadap jawaban
responden, apabila ada kesalahan maka jawaban tersebut harus dicek ulang pada responden.
2. Koding
Jawaban responden yang diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, selanjutnya diberi kode untuk memudahkan pengolahan data.
3. Entry Data
Kegiatan memasukan data dengan menggunakan program computer. 4.
Tabulasi Kegiatan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang akan diteliti
guna memudahkan analisis data. Tabulasi data yang dilakukan meliputi variabel faktor yang berhubungan dengan implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
MTBS. 5.
Penyajian data dalam bentuk tabel ditribusi frekuensi dan deskriptif. 3.10.2 Analisis Data
53
3.10.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian dalam bentuk tabel untuk memberikan gambaran umum hasil
penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi implementasi MTBS pada petugas pelaksana di puskesmas Kabupaten Banjarnegara.
3.10.2.2 Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan dalam populasi. Analisis melalui variabel-variabel yang
diteliti dengan melihat pengaruh antara satu variabel bebas dan terikat. Analisis menggunakan uji statistic chi-square, bila tidak memenuhi syarat uji
chi-square maka menggunakan uji fisher. Dasar pengambilan keputusan yang dipakai adalah berdasarkan probabilitas. Adapun kriteria hubungan
berdasarkan nilai p value probabilitas yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan, sebagai berikut :
1. Jika p 0,05 = Ho ditolak, artinya kedua variabel “ada pengaruhhubungan”.
2. Jika p ≥ 0,05 = Ho diterima, artinya kedua variabel “tidak ada pengaruh hubungan”.
Sedangkan untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, maka dipakai koefisien korelasi yang dapat dilihat
pada tabel berikut : Tabel 3.2 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
54
0,00-0,199 Sangat Lemah
0,20-0,399 Lemah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, 2009 :18
54
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Banjarnegara secara astronomi terletak diantara 7º.12’-7º.31’ Lintang Selatan dan 109º.29’-109º.45’.50” Bujur Timur. Dibatasi oleh 4
kabupaten di sebelah utara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang, sebelah timur Kabupaten Wonosobo, sebelah selatan Kabupaten Kebumen, dan sebelah
barat Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banjarnegara terletak pada jarak 120 km ke arah barat dari Ibu Kota Propinsi.
Dengan luas wilayah kurang lebih 1,069.71 Km
2
atau 106.970,997 Ha atau sekitar 3,29 dari luas wilayah Propinsi Jawa Tengah 3,25 juta Ha. Secara
administratif Kabupaten Banjarnegara terbagi dalam 20 kecamatan, 266 desa, dan 12 kelurahan. Daerah yang terluas adalah Kecamatan Punggelan dengan luas
108,84 Km
2
atau sekitar 10,1 dari luas total wilayah kerja Banjarnegara. Sedangkan Kecamatan Purworejo Klampok merupakan wilayah paling kecil yaitu
hanya seluas 21.87 Km
2
atau sekitar 1,6. Berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis digolongkan menjadi daerah relief bergelombang dan curam
pada bagian utara, relief datar pada bagian tengah, dan relief curam pada bagian selatan.
Jumlah penduduk di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan rekapitulasi data tahun 2014 adalah 1.006.832 jiwa, meningkat 1,26 dari tahun 2013.
Seiring naiknya jumlah penduduk, jumlah rumah tangga juga mengalami kenaikan pada tahun 2013 sebesar 264.527 menjadi 265.121 tahun 2014. Distribusi