83
5.1.5 Hubungan Antara Persepsi Beban Kerja Petugas Pelaksana dengan Implementasi MTBS
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi beban kerja petugas pelaksana MTBS dengan implementasi
Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Puskesmas Kabupaten Banjarnegara. Hal ini didasarkan pada hasil uji Chi
-
Square diperoleh nilai p value = 0,923. Nilai p value lebih dari 0,05 sehingga Ha ditolak. Dapat dikatakan
bahwa variabel persepsi beban kerja petugas tidak berpengaruh dalam implementasi MTBS pada petugas pelaksana di Puskesmas Kabupaten
Banjarnegara. Hasil penelitian ini sejalan dengan Mudrik, 2014 yang menyatakan
bahwa tidak terdapat pengaruh beban kerja terhadap kinerja petugas dalam pencapaian kegiatan MTBS di Puskesmas Kabupaten Halmahera Selatan.
Persepsi beban kerja tidak berpengaruh atau memiliki hubungan dengn implementasi MTBS kemungkinan dikarenakan persepsi seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberpa faktor yaitu psikologi, keluarga, dan kebudayaan Thoha, 2012 . Hal ini sejalan dengan penelitian Faridah, 2009 yang
menyatakan bahwa seseorang dengan persepsi beban kerja yang baik akan cenderung mempunyai motivasi kerja yang baik.
5.1.6 Hubungan Antara Ketersediaan Peralatan Pendukung dengan Implementasi MTBS
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan peralatan pendukung pelaksanaan MTBS dengan
84
implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS di Puskesmas Kabupaten Banjarnegara. Hal ini didasarkan pada hasil uji Chi
-
Square diperoleh nilai p value = 0,493 . Nilai p value lebih dari 0,05 sehingga Ha ditolak. Dapat dikatakan
bahwa variabel ketersediaan peralatan penduung tidak berpengaruh dalam implementasi MTBS pada petugas pelaksana di Puskesmas Kabupaten
Banjarnegara. Hasil penelitian ini sejalan dengan Agita M 2010 menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara ketersediaan perlaatan pendukung dengan implementasi MTBS. Dimana sumber daya atau sarana untuk kegiatan MTBS
bukan merupakan barang atau alat bantu, karena sudah tercakup dalam sarana esensial Puskesmas, kecuali untuk formulir tatalaksana MTBS dan Kartu Nasehat
Ibu KNI yang memerlukan penggandaan secara khusus. Menurut pendapat Azrul Azwar yang menyatakan bahwa sarana alat merupakan suatu unsur dari
organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Sarana termasuk dalam salah satu unsur dalam pelayanan kesehatan yang dibutuhkan untuk mencapai penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, agar pelayanan menjadi bermutu maka persyaratan ketersediaan sarana prasarana harus tetap terpenuhi.
Variabel ketersediaan peralatan tidak berpengaruh dalam implementasi MTBS terjadi karena, sarana pendukung MTBS dimanfaatkan secara maksimal
oleh petugas untuk mendukung pemeriksaan yang dilakukan agar mendapatkan hasil yang akurat. Sarana yang dimaksudkan disini adalah semua sarana dan
prasarana yang digunakan untuk menunjang keberlangsungan kegiatan Manajemen Terpadu Balita Sakit, yang terdiri atas : ruang MTBS, formulir
85
MTBS dan kartu nasihat ibu, serta logistik peralatan yang mendukung dalam kegiatan pemeriksaan MTBS pada balita sakit, yang meliputi : thermometer,
stetoskop, dan timer ISPA atau arloji. Sarana tersebut hampir sama dengan sarana yang dibutuhkan pada puskesmas atau poli pongobatan pada umumnya.
5.1.7 Hubungan Antara Ketersediaan Obat Pendukung dengan Implementasi MTBS