27
mudah  dalam  mengingat  konseling  atau  nasehat  mengenai  cara  perawatan  anak dan  pemberian  obat  di  rumah  sesuai  dengan  yang  disampaikan  oleh  bidan
petugas kesehatan di puskesmas. Depkes RI, 2006
2.1.3.7 Ketersediaan obat
Adapun obat-obatan yang digunakan dalam penanganan balita sakit adalah obat  yang  sudah  lazim  ada  dan  telah  termasuk  dalam  Daftar  Obat  Esensial
Nasional DOEN. Obat-obat yang diperlukan adalah kotrimoksazol tablet dewasa atau  tablet  atau  sirup,  sirup  amoksilin  atau  tablet  amoksilin,  kaplet  ampisilin,
kapsul tetrasiklin, tablet asam nalidiksat, tablet klorokuin, tablet primakuin, tablet sulfaduksin  pirimetamin  fansidar,  tablet  kina,  diazepam  suppositoria,  suntikan
kloramfenikol,  suntikan  gentamisin,  suntikan  penisilin  prokain,  suntikan ampisilin, suntikan kinin, suntikan fenobarbital,  diazepam infeksi 5 mg  dan 10
mg,  tablet  nistatin,  tablet  parasetamol  atau  sirup,  tetrasiklin  atau  kloramfenikol salep  mata,  gentian  violet  1  sebelum  digunakan,  harus  diencerkan  menjadi
0,25  atau  0,5  sesuai  kebutuhan,  sirup  besi  sulfat  ferosus  atau  tablet  besi, vitamin A 200.000 IU dan 100.000 IU, tablet pirantel pamoat, aqua bides untuk
pelarut, oralit 200cc, cairan infuse: ringer laktat, dextrose 5 NaCl, alkohol 70, glycerin, povidone iodine. Depkes RI,2006
2.1.3.8 Pelatihan
Pelatihan  merupakan  suatu  kegiatan  peningkatan  kemampuan  karyawan dalam  suatu  institusi  sehingga  akan  menghasilkan  perubahan  perilaku
pegawaikaryawan.  Perubahan  yang  dimaksud  yaitu  berbentuk  peningkatan
28
kemampuan  dan  sasaran  atas  karyawan  yang  bersangkutan.  Pelatihan  dalam pengembangan sumber daya manusia adalah suatu siklus yang harus terjadi secara
terus-menerus  untuk  mengantisipasi  perubahan  diluar  organisasi  tersebut Notoatmodjo,2010.
Program  pelatihan  dapat  mempengaruhi  perilaku  kerja  dalam  dua  cara. Yang  paling  jelas  adalah  dengan  langsung  memperbaiki  keterampilan  yang
diperlukan  untuk  karyawan  itu  agar  berhasil  menyelesaikan  pekerjaannya. Peningkatan  kemampuan  memperbaiki  potensi  karyawan  itu  untuk  berkinerja
pada tingkat  yang lebih tinggi. Apakah potensi tersebut bisa terealisasi sebagian besar  merupakan  soal  motivasi.  Manfaat  kedua  adalah  bahwa  pelatihan  itu
meningkatkan keefektifan diri seorang karyawan. Petugas yang baru saja ditunjuk untuk  melakukan  suatu  jenis  kegiatan,  jarang  secara  tepat  sesuai  kebutuhan,
mereka  harus  dilatih  agar  dapat  melaksanakan  pekerjaan  dengan  efektif. Karyawan  dengan  keefektifan  diri  yang  tinggi  mengandung  harapan  yang  kuat
mengenai kemampuan mereka untuk sukses berkinerja dalam situasi baru. Tujuan dari dilaksanakannya pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit  MTBS  secara
umum adalah mengajarkan proses manajemen kasus kepada perwat, bidan, dokter dan tenaga  kesehatan lain yang menangani balita sakit dan bayi muda di fasilitas
pelayanan  kesehatan  dasar.  Pelatihan  pada  petugas  MTBS    juga    akan mempengaruhi  pada  ketepatan  pemberian  dosis  obat  pada  balita  sakit.  Petugas
yang mengikuti pelatihan in
-
service dengan alat bantu kerja dan kunjungan tindak lanjut  dengan  umpan  balik  4-6  minggu  setelah  pelatihan  memiliki  ketepatan
pemberian  dosis  yang  baik  serta  memiliki  kualitas  pelayanan  yang  baik  saat
29
melaksanakan MTBS  Joseph,et al, 2006. Upaya  pelatihan  harus  dapat  memberikan  pengalaman  belajar  yang  baik
bagi petugas. Pelatihan dapat meyakinan bahwa, : a.
Dalam mempelajari sesuatu yang mereka yakini, pasti mengandung manfaat. b.
Proses  belajar  dapat  memberikan  keterampilan,  dan  apabila  keterampilan tersebut  semakin  sering  dipraktikkan,  akan  semakin  tinggi  tingkat
keterampilannya. c.
Keterampilan  yang  dipraktikkan  dengan  baik  akan  mendapat  imbalan  yang setimpal sebagai umpan balik.
d. Imbalan yang diperoleh dapat berasal dari berbagai sumber.
Tujuan  dari  pelatihan  ini  yaitu  dihasilkannya  petugas  kesehatan  yang terampil  menangani  bayi  dan  balita  sakit  dengan  menggunakan  tatalaksana
MTBS. Sasaran utama pelatihan MTBS ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter  puskesmas  pun  perlu  terlatih  MTBS  agar  dapat  melakukan  supervisi
penerapan MTBS di wilayah kerja puskesmas. Notoatmodjo,2010
2.1.3.9 Kepemimpinan