sebagai salah satu faktor yang berpotensi dapat menyebabkan terjadinya kasus malaria.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pekerjaan yang lebih banyak di Desa Lauri adalah petani yaitu 52 orang 81,3. Pekerjaan petani di Desa Lauri
merupakan pekerjaan mayoritas yang dilakukan oleh masyarakat. Pekerjaan berhubungan dengan tingkat status ekonomi seseorang sehingga
orang dengan status ekonomi yang tinggi, pada umumnya akan lebih sering memeriksakan kesehatannya bila dibandingkan dengan orang dengan tingkat
ekonomi yang lebih rendah. Selain itu ada beberapa pekerjaan, misalnya pekerjaan di luar rumah pada malam hari di daerah yang merupakan sarang nyamuk, sehingga ia
lebih rentan terpapar tergigit oleh vektor malaria.
5.3. Hubungan Kondisi Kandang Ternak Dengan Kejadian Malaria
5.3.1. Hubungan Jarak Kandang Ternak Babi dengan Kejadian Malaria pada Masyarakat di Desa Lauri
Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa jarak kandang ternak babi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria pada
masyarakat, dimana ρ 0,05 yaitu ρ = 0,742. Data jarak kandang ternak babi dengan rumah responden di Desa Lauri pada umumnya masih menempatkan kandang ternak
babi mereka didekat rumah atau berjarak 10 meter, yaitu 47 orang 73,5. Penempatan kandang ternak babi yang kurang tepat di Desa Lauri pada
umumnya termasuk dalam kategori tidak memenuhi syarat, karena tidak sesuai dengan syarat kesehatan dimana jarak kandang yang tepat harus ≥10 meter dari
rumah. Pada hasil penelitian kali ini, variabel ini tidak memiliki hubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
kejadian malaria pada masyarakat. Hal ini diasumsikan karena nyamuk Anopheles merupakan Zooantrhopofilik yaitu nyamuk yang menyukai darah binatang dan darah
manusia sehingga vektor dapat dikendalikan dengan menggunakan ternak sebagai umpan nyamuk cattle barrier. Menurut Ngadio dalam Marai 2006 bahwa
Kondisi Kandang ternak sapi memiliki daya tarik bagi nyamuk untuk mencari sumber
darah, sehingga dapat dikembangkan menjadi cattle barrier. Adanya ternak dapat
mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut dikandangkan tidak jauh jaraknya dari rumah Harijanto, 2000.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Marai 2006 yang menemukan bahwa jarak kandang ternak 10 meter dengan terjadinya penularan
malaria falcifarum 2,4 kali lebih tinggi dibandingkan jarak kandang ternak ≥ 10 meter. Demikian juga dengan hasil penelitian Waluyo dalam Budarja 2001
mengatakan bahwa letak kandang ternak ≤10 meter dari rumah akan beresiko
menderita malaria. 5.3.2. Hubungan Kelembaban Kandang Ternak Dengan Kejadian Malaria
Pada Masyarakat di Desa Lauri .
Pada penelitian ini, kelembaban dengan kejadian malaria tidak berhubungan dapat di terima karena mungkin kecenderungan nyamuk Anopheles mendapatkan
darah sebagai sumber makanan ditentukan oleh faktor antara lain CO
2
yang dikeluarkan, bau spesifik inang, serta suhu dan kelembaban udara. Di India sebagian
besar nyamuk Anopheles diketahui menghisap darah domba dan sapi Rao, 1981. Jika melihat keadaan kandang dengan kelembaban tinggi, ditambah lagi keadaannya
Universitas Sumatera Utara
yang gelap, memungkinkan nyamuk menghisap darah ternak sehingga kontak dengan manusia berkurang.
Menurut Harijanto 2000 bahwa pada kelembaban yang lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering mengigit sehingga meninggkatkan penularan
malaria. Kelembaban yang kondusif adalah antara 60-80, sedangkan tingkat kelembaban 60 merupakan batas yang paling rendah untuk memungkinkan
hidupnya nyamuk. Hasil ini diperkuat lagi oleh penelitian Raharjo 2003 di lereng barat dan timur pegunungan Muria Jawa Tengah, dimana kelembaban 60 sebagai
pendukung untuk tumbuh dan berkembang spesies Anopheles aconitus.
5.3.3. Hubungan Kebersihan Kandang dengan Kejadian Malaria Pada Masyarakat Di Desa Lauri