kejadian malaria sehingga masyarakat dapat melakukan pengendalian dan pencegahan terhadap penyakit malaria pada masyarakat di Desa Lauri.
1.4.2 Bagi Instansi Terkait
Memberikan informasi kepada instansi terkait khususnya Puskesmas di Desa Lauri mengenai hubungan kondisi kandang ternak dengan kejadian malaria sehingga
dapat dilakukan upaya penanggulangan dan pencegahan penyakit malaria guna menurunkan angka kejadian malaria.
1.4.3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai sumber informasi mengenai hubungan keberdaan kandang ternak dengan kejadian malaria pada masyarakat di Desa Lauri khususnya yang terkait
dengan kejadian malaria di Desa Lauri.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Vektor 2.1.1.
Defenisi Vektor
Vektor adalah parasit arthropoda dan siput air yang berfungsi sebagai penular penyakit baik pada manusia maupun hewan. Ada beberapa jenis vektor dilihat dari
cara kerjanya sebagai penular penyakit. Keberadaan vektor ini sangat penting karena kalau tidak ada vektor maka penyakit tersebut juga tidak akan menyebar Soulsby
dalam Beriajaya.
2.1.2. Vektor Sebagai Penular Penyakit
Arthropoda sebagai vektor yang mampu menularkan penyakit dapat berperan sebagai vektor penular dan sebagai intermediate host Slamet, 1994.
1. Arthropoda Sebagai Vektor Penular
Arthropoda sebagai penular berarti arthropoda sebagai media yang membawa agent
penyakit dan menularkannya kepada inang host. Vektor dikategorikan atas 2 yaitu :
a. Vektor Mekanik
Vektor mekanik merupakan vektor yang membawa agent penyakit dan menularkannya kepada inang melalui kaki-kakinya ataupun seluruh bagian
luar tubuhnya dimana agent penyakitnya tidak mengalami perubahan bentuk maupun jumlah dalam tubuh vektor. Arthropoda yang termasuk ke dalam
vektor mekanik antara lain kecoa dan lalat.
Universitas Sumatera Utara
b. Vektor Biologi
Vektor biologi merupakan vektor yang membawa agent penyakit dimana agent penyakitnya mengalami perubahan bentuk dan jumlah dalam
tubuh vektor. Vektor Biologi terbagi atas 3 berdasarkan perubahan agent dalam tubuh vektor, yaitu :
i. Cyclo Propagative
Cyclo propagative yaitu dimana infeksius agent mengalami perubahan
bentuk dan pertambahan jumlah dalam tubuh vektor maupun dalam tubuh host. Misalnya, plasmodium dalam tubuh nyamuk anopheles
betina. ii.
Cyclo Development Cyclo development
yaitu dimana infeksius agent mengalami perubahan bentuk namun tidak terjadi pertambahan jumlah dalam tubuh vektor
maupun dalam tubuh host. Misalnya, microfilaria dalam tubuh manusia.
iii. Propagative
Propagative yaitu dimana infeksius agent tidak mengalami perubahan
bentuk namun terjadi pertambahan jumlah dalam tubuh vektor maupun dalam tubuh host. Misalnya, Pasteurella pestis dalam tubuh xenopsila
cheopis.
Universitas Sumatera Utara
2. Arthropoda Sebagai
Intemediate Host
Arthropoda sebagai intermediate host artinya arthropoda berperan hanya sebagai tuan rumah ataupun tempat perantara agent infeksius tanpa memindahkan
ataupun menularkan agent infeksius tersebut ke tubuh inang host.
2.1.3. Pengendalian Vektor
Dalam PERMENKES RI No 374MENKESPERIII2010, pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk:
1. Menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya
tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularanan penyakit di suatu wilayah. 2.
Menghindari kontak dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah.
Vektor merupakan makhluk hidup yang perlu untuk dikendalikan. Terdapat 3 metode pengendalian vektor yaitu:
1. Pengendalian secara fisik dan mekanik
Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vektor
secara fisik dan mekanik. Contohnya: modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan 3M, pembersihan lumut, penenman bakau, pengeringan,
pengalihan drainase, dll, pemasangan kelambu, memakai baju lengan panjang, penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk cattle barrier,
pemasangan kawat.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengendalian secara biologi
Pengendalian secara biologi yaitu pemanfaatan predator yang menjadi musuh vektor dan bioteknologi sebagai alat untuk mengendalikan vektor.
Misalnya, predator pemakan jentik ikan, mina padi,dan lain sebagainya, pemanfaatan bakteri, virus, fungi, manipulasi gen penggunaan vektor jantan
mandul dan lain sebagainya 3.
Pengendalian secara kimia Pengendalian secara kimia merupakan pengendalian vektor dengan
menggunakan pestisida kimia. Misalnya, penggunaan kelambu berinsektisida, larvasida dan lain sebagainya
2.2. Vektor Penyakit Malaria
Diperkirakan di dunia terdapat 422 spesies nyamuk Anopheles dan ada 67 spesies yang telah dikonfirmasi dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah
diidentifikasi sebanyak 90 spesies, 20 diantaranya telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria. Nyamuk Anopheles yang telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria A.
aconitus, A. punculatus, A. farauti, A.balabacencis, A. punculatus, A. farauti, A. balabacencis, A. sundaicus, A. maculatus.
Sedangkan di luar pulau tersebut khusunya Indonesia Tengah dan wilayah timur adalah A. punctulatus, A. farauti, A.koliensis,
A.balabacencis, A. barbirostris, A. subpictus Achmadi,2008.
Beberapa faktor lingkungan sangat berperan dalam tumbuhnya nyamuk sebagai vektor penular penyakit malaria. Faktor-faktor tersebut antara lain,
lingkungan fisik, seperti suhu udara. Suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya
Universitas Sumatera Utara