3.2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau
gangguan-gangguan kesehatan yang di akibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. Ada dua kategori penyakit yang diderita tenaga kerja, yaitu:
1.
Penyakit umum
Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja, masih sekolah atau menganggur. Pencegahan penyakit ini merupakan tanggung jawab
seluruh anggota masyarakat. Untuk mengurangi biaya mengatasi penyakit umum, setiap calon karyawan diwajibkan mengikuti pemeriksaan atas dirinya
oleh dokter perusahaan. 2.
Penyakit akibat kerja
Penyakit ini dapat timbul setelah seorang melakukan pekerjaan. Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin
pengganggu kerja dan kesehatan atau dengan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.
Tujuan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: a.
Pencengahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja.
b.
Mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja.
c.
Agar terhindar dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh produk industri.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Pengertian Kecelakaan Kerja dan Macam-macam Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga atau tidak diharapkan. Tak terduga maksudnya dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan
atau tanpa suatu perencanaan. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja berarti bahwa
kecelakaan terjadi dikarenakan pada waktu melaksanakan pekerjaan. Macam-macam kecelakaan kerja, yaitu:
a. Berdasarkan selang waktu akibat:
1. Kecelakaan berlangsung.
Kecelakaan yang terjadi berakibat langsungterdeteksi, contohnya korban manusia, mesin yang rusak atau kegagalan produksi.
2. Kecelakaan tidak langsung.
Kecelakaan terdeteksi setelah selang waktu dari kejadian, contohnya mesin cepat rusak, lingkungan tercemar.
b. Berdasarkan korban:
1. Kecelakaan dengan korban manusia.
a. Kecelakaan ringan
Kecelakaan ringan biasanya diobati dengan persediaan P3K atau paling jauh dibawa ke poliklinik.
b. Kecelakaan sedang
Korban biasanya dibawa ke poliklinik setelah itu jika perlu diberi waktu untuk istirahat.
c. Kecelakaan berat
Universitas Sumatera Utara
Korban dibawa ke rumah sakit yang telah bekerja sama dan paling dekat dengan perusahaan.
2. Kecelakaan tanpa korban manusia.
Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan berdasarkan besar kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja maupun dampak-
dampak yang diakibatkannya.
3.3.1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Oraganisasi Perburuhan Internasional 1962 adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan.
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. Jenis-jenis termasuk kecelakaan yang belum masuk klasifikasi tersebut.
2. Klasifikasi menurut penyebab.
a. Mesin.
1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.
2. Mesin penyalur
Universitas Sumatera Utara
3. Mesin-mesin untuk mengerjakan logam.
4. Mesin-mesin pengolah kayu
5. Mesin-mesin pertanian
6. Mesin-mesin pertambangan
7. Mesin-mesin yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.
b. Alat angkat dan angkut
1. Mesin angkat dan peralatannya
2. Alat angkutan di atas rel
3. Alat angkutan yang beroda kecuali kereta api
4. Alat angkutan udara
5. Alat angkutan air
6. Alat-alat angkutan lain
c. Peralatan lain
1. Bejana bertekanan
2. Dapur pembakaran dan pemanas
3. Instalasi pendingin
4. Instalasi listrik, termasuk motor litsrik, tetapi dikecualikan alat-alat
listrik tangan. 5.
Alat-alat listrik tangan 6.
Alat-alat kerja dan perlengkapannya kecuali alat-alat lsitrik. 7.
Tangga 8.
Perancah 9.
Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
1. Bahan peledak
2. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak.
3. Benda-benda melayang
4. Radiasi
5. Bahan-bahan dan zat-zat yang belum termasuk golongan tersebut.
e. Lingkungan kerja
1. Diluar bangunan
2. Didalam bangunan
3. Dibawah tanah
f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut.
1. Hewan
2. Penyebab lain
g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak
memadai. 3.
Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan. a.
Patah tulang b.
Dislokasikeseleo c.
Regang ototurat d.
Memar dan luka dalam yang lain e.
Amputasi f.
Luka-luka lain g.
Luka dipermukaan
Universitas Sumatera Utara
h. Gegar dan remuk
i. Luka bakar
j. Keracunan-keracunan mendadak akut
k. Akibat cuaca dan lain-lain.
l. Mati lemas
m. Pengaruh arus listrik
n. Pengaruh radiasi
o. Luka-luka yang banyak dan berlaianan sifatnya
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Kelainan umum
h. Letak lain yang tidak dimasukkan dalam klasifikasi tersebut
Klasifikasi menurut jenis menunjukkan peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat
sebagai penyebab kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut.
Klasifikasi kecelakaan berguna untuk menemukan sebab-sebab kecelakaan. Upaya untuk mencari sebab kecelakaan dapat dilakukan dengan analisa
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan. Analisa kecelakaan tidak mudah, oleh karena penentuan sebab-sebab kecelakaan secara tepat adalah pekerjaan sulit. Klasifikasi kecelakaan yang
bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh suatu, melainkan berbagai faktor.
3.3.2. Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah lingkungan atau tingkah laku pekerja, dimana terdapat kondisi yang tidak aman atau tindakan pekerja yang
tidak sesuai standar. Studi yang telah dilakukan untuk mengetahui situasi apa saja yang dapat mengakibatkan kecelakaan, maka hasilnya memperlihatkan bahwa
frekuensi kecelakaan bervariasi berdasarkan pada faktor pekerja, jadwal kerja, situasi sosial, faktor pekerjaan lainnya. Sehingga faktor-faktor penyebab
kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu: a.
Faktor manusia Tenaga kerja manusia merupakan suatu alat produksi yang rumit serta
membutuhkan penanganan yang khusus ditinjau dari aspek tenaga, keluwesan, ketahanan, fisik dan mental serta aspek psikologi dan aspek sosial dan moral.
Faktor manusia dalam kecelakaan merupakan konsepsi klasik dalam usaha keselamatan kerja. Adapun faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja
dari manusia antara lain: 1.
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja. 2.
Gangguan psikologis seperti kebosanan, jenuh, benci, dan tidak bergairah. 3.
Usia pengalaman 4.
Adanya tekanan dan ketegangan
Universitas Sumatera Utara
5. Sikap kerja yang tidak baik sehingga menimbulkan kelelahan,
membosankan dan kelainan fisik. 6.
Bekerja sambil bermain-main, bertengkar, berbincang-bincang atau mengganggu dan sebagainya.
b. Faktor lingkungan kerja
Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kecelakaan kerja serta lingkungan yang kurang nyamanpun dapat menyebabkan manusia mengalami
eksploitasi yang berlebihan, serta dapat menimbulkan akses negatif dan dapat pula menimbulkan penyakit.
Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan pada lingkungan kerja antara lain:
1. Kebisingan
2. Lantai licin dan kotor
3. Suhu dan kelembaban yang tidak baik
4. Tata ruang yang tidak terencanya dengan baik
5. Penerangan kurang cukup
c. Faktor mesin dan peralatan
Sistem kerja mesin dan peralatan merupakan pusat perhatian dalam menghasilkan tingkat kerja yang diinginkan. Dalam operasinya tidak jarang
mesin dan peralatan merupakan potensi yang dapat menimbulkan kecelakaan. Keamanan dimulai dengan keamanan alat, keamanan mesin, keamanan proses,
dan keamanan lingkungan bukanlah suatu hal yang menjadi salah satu pertimbangan, tetapi pengamanan mekanik dan perbaikan rekayasa teknik
Universitas Sumatera Utara
adalah merupakan faktor penting dalam pencegahan kecelakaan. Faktor-faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja dari mesin dan peralatan antara lain:
1. Tidak tersedianya sarana keselamatan kerja pada mesin.
2. Tidak tersedianya peralatan perlindungan diri
3. Mesin, peralatan adn perlengkapan kerja tidak terawat dengan baik.
4. Letak mesin dan peralatan tidak teratur.
d. Faktor beban
Dalam suatu tempat kerja bahan merupakan benda yang menjadi pusat pengerjaan atau pengolahan. Dalam setiap industri maka bahan yang harus
diolah dalam beraneka ragam sifat fisik dan kimia. Untuk jenis bahan yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda pula. Dalam hal ini diperlukan
perancangan alat material handling penanganan material yang sesuai dengan sifat fisik dan kimianya.
e. Faktor tata cara kerja
Faktor yang meyebabkan terjadinya kecelakaan kerja antara lain: 1.
Prosedur kerja yang kurang baik. 2.
Sikap kerja yang tidak baik 3.
Tidak mengikuti aturan atau prosedur kerja yang aman 4.
Prosedur kerja yang sulit dilakukan.
3.3.3. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Mencegah kecelakaan kerja merupakan upaya yang paling baik, bila dibandingkan dengan upaya lainnya. Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan:
Universitas Sumatera Utara
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi kerja umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, dan pemeliharaan, pengawasan dan sebagainya.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan
pada berbagai jenis industri atau alat pelindung diri. 3.
Pengawasan, yakni tentang dipatuhinya ketentuan perundang-undangan. 4.
Riset medis, tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan keadaan fisik lain mengakibatkan kecelakaan.
5. Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan. 6.
Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab kecelakaan, mengenai siapa saja dan lain-lain.
7. Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja.
8. Penelitian bersifat teknik, meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian
alat pelindung, penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan sebagainya. 9.
Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja, antara lain bagi pekerja baru.
10. Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menumbuhkan sikap selamat. 11.
Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi, jika keselamatan kerjanya baik.
12. Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif atau
tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada permasalahannya, kecelakaan-
Universitas Sumatera Utara
kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh
semua pihak yang bersangkutan.
3.4. Program Keselamatan Kerja
3.4.1. Sifat Pentingnya Program Keselamatan Kerja Menurut Hammer
Adapun sifat pentingnya program keselamatan kerja menurut Hammer menyebutkan bahwa “safety program are undertaken for three fundamental
reason; moral, legal, and economic’. a.
Moral
Perusahaan dalam melaksanakan pencegahan atas dasar rasa kemanusiaan, sehingga bila terjadi kecelakaan perusahaan mempunyai suatu beban moral,
juga perusahaan mengusahakan tindakan pencegahan guna tidak akan terjadi suatu kecelakaan yang sama.
b. Hukum
Suatu landasan hukum yang mengatur hubungan antara pengusaha, karyawan, dan pemerintah. Dalam hal mengatur perburuhan, terutama untuk menegakkan
keadilan yang seadil-adilnya dalam menangani masalah yang berkaitan dengan ganti rugi, kecelakaan dan sesuatu hal yang menyebabkan karyawan tersebut
meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan UU No. 1 Tahun 1970.
Universitas Sumatera Utara
c. Ekonomi
Perusahaan mengadakan kesehatan dan keselamatan kerja, apabila terjadi kecelakaan maka perusahaan mengeluarkan biaya sebagai ganti rugi dan juga
terganggu produkstivitasnya.
3.4.2. Unsur-unsur yang Mendukung Program Keselamatan Kerja
Sementara itu menurut Flippo, 1994:124 berpendapat bahwa tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat dicapai, jika ada unsur-
unsur yang mendukung, yaitu: 1.
Dukungan manajemen puncak Manajemen puncak haruslah memberikan dukungan secara aktif pada program
keselamatan dapat tetap hidup dan menjadi efektif. Ditandai antara lain dengan kehadiran secara pribadi pada rapat yang membahas masalah keselamatan
kerja, dan pemeriksaan pribadi secara periodik, penekanan pada laporan tetap tentang keselamatan pada agenda rapat dewan direksi perusahaan.
2. Pengangkatan seksi keselamatan
Seksi keselamatan kerjasafety engineer memberikan perhatian kepada aspek manusianya dan bukan hanya aspek tekniknya. Hubungan antara direktur
keselamatan kerja berhak memerintah dan memaksakan perintahnya untuk menjalankan peraturan-peraturan dalam bidang keselamatan kerja.
3. Rekayasa suatu pabrik dan operasi yang aman.
Syarat-syarat dan usaha keselamatan adalah rekayasa yang sehat dan berorientasi ke masa depan. Semua itu meliputi tempat-tempat kerja bersih,
penerangan baik, pemasangan ventilasi dengan tepat, semua peralatan yang
Universitas Sumatera Utara
berbahaya haruslah dilakukan sejauh mungkin, pekerjaan dengan menggunakan perlindungan diri digunakan sebagaimana mestinya dan semua
perlindungan yang direkayasa harus dilaksanakan dengan baik agar kecelakaan kerja tidak terjadi dan proses operasi dapat berjalan secara aman.
4. Pendidikan karyawan agar bertindak secara aman.
Pendidikan karyawan merupakan aspek yang sangat penting dalam upaya pencegahan kecelakaan maka biasanya perusahaan memberikan pendidikan
agar bertindak, berpikir dan bekerja secara aman. Dan segala bentuk latihan seharusnya dilengkapi dengan berbagai peringatan yang menyangkut tentang
bahaya dari pelaksanaan dari suatu pekerjaan. Tindakan pimpinan merupakan contoh, dan atasan langsung haruslah memberikan contoh tentang perlunya
keselamatan kerja, baik dalam kata maupun perbuatan. Demikian juga untuk pendidikan akan membantu untuk menanamkan pengertian agar bekerja
dengan hati-hati. 5.
Analisis kecelakaan. Apabila terjadi kecelakaan, berarti tindakan pencegahan tidak berhasil.
Walaupun demikian manajemen mempunyai kesempatan untuk mempelajari apa yang salah. Kecelakaan tersebut dapat dipelajari dari beberapa aspek yaitu
pekerjaan yang menimbulkan kecelakaan, alat-alat dan perlengkapan yang digunakan dan akibatnya. Analisa hendaknya digunakan untuk maksud-maksud
perbaikan dimasa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
6. Pelaksanaan peraturan.
Peraturan-peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja yang ada, harus dilaksanakan apabila ada perusahaan yang tidak menerpakan peraturan tersebut
akan dikenakan sanksi.
3.5. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dalam penerapan SMK3, setiap perusahaan wajib melaksanakan:
1. Penetapan kebijakan K3.
2. Perencanaan K3.
3. Pelaksanaan rencana K3.
4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3.
5. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.1. Siklus SMK3
Adapun penerapan SMK3 bertujuan untuk: 1.
Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerjaburuh dan atau serikat pekerja atau serikat buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktivitas. Adapun tingkat penilaian penerapan SMK3 ditetapkan sebagai berikut:
1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0 - 59 termasuk tingkat penilaian
penerapan kurang merah. 2.
Untuk tingkat pencapaian penerapan 60 - 84 termasuk tingkat penilaian penerapan baik kuning.
3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85 - 100 termasuk tingkat penilaian
penerapan memuaskan hijau.
Universitas Sumatera Utara
3.5.1. Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3
Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil
kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan. Tujuan dilaksanakannya audit terhadap penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja K3, yaitu: 1.
Menilai secara kritis dan sistematis semua potensi bahaya potensial dalam sistem kegiatan operasi perusahaan.
2. Memastikan bahwa pengelolaan SMK3 di perusahaan telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan pemerintah, standar teknis yang ditentukan, standar K3 yang berlaku dan kebijakan yang ditentukan oleh manajemen perusahaan.
3. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum timbul
gangguan atau kerugian terhadap tenaga kerja, harta, lingkungan maupun gangguan operasi serta rencana respon terhadap keadaan gawat sehingga mutu
pelaksanaan K3 dapat meningkat. Dalam audit SMK3 berdasarkan PP. No. 50 Tahun 2012 terdapat 12
elemen dan kriteria audit, yaitu: 1.
Pembangunan dan pemeliharaan komitmen. 2.
Strategi pendokumentasian. 3.
Peninjauan ulang perancangan design dan kontrak. 4.
Pengendalian dokumen. 5.
Pembelian. 6.
Keamanan bekerja berdasarkan SMK3.
Universitas Sumatera Utara
7. Standar pemantauan.
8. Pelaporan dan perbaikan keuangan.
9. Pengelolaan material dan perpindahannya.
10. Pengumpulan dan penggunaan data.
11. Audit SMK3.
12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan.
3.6. Perhitungan Tingkat Implementasi Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja K3
Perhitungan tingkat penerapan program K3 diperoleh dengan membandingkan setiap pertanyaan dalam dengan standar penerapan yang
digunakan sebagai acuan oleh pihak manajemen untuk menerapkan program K3. Nilai tertinggi diberikan jika penerapan memenuhi standar yang telah ditentukan
dan sebaliknya nilai terendah diberikan jika penerapan sama sekali tidak dapat memenuhi standar.
Perhitungan dilakukan dengan menghitung rata-rata dari nilai yang diberikan oleh responden, kemudian menghitung rata-rata dari nilai masing-
masing kategori penelitian. Untuk mengetahui suatu kategori penilaian termasuk dalam kriteria tertentu maka nilai rata-rata tersebut harus di normalisasi dengan
rumus normalisasi De Boer sebagai berikut:
Nilai hasil normalisasi dari semua kategori kemudian di rata-ratakan sehingga diperoleh suatu nilai tunggal, yaitu nilai akhir yang menunjukkan tingkat
penerapan program. Jika nilai akhir tersebut berada dalam kisaran 85 - 100
Universitas Sumatera Utara
maka penerapan program dikategorikan hijau memuaskan, jika berkisar antara 60 - 84 maka dikategorikan kuning baik dan jika nilainya kurang dari 60
maka dikategorikan merah kurang.
3.7. Perhitungan Tingkat KehilanganKerugian