Φ = 42069,76
0,4554 Φ = 92.379,798 lumen
5.2.4 Uji Korelasi Tingkat Iluminasi dengan Hasil Kerja Stasiun Penomoran
Uji korelasi dilakukan mengetahui derajat asosiasi antar variabel tingkat iluminasi dengan hasil kerja stasiun penomoran. Pencetakan nomor dilakukan
sebanyak dua kali batch pencetakan per hari. Batch pertama dicetak pada rentang waktu dari 09.30
– 12.30 WIB sedangkan batch kedua dicetak pada rentang waktu dari 13.30
– 16.30 WIB. Tabel 5.11 menunjukkan rekapitulasi data tingkat iluminasi di tiga area pengukuran selama lima hari kerja.
Tabel 5.11 Rekapitulasi Data Tingkat Iluminasi di Tiga Area Pengukuran Hari
Pukul WIB Area Pengukuran
Rata-rata Rata-rata
I II
III I
10.00 65,27
33,60 25,03
41,30 42,36
12.00 66,52
36,15 27,58
43,42 14.00
47,43 36,70
29,04 37,72
37,02 16.00
46,19 35,49
27,27 36,32
II 10.00
66,07 40,02
30,16 45,42
45,63 12.00
66,66 39,44
31,43 45,84
14.00 52,61
34,95 29,26
38,94 38,32
16.00 51,46
35,30 26,35
37,70 III
10.00 75,02
39,24 27,77
47,34 43,15
12.00 51,93
37,05 27,90
38,96 14.00
51,75 37,48
27,71 38,98
36,96 16.00
46,35 33,67
24,84 34,95
IV 10.00
73,88 38,29
30,66 47,61
47,97 12.00
75,18 38,42
31,39 48,33
14.00 66,62
37,41 30,37
44,80 41,23
16.00 50,96
34,32 27,72
37,67 V
10.00 74,34
38,43 30,20
47,66 45,86
12.00 65,64
37,04 29,50
44,06 14.00
66,90 35,10
27,82 43,27
40,05 16.00
52,08 32,73
25,65 36,82
Universitas Sumatera Utara
Data tingkat iluminasi tersebut kemudian dikorelasikan dengan data hasil kerja stasiun penomoran seperti ditunjukkan padaTabel 5.12.
Tabel 5.12 Data Tingkat Iluminasi dan Produk Cacat Lolos Inspeksi No
Pengamatan Ke- Tingkat Iluminasi lux
Jumlah Produk Cacat Lolos Inspeksi lembar
1 I
42,36 568
2 I
37,02 489
3 II
45,63 315
4 II
38,32 375
5 III
43,15 294
6 III
36,96 462
7 IV
47,97 392
8 IV
41,23 349
9 V
45,86 245
10 V
40,05 311
Sebelum dilakukan uji korelasi, terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan terhadap kedua data tersebut. Uji distribusi normal yang digunakan adalah uji
kolmogorov-smirnov. Berikut ini merupakan langkah-langkah pengujiannya: 1. Data diurutkan dari nilai terkecil hingga ke nilai terbesar lalu diberi urutan
nomor, yaitu dari 1 hingga 10 2. Nilai FaX dihitung dengan membagi nomor data dengan total data,
misalnya data no 1 dengan jumlah data 10 Fa
X =
nomor data total data
=
1 10
= 0,10
3. Menghitung nilai Z dengan rumus: z
=
X - X σ
Diketahui, X =
418, 55
10
= 41,85; X
i
= 36,96 dan σ = 3,8439 sehingga, z = -
1,2721
Universitas Sumatera Utara
4. Mencari nilai distribusi frekuensi kumulatif teoritis yang dinotasikan dengan FeX pada tabel distribusi normal. Untuk z = -1,2721 diperoleh nilai pada
tabel yaitu 0,1017 5. Menghitung selisih absolut nilai FaX dengan FeX sebagai nilai D
D = |FaX – FeX|
= |0,1000 – 0,1017| = 0,0017
Tabel 5.13 Uji Distribusi Normal Data Tingkat Iluminasi No
T. Iluminasi X bar
Fa X STDEV Z
Fe X D
1 36,96
41,85 0,1000
3,8439 -1,2721 0,1017
0,0017 2
37,02 41,85
0,2000 3,8439
-1,2576 0,1043 0,0957
3 38,32
41,85 0,3000
3,8439 -0,9194 0,1789
0,1211
4 40,05
41,85 0,4000
3,8439 -0,4702 0,3191
0,0809 5
41,23 41,85
0,5000 3,8439
-0,1619 0,4357 0,0643
6 42,36
41,85 0,6000
3,8439 0,1308
0,5520 0,0480
7 43,15
41,85 0,7000
3,8439 0,3372
0,6320 0,0680
8 45,63
41,85 0,8000
3,8439 0,9816
0,8369 0,0369
9 45,86
41,85 0,9000
3,8439 1,0415
0,8512 0,0488
10 47,97
41,85 1,0000
3,8439 1,5901
0,9441 0,0559
Dmax 0,1211
6. Menetapkan nilai D
maks
lalu membandingkan nilainya dengan nilai D
σ
pada tabel kolmogorov-smirnov dengan nilai
σ = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
H = data berdistribusi normal; H
1
= data tidak berdistribusi normal H
diterima apabila D ≤ D
σ
dan H ditolak apabila D ≥ D
σ
D
maks
yang diperoleh adalah 0,1211 dan D
σ
untuk n = 10 dan σ = 0,05 adalah
0,4090, maka: D ≤ D
σ
, sehingga H
o
diterima.
Universitas Sumatera Utara
Dengan cara yang sama dilakukan pengujian kenormalan untuk data jumlah produk cacat lolos inspeksi di stasiun kerja penomoran. Rekapitulasi
pengujian kenormalan data produk cacat lolos inspeksi di stasiun kerja penomoran disajikan pada Tabel 5.14.
D
maks
yang diperoleh adalah 0,1522 dan D
σ
adalah 0,4090, maka: D ≤ D
σ
, sehingga H
o
diterima. Dengan demikian, data tingkat iluminasi dan data produk cacat lolos inspeksi teruji berdistribusi normal.
Tabel 5.14 Uji Distribusi Normal Data Produk Cacat Lolos Inspeksi No
Produk Cacat X bar
Fa X STDEV
Z Fe X
D max
1 245
380 0,1000
99,8254 -1,3524
0,0881 0,0119
2 294
380 0,2000
99,8254 -0,8615
0,1945 0,0055
3 311
380 0,3000
99,8254 -0,6912
0,2447 0,0553
4 315
380 0,4000
99,8254 -0,6511
0,2575 0,1425
5 349
380 0,5000
99,8254 -0,3105
0,3781 0,1219
6 375
380 0,6000
99,8254 -0,0501
0,4800 0,1200
7 392
380 0,7000
99,8254 0,1202
0,5478 0,1522
8 462
380 0,8000
99,8254 0,8214
0,7943 0,0057
9 489
380 0,9000
99,8254 1,0919
0,8626 0,0374
10 568
380 1,0000
99,8254 1,8833
0,9702 0,0298
Dmax
0,1522 Setelah dilakukan pengujian distribusi normal, langkah selanjutnya adalah
melakukan uji korelasi terhadap kedua data tersebut. Jenis uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Pearson. Uji korelasi Pearson digunakan untuk
menguji korelasi antar dua varian yang berdistribusi normal dan berjenis data interval atau rasio. Tabel 5.15 merupakan tabel bantuan perhitungan koefisien
korelasi variabel tingkat iluminasi X dan variabel produk cacat lolos inspeksi Y.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.15 Perhitungan Koefisien Korelasi Variabel X dan Y No
x y
xy x
2
y
2
1 42,36
568 24059,21
1794,18 322624
2 37,02
489 18103,10
1370,53 239121
3 45,63
315 14372,85
2081,92 99225
4 38,32
375 14370,20
1468,46 140625
5 43,15
294 12686,39
1862,01 86436
6 36,96
462 17077,79
1366,40 213444
7 47,97
392 18803,11
2300,85 153664
8 41,23
349 14390,20
1700,13 121801
9 45,86
245 11235,27
2102,98 60025
10 40,05
311 12454,75
1603,80 96721
Total 418,55 3800 157552,87 17651,26 1533686
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 5.15 maka dapat dihitung koefisien korelasi dengan menggunakan rumus uji korelasi Pearson berikut:
� = �
� �
−
� �
�=1 �
� �=1
� �=1
�
� 2
−
� �
�=1 2
� �=1
�
� 2
−
� �
�=1 2
� �=1
r = 10157552,87
– 418,53800 1017651,26 – 418,5
2
101533686 – 3800
2
r = -0,4330
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH
6.1 Analisis
Subbab ini menguraikan analisis hasil pengolahan data yang meliputi, analisis pencahayaan lantai produksi dan analisis uji korelasi tingkat iluminasi
dengan hasil kerja stasiun penomoran.
6.1.1 Analisis Tingkat Iluminasi di Lantai Produksi
Untuk mengetahui kondisi pencahayaan di lantai produksi maka diperlukan pengkajian dari segi rumus perhitungan tingkat iluminasi yaitu:
E = Φ × CU × LLF
A maka dapat diketahui beberapa kemungkinan penyebab rendahnya tingkat
iluminasi di lantai produksi, yaitu sebagai berikut: 1. Kurangnya tingkat iluminasi E terhadap luas ruangan A
Hal ini dipengaruhi oleh jumlah luminer dan jumlah lumen awal luminer 2. Rendahnya nilai CU Coefficient of Utilization
Hal ini dipengaruhi oleh tinggi luminer dari bidang kerja, proporsi ruangan, dan reflektansi material objek
3. Rendahnya nilai LLF Loss Light Factor Hal ini dipengaruhi oleh faktor nonrecoverable dan faktor recoverable.
Universitas Sumatera Utara