stasiun penomoran. Tanda negatif - menunjukkan hubungan berbanding terbalik yang berarti semakin tinggi tingkat iluminasi maka akan semakin rendah jumlah
produk cacat yang lolos inspeksi di stasiun kerja penomoran.
6.2 Pemecahan Masalah
Dari analisis diketahui bahwa tingkat iluminasi yang rendah pada lantai produksi diakibatkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan lumen standar di lantai
produksi. Kebutuhan lumen standar yang harus dipenuhi untuk lantai produksi adalah sebesar 92.379,798 lumen. Kondisi aktual susunan lampu di lantai
produksi unit percetakan PDAIJ ditunjukkan pada Gambar 6.1. Dengan demikian untuk pemecahan masalah pertama adalah diusulkan dua
alternatif penggantian jenis lampu dan penambahan jumlah lampu untuk memenuhi kebutuhan lumen standar di keseluruhan lantai produksi dan
pemecahan masalah kedua adalah penggantian jenis dan penambahan jumlah lampu khusus pada stasiun kerja penomoran. Pada kondisi aktual, lantai produksi
menggunakan tipe lampu T540W 3150 lm dengan jumlah 15 lampu sehingga hanya memenuhi lumen sebesar 47.250 lumen.
Pada alternatif I, lampu yang diusulkan adalah lampu TL merk Phillips tipe Master TL-D 58W dengan lumen awal 5000 lmlampu, sehingga kebutuhan
lampu di lantai produksi dapat dihitung sebagai berikut: N =
Φ L
= 92.379,798
5000 = 18,5
≈ 19 lampu
Universitas Sumatera Utara
14.29 m 14.72 m
Gambar 6.1 Susunan Lampu Kondisi Aktual di Lantai Produksi
Sedangkan kebutuhan lampu di stasiun kerja penomoran dengan kebutuhan lumen sebesar 25.825,03 adalah sebagai berikut:
N = 25.825,03
5000 = 5,2
≈ 6 lampu Penyusunan letak lampu diatur dengan menggunakan prinsip keseragaman
uniformity dengan menyusun lampu menurut ketentuan spacing criteria yaitu
Universitas Sumatera Utara
jarak maksimum antar lampu. Sebelumnya dilakukan perhitungan A
ℓ
= 14,72 × 14,29 19 = 11,07; sehingga: S
≃ A
l
≃ 10,02 ≃ 3,33 m. Dengan demikian, disimpulkan bahwa jumlah lampu usulan pada alternatif
I adalah 19 buah dengan 6 buah lampu berada di stasiun kerja penomoran dan jarak tiap lampu maksimum adalah 3,33 m. Susunan letak penambahan lampu
usulan pada alternatif I ditunjukkan pada Gambar 6.2.
14.29 m 14.72 m
Gambar 6.2 Susunan Lampu Kondisi Usulan Alternatif I
Universitas Sumatera Utara
Penyusunan seperti ditunjukkan pada Gambar 6.2 didasarkan pada pertimbangan bahwa stasiun kerja penomoran yang berada di sudut ruangan
memerlukan lebih banyak sumber penerangan untuk mencapai tingkat iluminasi standar yang sebanding dengan stasiun kerja lainnya yang didukung oleh adanya
bukaan. Untuk alternatif II, diusulkan penggunaan lampu hemat energi yaitu lampu
merk Philips tipe Master PL-L 4P 80W dengan lumen awal 6000 lmlampu. Dengan demikian dapat dihitung jumlah kebutuhan lampu di lantai produksi, yaitu
N = Φ
L =
92.379,798 6000
= 1 5,4
≈ 16 lampu Sedangkan kebutuhan lampu di stasiun kerja penomoran dengan
kebutuhan lumen sebesar 25.825,03 adalah sebagai berikut: N =
25.825,03 6000
= 4,3 ≈ 5 lampu
Dengan prinsip penyusunan letak lampu yang sama dengan alternatif I maka dapat dihitung spacing criteria sebesar A
ℓ
= 14,72 × 14,29 16 = 13,15; sehingga: S
≃ A
l
≃ 13,15 ≃ 3,63 m. Dengan demikian, jumlah lampu usulan pada alternatif II adalah 16 buah dengan 5 buah lampu berada di stasiun kerja
penomoran dan jarak tiap lampu maksimum adalah 3,63 m. Susunan letak penambahan lampu usulan pada alternatif II ditunjukkan pada Gambar 6.2.
Universitas Sumatera Utara
14.29 m 14.72 m
Gambar 6.3 Susunan Lampu Kondisi Usulan Alternatif II
Pemecahan masalah kedua sebagai usulan perbaikan khusus pada stasiun kerja penomoran adalah berupa penggantian jenis dan penambahan jumlah lampu
untuk memenuhi kebutuhan lumen standar di stasiun kerja penomoran tersebut. Kebutuhan lumen standar di stasiun kerja penomoran dihitung berdasarkan
perhitungan kebutuhan lumen dengan menggunakan tingkat iluminasi standar sebesar 500 lux. Hal ini dikarenakan apabila ditinjau dari jenis pekerjaannya,
pekerjaan operator stasiun kerja penomoran termasuk jenis pekerjaan pemeriksaan. Sesuai dengan standar Kepmenkes No 1405 tahun 2002, jenis
pekerjaan pemeriksaan memerlukan tingkat iluminasi minimum 500 lux.
Universitas Sumatera Utara
Maka, kebutuhan lumen standar di stasiun kerja penomoran dihitung sebagai berikut:
Φ = E × A
CU × LLF Φ =
500 × 7,36 × 7,145 0,69 × 0,66
Φ = 57.737,37 lumen Jenis lampu yang diusulkan adalah gabungan dari jenis lampu yang diusulkan
pada alternatif II yaitu 4 buah lampu Master PL-L 4P 80W dan LHL 071008 150 W. Perhitungan jumlah kebutuhan lampu LHL 071008 adalah:
Lumen yang belum terpenuhi oleh lampu Master PL-L 4P 80 W: Φ = 57.737,37 lumen - 4 × 6000 lumen
= 57.737,37 lumen - 24.000 lumen
= 33.737,37 lumen Sehingga, kebutuhan lampu LHL 071008 150W dengan lumen awal 15.500
lmlampu adalah: N =
Φ L
= 33.737,37
15.500 = 2,
1 ≈ 2 lampu
Prinsip penyusunan letak lampu berdasarkan pada spacing criteria sebesar A
ℓ
= 7,36 × 7,145 6 = 8,76 ; sehingga: S
≃ A
l
≃ 8,76 ≃ 2,96 m.. Dengan demikian, jumlah lampu usulan di stasiun kerja penomoran adalah 6 buah lampu
dan jarak tiap lampu maksimum adalah 2,96 m. Susunan letak penambahan lampu usulan pada pemecahan masalah di stasiun kerja penomoran ditunjukkan pada
Gambar 6.4.
Universitas Sumatera Utara
7. 145 m
7.36 m
2 .67 m
2.40 m
2.08 m
= Master PL-L 4P 80W
= LHL 071008 150W
Gambar 6.4 Susunan Lampu Kondisi Usulan di Stasiun Kerja Penomoran
Penyusunan letak lampu LHL 071008 150W didasarkan pada kebutuhan tingkat iluminasi yang lebih tinggi pada area kerja operator mesin nomor. Lampu
diletakkan pada bagian input dan output mesin nomor. Lampu ini dilengkapi dengan reflektor aluminium dan dipasang pada jarak 3 meter dari langit-langit
untuk menghindari silau pada mata pekerja.
6.3. Pembahasan Hasil Pemecahan Masalah