35 2.
hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan; 3.
hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa;
4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang
digunakan; 5.
hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif; 8.
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai perjanjian;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturaan perundang-undangan
lainnya.
5. Tinjauan Umum tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
a. Pengertian Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK
Badan penyelesaian sengketa konsumen adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan
konsumen.
36
Sedangkan dalam Pasal 1 angka 11 UU No. 8 Tahun 1999 UUPK, dijelaskan bahwa “bahwa penyelesaian sengketa konsumen adalah
badan yang betugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen”. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK
merupakan suatu lembaga khusus yang dibentuk diatur dalam Undang- undang
Perlindungan Konsumen,
yang tugas
utamanya adalah
menyelesaikan sengketa atau perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha.
37
36
UU No. 8 Tahun 1999, Pasal 1 angka 11
37
Yusuf Shofie, 2002, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan
commit to user
36 Pasal 23 UU No.8 Tahun 1999 dikatakan dalam hal pelaku usaha
pabrikan dan atau pelaku usaha distributor menolak dan atau tidak memberi tanggapan dan atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan
konsumen, maka diberikan hak untuk menggugat pelaku usaha dan menyelesaikan perselisihan yang timbul melalui Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen atau dengan cara mengajukan gugatan kepada badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.
Menurut Suherdi Sukandi bisa dilihat bahwa peran dari BPSK ada dua hal penting:
38
1 Bahwa undang-undang perlindungan konsumen memberikan alternatif penyelesaian melalui badan diluar system peradilan yang disebut dengan
BPSK, selain melalui pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan konsumen.
2 Bahwa pilihan penyelesaian sengketa konsumen dengan pelaku usaha bukanlah suatu pilihan yang eksklusif, yang tidak dapat tidak harus
dipilih. Pilihan penyelesaian sengketa melalui BPSK adalah pararel atau sejajar dengan pilihan penyelesaian sengketa memalui badan peradilan.
Untuk mengatur kelembagaan BPSK tersebut telah dikeluarkan sejumlah peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
39
- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlidungan Konsumen
- Keputusan Presiden No.90 2001 tentang Pembentukan BPSK.
- Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.301 MPP
Kep.102001 tanggal 24 Oktober 2001 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota dan Sekretariat BPSK.Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen
Konsumen UUPK, Teori dan Praktek Penegakan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.39
38
Ibid. hlm. 39-41
39
Drs. H. Suherdi Sukandi, Fungsi Dan Peranan Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen, Semiloka UUPK dan BPSK Kota Bandung, Bandung 29 Mei 2004. Hlm. 14
commit to user
37 -
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.302
MPPKep.102001 tanggal 24 Oktober 2001 tentang Pendaftaran LPKSM
Lembaga Perlindungan KonsumenSwadaya Masyarakat.
- Keputusan
Menteri Perindustrian
dan Perdagangan
No.350MPPKep.122001 tanggal 10 Desember 2001 tentang Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
- Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
605MPPKep.82002 tanggal 29 Agustus 2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.
Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa konsumen dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu :
40
1. Tahap I telah dibentuk 10 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
yaitu pada Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta,
Kota Surabaya, Kota Malang dan Kota Makassar. 2.
Pada tahap II dibentuk 14 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun
2004 Tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu, pada Pemerintah Kota Kupang, Kota Samarindah, Kota Sukabumi,
Kota Bogor, Kota Kediri, Kota Palangkaraya, Kota Kupang, Kabupaten Belitung, Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Bulungan, kabupaten Serang,
Kabupaten Ogan Komering Ulu, dan Kabupaten Jeneponto. 3.
Pada tahap III dibentuk 4 Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2005 Tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen yaitu, pada Pemerintah Kota Padang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten
Indramayu, Dan Kabupaten Bandung.
40
Ibid. hlm 30-41
commit to user
38 Berdirinya Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK adalah
bentuk dari berkembangnya permasalahan yang terjadi berkaitan dengan sengketa dibidang perlindungan konsumen. BPSK tidak sekedar suatu
lembaga atau badan yang dapat berdiri atau dibentuk oleh perseorangan tetapi suatu lembaga yang berpayung hukum dengan dasar peraturan
perundang-undangan yang cukup jelas. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatur tentang pembentukan BPSK
yang dipertegas didalam Pasal 49 ayat 1 UUPK yang berbunyi: “Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah
Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan.”
Yang dalam hal ini adalah jelas peran dan fungsi dari BPSK adalah menyelesaikan permasalahan yang timbul antara pihak konsumen dengan
lembaga pembiayaan, dimana terjadi wan prestasi yang dilakukan oleh pihak konsumen dari lembaga pembiayaan.
b. Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen