Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen

31 litigation ”. 31 Bahwa ada beberapa alasan mmengapa litigasi bukan merupakan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan sengketa kepentingan umum. Alasan yang paling menarik adalah mengenai biaya litigasi. Biaya yang dikeluarkan dalam penyelesaian sengketa melalui litigasi lebih tinggi, Dibandingkan jika penyelesaian sengketa melalui non litigasi yang membutuhkan biaya lebih rendah dibandingkan melalui litigasi. Disamping itu juga membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan keputusan akhir litigasi.

4. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen

Perlindungan Konsumen pada dasarnya merupakan bagian penting dalam ekonomi pasar laissez faire. Di pasar bebas, para pelaku usaha menawarkan produk dan jasa dengan tujuan mencari keuntungan di satu sisi, berhadapan dengan para pembeli dan konsumen yang ingin memperoleh barang dan atau jasa yang murah dan aman di sisi lain. Tetapi dalam kenyataan posisi pengusaha lebih menguntungkan daripada posisi konsumen, hal ini dikarenakan penguasaan informasi tentang produk sepenuhnya ada pada tangan produsen. Menurut Paul O’shea dan Charles Rickett : “Consumer protection measures, which include statutory provisions, regulations, policy statements, mandatory and voluntary codes, that incorporate and purport to embody rules of fixed and general application, are less likely to be successful and effective as final solutions, and are thus more likely to be subject to challenge in the courts. 32 Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa langkah-langkah perlindungan konsumen, yang meliputi ketentuan perundang-undangan, peraturan, pernyataan kebijakan, kode wajib dan sukarela, yang menggabungkan dan dimaksudkan untuk mewujudkan aturan aplikasi tetap dan umum cenderung menjadi sukses dan efektif sebagai solusi akhir, dan dengan demikian lebih mungkin untuk menjadi subyek menantang di pengadilan. 31 Christopher Baum, “The Benefits of Alternative Dispute Resolution in Common Interest Development Disputes”, St. Johns Law Review Volume 84 Issue 3, 2010, hlm. 916. 32 Paul O’shea dan Charles Rickett, “In Defence Of Consumer Law: The Resolution Of Consumer Dispute ”, Sydney Law Review Vol 28: 139, 2006, hlm. 144. commit to user 32 Posisi para konsumen sebenarnya amat rentan untuk dieksploitasi. Hanya dengan seperangkat aturan hukum atau perundang-undangan yang ditetapkan oleh negara, ketimpangan informasi tersebut dapat diatasi. Sehingga keberadaan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh negara tersebut, benar-benar dapat memberikan perlindungan terhadap konsumen. Adapun yang dimaksud dengan konsumen menurut UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 ayat 2 adalah, “Setiap pemakai barang danjasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan” Makna Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Pada hakekatnya, terdapat dua instrumen hukum penting yang menjadi landasan kebijakan perlindungan konsumen di Indonesia, yakni : Pertama, Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, mengamanatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tujuan pembangunan nasional diwujudkan melalui sistem pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan kembangkan dunia usaha yang memproduksi barang dan jasa yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Kedua, Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen UUPK. Lahirnya Undang-undang ini memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia, untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang dan jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen. Penyelesaian sebuah perkara atau sengketa dalam kehidupan masyarakat saat ini dalam prakteknya tidak hanya dapat diselesaikan melalui jalur pengadilan tetapi juga dapat diselesaikan melalui jalur luar pengadilan, salah satu penyelesaian sengketa yang dapat diselesaikan diluar pengadilan adalah sengketa konsumen. Penyelesaian sengketa konsumen dalam perkembangan kehidupan masyarakat dapat diselesaikan oleh suatu badan atau lembaga yang perpustakaan.uns.ac.id commit to user 33 secara hukum telah dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden No.90 Tahun 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, selanjutnya disebut dengan BPSK yang merupakan amanat dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang tersebut diharapkan sebagai sarana bagi konsumen yang bertujuan untuk melindungi hak da kewajiban konsumen dengan adanya kepastian hukum. Namun demikian bukan berarti bahwa Undang-Undang ada untuk mematikan pelaku usaha, melainkan sebagai sarana untuk berkompetisi dalam menghadapi era pasar bebas, karena pelaku usaha dituntut untuk mampu bersaing dalam hal mempruduksi dan memperdagangkan barang danatau jasa yang berkualitas, yang pada akhirnya akan berujung pada untuk mendorong iklim usaha yang sehat. Undang-Undang perlindungan konsumen hanya mengatur materi pokok- pokonya saja dalam upaya perlindungan bagi konsumen, maka diperlukan pula peraturan-peraturan pelaksanaan yang memuat lebih rinci dalam bentuk Peraturan Pemerintah, dalam rangka mengimplementasikan Undang-Undang yang dimaksud untuk melindungi hak-hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha. Penyelesaian sengketa konsumen dalam perkembangan kehidupan masyarakat dapat diselesaikan oleh suatu badan atau lembaga yang secara hukum telah dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden No.90 Tahun 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, selanjutnya disebut dengan BPSK yang merupakan amanat dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999. tentang Perlindungan Konsumen. Dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 8 Tahun 1999 Undang-undang Perlindungan Konsumen UUPK bahwa, “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk member perlindungan kepada konsumen”. 33 Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. 33 Ahmad Wiru dan SutarmanYudo, 2007, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.1 commit to user 34 Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih hak-haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain perlindungan konsumen, sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen. 34 Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata costumer Inggris – Amerika , atau consument Konsument Belanda . Pengertian itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata consumer adalah lawan dari produsen setiap orang yang menggunakan barang. 35 AZ Nasution dalam Selina Tri Siwi Kristiyanti mengartikan perlindungan konsumen sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk barang danatau jasa, antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih lanjut mengenai definisi tersebut, AZ Nasution menjelaskan sebagai berikut : “Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam kedudukan social ekonomi, daya saing, maupun tingkat pendidikan. Rasionya adalah sekalipun tidak selalu tepat, bagi mereka masing-masing lebih mampu mempertahankan dan menegakkan hak-hak mereka yang sah. Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau masalah dalam masyarakat itu tidak seimbang.” Konsumen dapat dilindungi oleh UUPK dalam hal mana hak-hak para konsumen telah diabaikan oleh pelaku usaha. Dengan adanya perlindungan terhadap hak-hak konsumen tersebut, maka pelaku usaha diharapkan dapat menyadari bahwa mereka harus menghargai hak-hak konsumen. Hak-hak konsumen yang dilindingi diantaranya adalah diatur dalam Pasal 4 UUPK : 1. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa; 34 Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.30 35 Ibid hlm. 22. commit to user 35 2. hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; 3. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa; 4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; 5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. 6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai perjanjian; 9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturaan perundang-undangan lainnya.

5. Tinjauan Umum tentang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen