25
c. Tanggungjawab Pelaku Usaha
Ketentuan mengenai tanggung jawab pelaku usaha terdapat dalam Pasal 19,20,21 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 antara lain :
a. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang
danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan; b. Ganti rugi sebagaimana dimaksud ayat 1 dapat berupa pengembalian
uang atau pengganti barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku c. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu tujuh hari
setelah tanggal transaksi d. Pemberian ganti rugi sebagaimana ayat 1 dan ayat 2 tidak
menghapuskan tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan
e. Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 2 tidak berlakuapabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut merupakan kesalahan konsumen
3. Tinjauan Umum tentang Sengketa Konsumen
a. Pengertian Sengketa Konsumen
Sengketa atau konflik umumnya bersumber dari perbedaan pendapat atau ketidaksesuaian di antara para pihak. Perbedaan pendapat ini dapat
berakibat buruk bagi kelangsungan hubungan antara para pihak yang bersengketa, oleh karena itu, setiap menghadapi perbedaan pendapat
sengketa, para pihak selalu berupaya menemukan cara – cara penyelesaian
yang tepat. Permasalahan yang terjadi biasanya diselesaikan oleh para pihak yang bersengketa dengan memperhatikan hukum yang ada, hukum bukanlah
sekedar pedoman untuk di baca, dilihat atau diketahui saja, melainkan untuk dilaksanakan dan ditaati. Hubungan hukum yang di laksanakan sebelum
terjadi sengketa berpedoman kepada hukum pedata materiil, namun jika perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
26 dalam
hubungan hukum
tersebut terjadi
masalah maka
untuk menyelesaiakannya berpedoman kepada hukum perdata formil atau hukum
acara perdata. Sengketa Konsumen sesungguhnya bukanlah suatu sengketa yang sederhana, karena sengketa konsumen ini sebenarnya sangat luas
cakupannya. Penyebab sengketa salah satunya adalah dari adanya wanprestasi dari salah satu pihak yang tidak memenuhi kewajibannya sesuai
dengan yang disepakati bersama atau ada faktor eksternal diluar para pihak yang mengakibatkan tidak terpenuhinya prestasi dari suatu perjanjian.
23
Berdasarkan pengertian, sengketa konsumen diartikan sebagai sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi
atas kerusakan, pencemaran dan atau yang mendapat kerugian akibat mengkonsumsi barang dan atau manfaat jasa. Az Nasution mendefinisikan
sengketa konsumen adalah setiap perselisihan antara konsumen dengan penyedia produk konsumen barang atau jasa konsumen dalam hubungan
hukum satu sama lain, mengenai produk konsumen tertentu.
24
UUPK tidak memberikan batasan apakah yang dimaksud dengan “sengketa konsumen”, namun bukan berarti tidak ada penjelasan. Kata-kata
sengketa konsumen dijumpai pada beberapa bagian UUPK, yaitu: 1. Pasal 1 butir 11 UUPK jo. BAB XI UUPK, penyebutan sengketa
konsumen sebagai bagian dari sebutan institusi administrasi Negara yang mempunyai tugas untuk menyelesaikan sengketa antara pelaku
usaha dan konsumen, dalam hal ini adalah BPSK. Batasan BPSK pada pasal 1 butir 11 UUPK menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan
“sengketa konsumen” yaitu sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.
2. Penyebutan sengketa konsumen menyangkut tata cara atau prosedur penyelesaian sengketa terdapat pada BAB X penyelesaian sengketa.
23
Ade Maman Suherman, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Aspek Hukum dalam Ekonomi Global, Ghalia Indonesia, Jakarta,2004, hlm.46
24
BPSKSebagai Upaya Penegakan Hak Konsumen Di Indonesia, http:www.scribd.com, Diakses Pada Hari Minggu, Tanggal 22 Mei 2015,
commit to user
27 Pada BAB ini digunakan penyebutan sengketa konsumen secara
konsisten, yaitu Pasal 45 ayat 2 dan Pasal 48 UUPK. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 8 Kepmen No. 3502001
disebutkan bahwa sengketa konsumen adalah sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran
danatau yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi barang danatau memanfaatkan jasa. Sengketa konsumen menurut Pasal 23 UUPK dimulai
pada saat konsumen menggugat pelaku usaha yang menolak danatau tidak memenuhi ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat
1, ayat 2, ayat 3 dan ayat 4, baik melalui BPSK atau peradilan umum ditempat kedudukan konsumen. Yang menangani penyelesaian sengketa
konsumen antara pelaku usaha dan konsumen adalah BPSK dengan cara Konsiliasi atau Mediasi, atau Arbitrase atau melalui peradilan yang berada
di lingkungan Peradilan Umum. Sengketa salah satu penyebabnya adalah dari adanya wanprestasi
dari salah satu pihak yang tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang disepakati bersama atau ada faktor eksternal diluar para pihak yang
mengakibatkan tidak terpenuhinya prestasi dari suatu perjanjian.
25
Sedangkan sengketa konsumen diartikan sengketa antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi atas kerusakan, pencemaran
dan atau yang mendapat kerugian akibat mengkonsumsi barang dan atau manfaat jasa.
26
Dengan demikian bisa diktakan bahwa pengertian sengketa konsumen sangatlah luas, sehingga diperlukan penafsiran yang mendalam
untuk memahami pengertian “sengketa konsumen”dalam kerangka UUPK. Menurut Yusuf Shofie dalam memahami tentang sengketa konsumen
diperlukan sebuah metode penafsiran, yaitu:
27
25
Ade Maman Suherman, 2004, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Aspek Hukum dala Ekonomi Global, Ghalia Indonesia, Anggota IKAPI, Jakarta, hlm.46
26
Kep.Menperindag. No.350MPPKep.122001, Pasal 1 angka 8
27
Yusuf Shofie, 2002, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, Teori dan Praktek Penegakan Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm.12.
commit to user
28 a.
Batasan konsumen dan pelaku usaha menurun UUPK, berikut batasan antara keduanya. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan
atau jasa yang tersdia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
28
Sedangkan Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
29
b. Batasan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK pada pasal 1
angka 11 UUPK menunjukkan bahwa yang dimaksudkan dengan “sengketa konsumen”, yaitu sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.
Pelaku usaha disitu, yaitu: 1.
Setiap orang atau individu; 2.
Badan hukum atau badan usaha yang tidak berbadan hukum.
b. Bentuk-bentuk dan PenyelesaianSengketa Konsumen