28 a.
Batasan konsumen dan pelaku usaha menurun UUPK, berikut batasan antara keduanya. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan
atau jasa yang tersdia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahkluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
28
Sedangkan Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Indonesia, baik
sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
29
b. Batasan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK pada pasal 1
angka 11 UUPK menunjukkan bahwa yang dimaksudkan dengan “sengketa konsumen”, yaitu sengketa antara pelaku usaha dan konsumen.
Pelaku usaha disitu, yaitu: 1.
Setiap orang atau individu; 2.
Badan hukum atau badan usaha yang tidak berbadan hukum.
b. Bentuk-bentuk dan PenyelesaianSengketa Konsumen
Secara umum yang dimaksud dengan bentuk-bentuk dari sengketa konsumen adalah sengketa-sengketa yang secara umum banyak terjadi
dalam kehidupan masyarakat. Menurut Pasal 1 angka 4 dan Pasal 1 angka 5 UU No.8 tahun 1999, dijelaskan bahwa sengketa konsumen bisa
dikelompokan dalam 2 kategori, yaitu: 1.
Barang, yaitu setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat
dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen.
2. Jasa, yaitu setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang
disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
28
UU No.8 Tahun 1999, Pasal 1 angka 2.
29
UU No.8 Tahun 1999, Pasal 1 angka 3.
commit to user
29 Dengan demikian bisa dikatakan bahwa bentuk yang dimaksud
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan barang dan atau jasa yang sedang disengketakan oleh konsumen dan pelaku usaha. Yang mana
sengketa tersebut akan menimbulkan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen.
Terdapat 2 dua bentuk cara atau model penyelesaian sengketa konsumen, diantaranya yaitu :
30
1. Penyelesaian sengketa melalui Pengadilan, adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang diselesaikan oleh Pengadilan litigasi;
2. Penyelesaian sengketa diluar Pengadilan, yaitu melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa APS atau Alternatif Dispute Resolution ADR,
adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar
pengadilan seperti yang diatur didalam Pasal 1 ayat 10 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999, yaitu :
a. Konsultasi b. Negoisasi
c. Mediasi d. Konsiliasi
e. Penilaian Ahli Konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa di antara para
pihak yang melibatkan pihak ketiga yang netral dan tidak memihak. Konsiliasi merupakan suatu bentuk proses penyelesaian sengketa di luar
pengadilan. Pada proses Konsiliasi dilibatkan pihak lain di luar pihak yang sedang bersengketa yang bersikap pasif dan netral, tidak memihak, pihak
yang dimaksud disebut sebagai konsiliator. Pada sengketa konsumen, yang bertindak sebagai konsiliator adalah majelis yang telah disetujui oleh BPSK.
Tujuan dilibatkannya konsiliator adalah agar dapat dengan mudah tercapai kata sepakat atas pemasalahan yang terjadi, sehingga sengketa dapat
diselesaikan dengan baik.
30
Jamal Wiwoho, Pengantar Hukum Bisnis, UNS Press, Surakarta, 2011, hlm.35.
commit to user
30 Mediasi adalah proses negosiasi penyelesaian sengketa atau
pemecahan masalah di mana pihak-pihak ketiga yang tidak memihak impartial bekerjasama dengan para pihak yang bersengketa membantu
memperoleh kesepakatan perjanjian yang memuaskan. Penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan sendiri oleh para
pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh pihak ketiga netral yang disebut mediator. Mediator menyerahkan sepenuhnya proses penyelesaian
sengketa kepada para pihak, baik mengenai bentuk maupun besarnya ganti kerugian atau tindakan tertentu untuk menjamin tidak terulangnya kembali
kerugian konsumen. Mediator tidak berwenang memutuskan sengketa para pihak. Mediator hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang diserahkan kepadanya. Berdasarkan Undang-undang No. 30 Tahun 1999, pengertian arbitrase
adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan, yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa. Dalam proses ini, pihak bersengketa mengemukakan masalah mereka kepada pihak ketiga netral dan
memberinya wewenang untuk memutus. Dalam Kepmenperindag RI Nomor 350MPPKep122001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK
mendefinisikan“Arbitrase adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan yang dalam hal ini para pihak yang bersengketa
menyerahkan sepenuhnya penyelesaian sengketa kepada BPSK”. Penyelesaian sengketa melalui arbritase melibatkan pihak ketiga netral yaitu
arbiter. Pada persidangan dengan cara arbitrase, para pihak menyerahkan
sepenuhnya kepada Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen untuk memutuskan dan menyelesaikan sengketa yang terjadi.
Menurut Christopher Baum, “There are several reasons why litigation
is not the mosteffective means of resolving disputes in common interestdevelopments. The most compelling reason is the cost of
commit to user
31 litigation
”.
31
Bahwa ada beberapa alasan mmengapa litigasi bukan merupakan cara yang paling efektif untuk menyelesaikan sengketa
kepentingan umum. Alasan yang paling menarik adalah mengenai biaya litigasi. Biaya yang dikeluarkan dalam penyelesaian sengketa melalui
litigasi lebih tinggi, Dibandingkan jika penyelesaian sengketa melalui non litigasi yang membutuhkan biaya lebih rendah dibandingkan melalui litigasi.
Disamping itu juga membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan keputusan akhir litigasi.
4. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen