Semakin kecil indeks DMF-T semakin baik, yang artinya keparahan karies semakin rendah, dihitung dengan rumus :
DMF-T rata-rata =
Keterangan: D = Decayed gigi berlubang
M = Missing gigi telah dicabut karena karies F = Filling gigi dengan tumpatan baik
T = Tooth gigi tetap N = Jumlah orang yang diperiksa
Tabel 2.1 berikut ini menjelaskan klasifikasi angka keparahan karies gigi menurut WHO :
Tabel 2.1 Klasifikasi Keparahan Karies Menurut Indeks DMF-T Tingkat Keparahan
DMF-T
Sangat Rendah Rendah
Sedang Tinggi
Sangat Tinggi 0,8-1,1
1,2-2,6 2,7-4,4
4,5-6,5
6,6 ke atas
2.6 Pencegahan Karies Gigi
Karies merupakan penyakit yang dapat dicegah. Dasar-dasar pencegahan karies adalah modifikasi satu atau lebih dari tiga faktor utama penyebab karies yaitu:
Universitas Sumatera Utara
plak, substrat karbohidrat yang sesuai serta kerentanan gigi. Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu, pertama menghilangkan substrat karbohidrat dengan
mengurangi frekwensi komsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja, kedua dengan meningkatkan ketahanan gigi dengan memaparkannya dengan fluor
secara tepat, dan ketiga dengan menghilangkan plak bakteri. Sedangkan faktor waktu adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh individu, mengingat bahwa karies
membutuhkan waktu bulanan bahkan tahunan untuk dapat menghancurkan gigi Kidd dan Bechal, 1992.
Menurut Tarigan 1995, resiko kerusakan gigi yang berkaitan dengan karbohidrat akan sangat berkurang, bila permukaan gigi secara teratur dibersihkan
dari plak dan bakteri. Makin sering makan karbohidrat yang mudah difermentasikandipecah makan makin cepat terjadi proses demineralisasi dari
jaringan keras gigi. Frekwensi komsumsi makanan yang mengandung gula harus sangat dikurangi dengan menghindari makanan kecil diantara jam makan.
Pencegahan yang paling mudah dan relatif murah adalah dengan melakukan sikat gigi secara berkesinambungan dan benar, dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor. Upaya ini dapat memutuskan tali ikatan perkembangan bakteri penyebab karies.
Hasil uji coba klinik dari pasta gigi yang mengandung fluor memperlihatkan adanya penurunan insidensi karies yang bervariasi antara 17 pada penduduk yang
tinggal di daerah mengandung kadar fluor optimum sampai 34 pada penduduk di daerah yang kandungan fluornya nol. Oleh karena itu penggunaan pasta gigi yang
Universitas Sumatera Utara
mengandung fluor harus dianjurkan pada semua orang Kidd dan Bechal, 1992. Fluor, diketahui mempunyai kemampuan untuk mengubah susunan kimiawi gigi
sehingga tidak mudah larut oleh pengaruh asam Panjaitan, 1995. Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan memutus rantai tiga faktor
utama penyebab karies yaitu host, agent dan substrat untuk saling bertemu dan berinteraksi Tarigan, 1991; Panjaitan, 1995. Menurut Tarigan 1991, pencegahan
karies yang dapat dilakukan individu antara lain; pengaturan diet karbohidrat, melakukan kontrol plak dengan menyikat gigi dengan cara yang benar atau meliputi
seluruh permukaan gigi dan waktu yang tepat, penggunaan fluor antara lain dengan pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor.
Menurut Panjaitan 1995, pencegahan karies gigi dapat dilakukan dengan prosedur menyikat gigi yang benar serta aplikasi fluor baik secara topikal melalui
pemakaian pasta gigi mengandung fluor, kumur-kumur fluor maupun secara sistemik melalui tablet fluor dan fluoridasi air minum.
Houwink 1993, menggambarkan beberapa intervensi perilaku yang berperan dalam mekanisme pencegahan karies, mulai dari tahap awal terjadinya karies sampai
perawatannya, dalam skema gambar 2.2 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Peranan Faktor Perilaku dalam Pencegahan Karies Sesuai dengan Urutan Proses Terjadinya Karies
Sumber: Houwink 1993
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar masalah kesehatan gigi dan mulut, termasuk di dalamnya karies gigi, sebenarnya dapat dicegah. Ada banyak cara untuk mengurangi dan
mencegah penyakit gigi dan mulut dengan berbagai pendekatan meliputi pencegahan yang dimulai pada masyarakat, perawatan oleh diri sendiri dan perawatan oleh tenaga
kesehatan. Usaha-usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut, terdiri dari pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier, seperti penjelasan yang dapat
dilihat pada tabel 2.2 berikut ini Putri, dkk, 2011:
Tabel 2.2 Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut
PENCEGAHAN PRIMER
PENCEGAHAN SEKUNDER
PENCEGAHAN TERTIER
INTERVENSI OLEH TIM
KESEHATAN GIGI:
Pendekatan Individual
- Anjuran diet
- Konseling kontrol plak
- Pemeriksaan gigi
- Skrining kanker mulut
- Diagnostik radiografi
- Penutupan ceruk dan
fisura -
Fluoridasi topikal swa aplikasi dan perawatan
dirumah -
Probing periodontal
-
Menghilangkan faktor sekunder lokal,
misalnya tambalan yang menggantung
overhang
-
Profilaksis -
Pemeriksaan,misalnya tes vitalitas pulpa
- Restorasi sealant
- Restorasi minimal
- Diagnostik radiografi
untuk memantau perkembangan
penyakit -
Pulp capping -
Mengisi kartu probing poket periodontal
- Skaling
sub dan
supragingiva -
Anjuran menghentikan
kebiasaan merokok - Penambalan gigi yang
lebih kompleks -
Protesa lepas atau cekat -
Ekstraksi gigi -
Pulpotomi -
Gigi sulung -
Bedah periodontal -
Pemberian bahan anti mikroba
Pendekatan Berbasis
Masyarakat - Fluoridasi air minum
- Program menghentikan merokok
- Skrining kesehatan gigi Anjuran berhenti
merokok melalui media seperti TV dan radio
di sekolah - Penutupan fisura
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Lanjutan
Pencegahan kecelakaan wajah dan
mulut dengan menggunakan
mouthgurd
INTERVENSI KESEHATAN
UMUM Program “Menyikat
Gigi untuk kehidupan yang lebih Sehat”
Skrining untuk kanker Penyediaan perawatan
dan dukungan bekelanjutan untuk
penyakit terminal
Pendekatan Individual
- Imunisasi
-
Pendidikan tentang gizi
Pendekatan Berbasis
Masyarakat -
Program imunisasi -
Program imunisasi -
Program imunisasi -
Kampanye pencegahan kecelakaaan
-
- Program gizi seimbang bagi masyarakat
2.7 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah UKGS 2.7.1 Pengertian UKGS