b. Koefisien regresi variabel komisaris independen adalah sebesar 0,163. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi komisaris independen sebesar 1,
dengan asumsi variabel komite audit dan kepemilikian institusional dianggap konstan, akan meningkatkan ROA perusahaan pertambangan sebesar 0,294
kali. c. Koefisien regresi variabel komite audit adalah sebesar -0,027. Hal ini berarti
bahwa setiap kenaikan jumlah komite audit perusahaan sebanyak 1 orang, dengan asumsi variabel komisaris independen dan kepemilikian institusional
dianggap konstan, akan menurunkan ROA perusahaan pertambangan sebesar 0,027 kali.
d. Koefisien regresi kepemilikan institusional adalah sebesar 0,101. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional sebesar 1,
dengan asumsi variabel komisaris independen dan komite audit dianggap konstan, maka akan meningkatkan ROA perusahaan pertambangan sebesar
0,101 kali.
b. Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Dependen ROE
Tabel 4.11 menyajikan hasil estimasi regresi melalui pengolahan data dengan menggunakan aplikasi SPSS:
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Universitas Sumatera Utara
sumb er:
hasil olahan SPSS, 2014
Hasil pengolahan data seperti ditunjukkan pada Tabel 4.11 menghasilkan suatu persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = -0,996 + 0,092 X
1
– 0,023 X
2
+ 0,021 X
3
– 0,089 Z
1
+ 0,043 Z
2
+ e Dimana:
Y = Return on Equity a
= Konstanta X
1
= Komisaris Independen X
2
= Komite Audit X
3
= Kepemilikan Institusional Z
1
= Debt to Equity Ratio DER Z
2
= Ukuran Perusahaan SIZE e
= Standard error
Interpretasi:
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1Constant
-.996 .616
-1.617 .112
DER -.089
.016 -.644 -5.600
.000 UkuranPerusahaan
.043 .018
.252 2.383
.021 KomisarisIndependen
.092 .545
.019 .170
.866 KomiteAudit
-.023 .052
-.046 -.442
.660 K.Institusional
.021 .179
.012 .115
.909 a. Dependent Variable: ROE
Universitas Sumatera Utara
e. Konstanta sebesar -0,996 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel
bebas komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional, maka ROE perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar
-0,996 kali. f. Koefisien regresi variabel komisaris independen adalah sebesar 0,092. Hal ini
berarti bahwa setiap kenaikan proporsi komisaris independen sebesar 1, dengan asumsi variabel komite audit dan kepemilikian institusional dianggap
konstan, akan meningkatkan ROE perusahaan pertambangan sebesar 0,092 kali.
g. Koefisien regresi variabel komite audit adalah sebesar -0,023. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan jumlah komite audit perusahaan sebanyak 1 orang,
dengan asumsi variabel komisaris independen dan kepemilikian institusional dianggap konstan, akan menurunkan ROE perusahaan pertambangan sebesar
0,023 kali. h. Koefisien regresi kepemilikan institusional adalah sebesar 0,021. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional sebesar 1, dengan asumsi variabel komisaris independen dan komite audit dianggap
konstan, maka akan meningkatkan ROE perusahaan pertambangan sebesar 0,021 kali.
4.2.2.3 Pengujian Hipotesis
Universitas Sumatera Utara
1. Uji Signifikansi Simultan Uji- F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig. F 0,05 maka H
diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Sebaliknya, jika nilai sig. F 0,05 maka H
a
diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F
hitung
dan nilai F
tabel.
Dimana kriterianya, yaitu: e. H
diterima jika F
hitung
F
tabel
pada α = 5 f. H
a
diterima jika F
hitung
F
tabel
pada α = 5
Tabel 4.12 Hasil Uji-F ROA
sumber: hasil olahan SPSS, 2014
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji-F dengan menggunakan aplikasi SPSS. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh nilai Sig sebesar 0.009. Angka ini
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
.271 5
.054 3.471
.009
a
Residual .842
54 .016
Total 1.113
59 a. Predictors: Constant, K.Institusional, KomisarisIndependen, KomiteAudit,
UkuranPerusahaan, DER b. Dependent Variable: ROA
Universitas Sumatera Utara
memiliki nilai lebih kecil dibandingkan tingkat signifikannya, yakni 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa H
ditolak dan H
a
diterima. Hal ini mengindikasikan secara bersama-sama semua variabel independen yakni komisaris independen,
komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen, yakni Return on Asset ROA.
Hasil pengujian menurut tabel menunjukkan bahwa pada tingkat signifikansi α= 0.05 diperoleh F
tabel
3,56 = 2,758. F
hitung
F
tabel
= 3,471 2,758 ; maka H
a
diterima, artinya secara serempak variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan ROA.
Tabel 4.13 Hasil Uji-F ROE
sumber: hasil olahan SPSS, 2014
Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji-F dengan menggunakan aplikasi SPSS. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh nilai Sig sebesar 0.000. Angka ini
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
3.206 5
.641 8.525
.000
a
Residual 4.061
54 .075
Total 7.267
59 a. Predictors: Constant, K.Institusional, KomisarisIndependen, KomiteAudit,
UkuranPerusahaan, DER b. Dependent Variable: ROE
Universitas Sumatera Utara
memiliki nilai lebih kecil dibandingkan tingkat signifikannya, yakni 0,05, maka
dapat dinyatakan bahwa H ditolak dan H
a
diterima. Hal ini mengindikasikan secara bersama-sama semua variabel independen yakni komisaris independen,
komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen, yakni Return on Equity ROE.
Hasil pengujian menurut tabel menunjukkan bahwa pada tingkat signifikansi α= 0.05 diperoleh F
tabel
3,56 = 2,758. F
hitung
F
tabel
= 8,525 2,758 ; maka H
a
diterima, artinya secara serempak variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan ROE.
2. Uji Signifikansi Parsial Uji- t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig. 0,05 maka H diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai sig. 0,05 maka H
a
diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Nilai t
hitung
juga dapat dibandingkan dengan nilai t
tabel
. Kriteria
pengambilan keputusannya yaitu:
1. H diterima jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5 2. H
a
diterima jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5
Coefficients
a
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Hasil Uji-t ROA
sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji-t dengan menggunakan aplikasi SPSS.
Interpretasinya adalah sebagai berikut: 1. Variabel Komisaris Independen
Nilai t
hitung
komisaris independen adalah 0,657 dan nilai t
tabel
adalah 1,671 sehingga t
hitung
t
tabel
0,657 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan 0,514 0,05 secara parsial
terhadap ROA perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. 2. Variabel Komite Audit
Nilai t
hitung
komite audit adalah -1,162 selanjutnya dimutlakkan dan nilai t
tabel
bernilai 1,671 sehingga t
hitung
t
tabel
1,162 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan 0,250 0,05 secara
parsial terhadap ROA perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1Constant
-.643 .280
-2.291 .026
DER -.016
.007 -.289 -2.157
.035 UkuranPerusahaan
.025 .008
.367 2.987
.004 KomisarisIndependen
.163 .248
.084 .657
.514 KomiteAudit
-.027 .023
-.140 -1.162 .250
K.Institusional .101
.082 .156
1.238 .221
a. Dependent Variable: ROA
Universitas Sumatera Utara
3. Variabel Kepemilikan Institusional Nilai t
hitung
kepemililkan institusional adalah 1,238 dan nilai t
tabel
bernilai 1,671 sehingga t
hitung
t
tabel
1,238 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan 0,221 0,05 secara parsial
terhadap ROA perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 4.15 Hasil Uji-t ROE
sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.15 menunjukkan hasil uji-t dengan menggunakan aplikasi SPSS.
Interpretasinya adalah sebagai berikut: 1. Variabel Komisaris Independen
Nilai t
hitung
komisaris independen adalah 0,170 dan nilai t
tabel
adalah 1,671 sehingga t
hitung
t
tabel
0,170 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan 0,866 0,05 secara parsial
terhadap ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1Constant
-.996 .616
-1.617 .112
DER -.089
.016 -.644 -5.600
.000 UkuranPerusahaan
.043 .018
.252 2.383
.021 KomisarisIndependen
.092 .545
.019 .170
.866 KomiteAudit
-.023 .052
-.046 -.442
.660 K.Institusional
.021 .179
.012 .115
.909 a. Dependent Variable: ROE
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Komite Audit Nilai t
hitung
komite audit adalah -0,442 selanjutnya dimutlakkan dan nilai t
tabel
bernilai 1,671 sehingga t
hitung
t
tabel
0,442 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan 0,660 0,05 secara
parsial terhadap ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. 3. Variabel Kepemilikan Institusional
Nilai t
hitung
kepemililkan institusional adalah 0,115 dan nilai t
tabel
bernilai 1,671 sehingga t
hitung
t
tabel
0,115 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan 0,909 0,05 secara parsial
terhadap ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.
3. Koefisien Determinasi Uji Goodness of Fit
Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R
2
koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Apabila
nilai R
2
suatu regresi mendekati satu, maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa
menjelaskan variabel dependen. Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor- faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen.
Tabel 4.16
Universitas Sumatera Utara
sumber: hasil olahan SPSS, 2014
Tabel 4.17
sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.16 dan 4.17 menunjukkan bahwa kolom Variables Removed
kosong. Hal ini berarti variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional tidak ada yang dikeluarkan dari persamaan. Setelah
diketahui bahwa seluruh variabel dimasukkan dalam analisis persamaan, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis koefisien korelasi dan koefisien
determinasi. Tabel 4.18 menunjukkan tipe hubungan antarvariabel:
Variables EnteredRemoved
b
Model Variables Entered
Variables Removed
Method 1
K.Institusional, KomisarisIndependen,
KomiteAudit, UkuranPerusahaan, DER
a
. Enter a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROA
Variables EnteredRemoved
b
Model Variables Entered
Variables Removed
Method 1
K.Institusional, KomisarisIndependen,
KomiteAudit, UkuranPerusahaan, DER
a
. Enter a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROE
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18 Hubungan Antarvariabel
Nilai Interpretasi
0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat
0,2 – 0,39 Tidak Erat
0,4 – 0,59 Cukup Erat
0,6 – 0,79 Erat
0,8 – 0,99 Sangat Erat
Sumber: Situmorang dan Lufti, 2012:155
Tabel 4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROA
sumber: hasil olahan SPSS, 2014
Tabel 4.19 menunjukkan nilai R sebesar 0,493 atau 49,3. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel dependen ROA dengan variabel
independennya komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional adalah cukup erat. Tabel 4.19 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R
Square dalam penelitian ini sebesar 0,173 yang berarti 17,3 ROA dapat
dijelaskan oleh ketiga variabel independen, yakni komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional, sedangkan sisanya 82,7 dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standard Error of Estimated
digunakan untuk mengukur variabel dari nilai yang diprediksi. Standard Error of Estimated disebut juga standar deviasi.
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.493
a
.243 .173
.124894 a. Predictors: Constant, K.Institusional, KomisarisIndependen, KomiteAudit,
UkuranPerusahaan, DER b. Dependent Variable: ROA
Universitas Sumatera Utara
Standard Error of Estimated dalam penelitian ini adalah 0,124894. Standar
deviasi yang semakin kecil mengindikasikan bahwa model semakin baik.
Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROE
sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.20 menunjukkan nilai R sebesar 0,664 atau 66,4. Hal ini berarti
bahwa hubungan antara variabel dependen ROE dengan variabel independennya komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan
institusional adalah erat. Tabel 4.20 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini sebesar 0,389 yang berarti 38,9 ROE dapat dijelaskan oleh
ketiga variabel independen, yakni komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional, sedangkan sisanya 61,1 dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standard Error of Estimated
digunakan untuk mengukur variabel dari nilai yang diprediksi. Standard Error of Estimated disebut juga standar deviasi.
Standard Error of Estimated dalam penelitian ini adalah 0,274240. Standar
deviasi yang semakin kecil mengindikasikan bahwa model semakin baik.
4.3 Pembahasan
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.664
a
.441 .389
.274240 a. Predictors: Constant, K.Institusional, KomisarisIndependen, KomiteAudit,
UkuranPerusahaan, DER b. Dependent Variable: ROE
Universitas Sumatera Utara
a. Pembahasan dengan Variabel Dependen ROA
Secara parsial, komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Hal ini berarti peningkatan jumlah
komisaris independen tidak mempengaruhi peningkatan ROA secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kemalasari 2009 yang
mengatakan bahwa komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan.
Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Di Indonesia, dewan
komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Sikap pasif ini atau sikap
yang mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan dapat merugikan kepentingan pemegang saham minoritas serta para
stakeholder lainnya. Besarnya proporsi dewan komisaris independen membuat
produktivitas perusahaan menurun. Hal ini dikarenakan jika jumlah komisaris semakin besar maka komunikasi antara komisaris dan direksi akan semakin rumit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kemalasari 2009 yang menyimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap ROA perusahaan.
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk
membantu pemberdayaan empowerment dewan komisaris Sutedi, 2012:142.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan tugas dari komite audit yang hanya sebagai pengawas, maka jumlah dari komite audit yang diperlukan tidak perlu besar. Berdasarkan Surat
Edaran BEJ SE-008BEJ12-2001 yang menyatakan bahwa keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua. Jadi ketika
jumlah komite audit semakin banyak, dapat mengurangi efisiensi kerja serta dapat menimbulkan potensi sulit mengambil keputusan, karena semakin banyak orang
maka peluang terjadinya pertentangan semakin besar. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hutagalung 2012, yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap ROA perusahaan. Institusi sebagai lembaga formal secara teori dinilai sebagai badan yang dapat
menengahi konflik keagenan antara pemegang saham individual dengan manajemen perusahaan. Namun dalam perusahaan pertambangan terbuka di Bursa
Efek Indonesia justru terjadi sebaliknya. Perusahaan pertambangan termasuk dalam kelompok industri dengan
jumlah pemegang saham institusional yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.21 sebagai berikut:
Tabel 4.21 Jumlah Kepemilikan Institusional
Universitas Sumatera Utara
pada Beberapa Perusahaan Pertambangan dan Perusahaaan Manufaktur
Tahun 2012
No. Perusahaan Pertambangan
Perusahaan Manufaktur Nama Perusahaan
K. Institusional Nama Perusahaan
K. Institusional
1. ATPK Resources
73.1 Kalbe Farma
55.37 2.
Cita Mineral Investindo 96.53
Astra Otopart 50.11
3. Elnusa
71.58 Gajah Tunggal
59.01 4.
Harum Energy 70.47
Indomobil Sukses Internasional
70.4 5.
Indo Tambangraya Megah
50.88 Tiga Pilar Sejahtera
25.62 6.
Mitra Investindo 83.39
Indofood 80
7. J Resources Asia
Pasifik 94.597
Akasha Wira Internasional
91.94 8.
Tambang Batubara Bukit Asam
98.55 Sekar Laut
96.04 9.
Radiant Utama Interisco
77.19 Siantar Top
56.76 10.
Vale Indonesia 79.51
Mayora 33.07
Sumber: www.idx.co.id data diolah
Pada Tabel 4.21 dapat kita lihat bahwa jumlah kepemilikan oleh institusi pada perusahaan pertambangan lebih besar dari perusahaan manufaktur. Pada
beberapa perusahaan manufaktur terdapat pula persentase yang tinggi kepemilikan oleh institusi, namun hal ini juga disertai dengan semakin banyaknya institusi
yang memiliki saham perusahaan tersebut. Artinya persentase kepemilikan terbagi pada beberapa institusi sehingga rata-rata institusi hanya memiliki persentase di
bawah 50. Misalnya, pada perusahaan Sekar Laut yang Jumlah Kepemilikan Institusinya mencapai 96.04 dimiliki oleh lima institusi yaitu, Omnistar Inv. H.
Ltd 26.78, PT Alamiah Sari 26.16, Shadforth A. Ltd 13.39, Malvina Inv. Ltd 17.22, dan PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk 12.58.
Sementara pada perusahaan pertambangan, misalnya perusahaan J Resources Asia Pasifik, persentase kepemilikan sebesar 94.597 hanya dimiliki oleh satu institusi
yaitu J Resources Mining Limited. Begitu pula pada perusahaan Petrosea yang
Universitas Sumatera Utara
jumlah kepemilikan institusionalmya 69.80, dimiliki oleh PT Indika Energy Tbk.
Jumlah Kepemilikan Institusional pada perusahaan pertambangan menyebabkan pemegang saham institusional memiliki suara yang cukup besar
dalam penentuan kebijakan perusahaan. Kontrol kuat yang dilakukan oleh pemegang saham institusional ini justru dapat membuat manajemen perusahaan
menjadi kaku dan lesu karena keterbatasan hak dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat menurunkan kinerja manajemen dalam perusahaan pertambangan
yang pada akhirnya berujung pada menurunnya kinerja perusahaan.
b. Pembahasan dengan Variabel Dependen ROE
Secara parsial, komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Hal ini berarti peningkatan jumlah
komisaris independen tidak mempengaruhi peningkatan ROE secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasinta 2012 yang
mengatakan bahwa komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan.
Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Di Indonesia, dewan
komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Sikap pasif ini atau sikap
yang mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan dapat merugikan kepentingan pemegang saham minoritas serta para
stakeholder lainnya. Besarnya proporsi dewan komisaris independen membuat
Universitas Sumatera Utara
produktivitas perusahaan menurun. Hal ini dikarenakan jika jumlah komisaris semakin besar maka komunikasi antara komisaris dan direksi akan semakin rumit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kemalasari 2009 yang menyimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap ROE perusahaan.
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk
membantu pemberdayaan empowerment dewan komisaris Sutedi, 2012:142. Sesuai dengan tugas dari komite audit yang hanya sebagai pengawas, maka
jumlah dari komite audit yang diperlukan tidak perlu besar. Berdasarkan Surat Edaran BEJ SE-008BEJ12-2001 yang menyatakan bahwa keanggotaan komite
audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua. Jadi ketika jumlah komite audit semakin banyak, dapat mengurangi efisiensi kerja serta dapat
menimbulkan potensi sulit mengambil keputusan, karena semakin banyak orang maka peluang terjadinya pertentangan semakin besar.
Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Hal ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Kemalasari 2009, yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap ROE
perusahaan. Institusi sebagai lembaga formal secara teori dinilai sebagai badan yang dapat menengahi konflik keagenan antara pemegang saham individual
Universitas Sumatera Utara
dengan manajemen perusahaan. Namun dalam perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia justru terjadi sebaliknya.
Perusahaan pertambangan termasuk dalam kelompok industri dengan jumlah pemegang saham institusional yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 4.21 sebagai berikut:
Tabel 4.21 Jumlah Kepemilikan Institusional
pada Beberapa Perusahaan Pertambangan dan Perusahaaan Manufaktur
Tahun 2012
No. Perusahaan Pertambangan
Perusahaan Manufaktur Nama Perusahaan
K. Institusional Nama Perusahaan
K. Institusional
1. ATPK Resources
73.1 Kalbe Farma
55.37 2.
Cita Mineral Investindo 96.53
Astra Otopart 50.11
3. Elnusa
71.58 Gajah Tunggal
59.01 4.
Harum Energy 70.47
Indomobil Sukses Internasional
70.4 5.
Indo Tambangraya Megah
50.88 Tiga Pilar Sejahtera
25.62 6.
Mitra Investindo 83.39
Indofood 80
7. J Resources Asia
Pasifik 94.597
Akasha Wira Internasional
91.94 8.
Petrosea 69.80
Sekar Laut 96.04
9. Radiant Utama
Interisco 77.19
Siantar Top 56.76
10. Vale Indonesia
79.51 Mayora
33.07
Sumber: www.idx.co.id data diolah
Pada Tabel 4.21 dapat kita lihat bahwa jumlah kepemilikan oleh institusi pada perusahaan pertambangan lebih besar dari perusahaan manufaktur. Pada
beberapa perusahaan manufaktur terdapat pula persentase yang tinggi kepemilikan oleh institusi, namun hal ini juga disertai dengan semakin banyaknya institusi
yang memiliki saham perusahaan tersebut. Artinya persentase kepemilikan terbagi pada beberapa institusi sehingga rata-rata institusi hanya memiliki persentase di
bawah 50. Misalnya, pada perusahaan Sekar Laut yang Jumlah Kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
Institusinya mencapai 96.04 dimiliki oleh lima institusi yaitu, Omnistar Inv. H. Ltd 26.78, PT Alamiah Sari 26.16, Shadforth A. Ltd 13.39, Malvina
Inv. Ltd 17.22, dan PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk 12.58. Sementara pada perusahaan pertambangan, misalnya perusahaan J Resources Asia
Pasifik, persentase kepemilikan sebesar 94.597 hanya dimiliki oleh satu institusi yaitu J Resources Mining Limited. Begitu pula pada perusahaan Petrosea yang
jumlah kepemilikan institusionalmya 69.80, dimiliki oleh PT Indika Energy Tbk.
Jumlah Kepemilikan Institusional pada perusahaan pertambangan menyebabkan pemegang saham institusional memiliki suara yang cukup besar
dalam penentuan kebijakan perusahaan. Kontrol kuat yang dilakukan oleh pemegang saham institusional ini justru dapat membuat manajemen perusahaan
menjadi kaku dan lesu karena keterbatasan hak dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat menurunkan kinerja manajemen dalam perusahaan pertambangan
yang pada akhirnya berujung pada menurunnya kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 5.1.1 Kesimpulan Variabel Dependen ROA
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan
institusional secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial,
komisaris Independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, serta
kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.
Hubungan yang tidak signifikan antara makanisme GCG ini terhadap profitabilitas disebabkan karena Pedoman Umum yang disusun oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, namun dapat menjadi rujukan bagi dunia usaha dalam menerapkan Good
Corporate Governance . Saat ini Bapepam-LK sebagai otoritas pasar modal tidak
mewajibkan emiten dan perusahaan publik untuk menerapkan pedoman ini,namun beberapa substansi dari pedoman ini diadopsi ke dalam peraturan Bapepam- LK
seperti kewajiban pembentukan komite auditdan keberadaan dewan komisaris independen dalam perusahaan. Bagi perusahaan yang tidak mematuhi peraturan
tersebut, maka dikenakan sanksi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Peraturan Bapepam-LK, Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan Bursa
Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30 dari Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen. Pengaturan mengenai jumlah Komite Audit bagi
Emiten dan Perusahaan Publik diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.IX.I.5 dan berdasarkan Surat Edaran BEJ SE-008BEJ12-2001tentang Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Dalam peraturan tersebut Emiten dan Perusahaan Publik diwajibkan membentuk Komite Audit yang berjumlah
sekurang-kurangnya tiga orang dimana salah satunya merupakan Komisaris Independen Perusahaan dan bertindak sebagai ketua Komite Audit.
5.1.2 Kesimpulan Variabel Dependen ROE
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan
institusional secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial,
komisaris Independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE, komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE, serta
kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.
Hubungan yang tidak signifikan antara makanisme GCG ini terhadap profitabilitas disebabkan karena Pedoman Umum yang disusun oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat,
Universitas Sumatera Utara
namun dapat menjadi rujukan bagi dunia usaha dalam menerapkan Good Corporate Governance
. Saat ini Bapepam-LK sebagai otoritas pasar modal tidak mewajibkan emiten dan perusahaan publik untuk menerapkan pedoman ini,namun
beberapa substansi dari pedoman ini diadopsi ke dalam peraturan Bapepam- LK seperti kewajiban pembentukan komite auditdan keberadaan dewan komisaris
independen dalam perusahaan. Bagi perusahaan yang tidak mematuhi peraturan tersebut, maka dikenakan sanksi.
Dalam Peraturan Bapepam-LK, Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan Bursa
Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30 dari Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen. Pengaturan mengenai jumlah Komite Audit bagi
Emiten dan Perusahaan Publik diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.IX.I.5 dan berdasarkan Surat Edaran BEJ SE-008BEJ12-2001tentang Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Dalam peraturan tersebut Emiten dan Perusahaan Publik diwajibkan membentuk Komite Audit yang berjumlah
sekurang-kurangnya tiga orang dimana salah satunya merupakan Komisaris Independen Perusahaan dan bertindak sebagai ketua Komite Audit.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian yang berkaitan dengan profitabilitas perusahaan diharapkan menggunakan atau menambahkan
Universitas Sumatera Utara
variabel lain untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga variabel
independen, yakni komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional mampu menjelaskan profitabilitas perusahaan dengan indikator
ROA hanya sebesar 17,3 dan profitabilitas dengan indikator ROE sebesar 38,9.
2. Penelitian ini terbatas hanya pada sektor pertambangan, sehingga ada kemungkinan bahwa hasil penelitian akan berbeda jika sektor industri yang
diteliti berbeda. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian antarsektor industri guna mendapatkan akurasi hasil penelitian yang lebih
baik. 3. Banyak indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan variabel
independen dan dependen dalam penelitian ini. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya diperlukan uji awal untuk menentukan indikator yang
paling kuat dalam menjelaskan variabel-variabel, lalu kemudian digunakan dalam penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA BUKU
Brealey, Richard A, Stewart C. Myers, dan Alan J. Marcus, 2008. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan
, Erlangga, Jakarta. Brigham, Eugene dan Joel Houston, 2001. Manajemen Keuangan, Jakarta,
Erlangga. Horne, James dan John Wachowicz, 2004. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan,
Jakarta, Salemba Empat. Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman , BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Kasmir, 2003. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. Nusantara II, PTP., 2010. KEP-117M-MBU2002 tentang Good Corporate
Governance , PTPN-II, Tanjung Morawa.
Santoso, Singgih, 2005. Menggunakan SPSS Untuk Statistik Multivariat, PT. Elexmedia Komputindo, Jakarta.
Steger, Ulrich dan Wolfgang Amann, 2008. Corporate Governance: How to Add Value
, England, Wiley. Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis, IKAPI, Bandung.
Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana, 2008. Penerapan Good Corporate Governance
, Kencana, Jakarta. Sutedi, Adrian, 2012. Good Corporate Governance, Sinar Grafika, Jakarta.
Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lufti, 2012. Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis
, USU Press, Medan.
JURNAL DAN TESIS
Andriyan, Okky dan Supatmi, 2010. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat
”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia
, Volume 7 Nomor 2 hal 187- 204.
Universitas Sumatera Utara
Bauery, Rob, et al., 2003. “Empirical Evidence on Corporate Governance in Europe The Effect on Stock Returns, Firm Value and Performance
”, Forthcoming in the Journal of Asset Management
, hal 1-24. Hutagalung, Maringan, 2012. “Pengaruh Corporate Governance dan Market
Competition Terhadap Produktivitas Perusahaan ”, Skripsi, Universitas
Indonesia, Depok. Kemalasari, Endang, 2009. “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
”, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan. Nur’ainy, Renny, et al., 2013. “Implementation of Good Corporate Governance
and Its Impact on Corporate Performance: The Mediation Role of Firm Size Empirical Study from Indonesia
”, Global Business and Management Research: An International Journal
, Volume 5 Nomor 2 3 hal 91-104. Nurriza, Diah, et al..2012. “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ”. Universitas Trunojoyo,
Madura, hal 1-14. Prasinta, Dian, 2012. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan” , Accounting Analysis Journal, Volume 2 hal 1-7.
Rahmayanti, Elvi, 2012. “Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management Dan Kinerja Perusahaan Studi Empiris
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2011”
, Universitas Indonesia, Depok. Riandi, Dani dan Hasan Sakti Siregar, 2011. “Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance terhadap Return On Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per Share Pada Perusahaan yang Terdaftar di Corporate
Governance Perception Index , Jurnal Ekonom, Volume 14 Nomor 3 hal
127-133. Vo, Duc dan Thuy Phan, 2013. “Corporate Governance And Firm Performance:
Empirical Evidence From Vietnam”, Open University, hal 1-19.
SITUS
http:www.idx.com, diakses pada tanggal 4 November 2013 http:www.bkpm.go.id, diakses pada tanggal 3 Maret 2014
http:www.iicg.or.id, diakses pada tanggal 27 November 2013 http:www.pwyp-indonesia.org, diakses pada tanggal 20 Maret 2014
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Pertambangan Terbuka yang Menjadi Sampel dan
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012
No Nama Perusahaan PT
Kode Perusahaan
Tanggal Listing
1 Indo Tambangraya Megah
ITMG 18 Desember 2007
2 Petrosea
PTRO 21 Mei 1990
3 ATPK Resources
ATPK 13 Mei 1998
4 Tambang Batubara Bukit Asam
PTBA 23 Desember 2002
5 Medco Energi Internasional
MEDC 12 Oktober 1994
6 Radiant Utama Interinsco
RUIS 12 Juli 2006
7 J Resources Asia Pasifik
PSAB
22 April 2003
8 Cita Mineral Investindo
CITA 20 Maret 2002
9 International Nickel Indonesia
INCO 16 Mei 1990
10 Citatah
CTTH 7 Maret 1996
11 Mitra Investindo
MITI 16 Juli 1997
12 Bayan Resources
BYAN
12 Agustus 2008
13 Benakat Petroleum Energy
BIPI 25 September 2001
14 Bumi Resources
BUMI
18 Juli 1990
15 Darma Henwa
DEWA
26 September 2007
16 Elnusa
ELSA
6 Februari 2008
17 Energi Mega Perkasa
ENRG
25 Januari 2006
18 Garda Tujuh Buana
GTB 14 Agustus 1999
19 Harum Energy
HRUM
25 Januari 2006
20 Samindo Resources
MYOH
30 Juni 2000
Lampiran 2 Data Profitabilitas Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek
Indonesia dengan Pendekatan Return on Asset ROA dan Return on Equity ROE Periode 2010-2012
No. Kode
Perusahaan ROA
ROE 2010
2011 2012
2010 2011
2012
1
ATPK
-0.175 -0.223
-0.111 -0.296 -0.643
-0.382 2
BYAN
0.089 0.134
0.029 0.245
0.296 0.078
3
BIPI
-0.021 -0.016
0.0020 -0.029
-0.02 0.002
4
BUMI
0.035 0.029
-0.096 0.192
0.191 -1.799
5
CITA
0.07 0.149
0.12 0.157
0.279 0.208
6
CTTH
0.064 0.0040
0.011 0.17
0.012 0.035
7
DEWA
0.001 -0.059
-0.094 0.002 -0.077
-0.151 8
ELSA
0.017 -0.01
0.03 0.033 -0.022
0.063
Universitas Sumatera Utara
9
ENRG
-0.005 0.012
0.013 -0.011
0.036 0.04
10
GTB
0.002 0.159
0.583 0.003
0.226 0.745
11
HRUM
0.234 0.325
0.244 0.357
0.498 0.376
12
ITMG
0.187 0.231
0.286 0.283
0.435 0.426
13
MEDC
0.036 -0.008
0.002 0.106 -0.013
0.007 14
MITI
0.061 -0.135
0.148 0.199 -0.536
0.233 15
MYOH
0.115 0.268
0.028 -0.391
0.378 0.133
16
PSAB
-0.098 0.14
0.153 -0.315
0.331 0.308
17
PTBA
0.23 0.003
0.178 0.316
0.015 0.267
18
PTRO
0.19 0.231
0.093 0.35
0.435 0.262
19
RUIS
0.022 -0.008
0.025 0.06 -0.013
0.122 20
INCO
0.2 0.138
0.027 0.26
0.189 0.036
Data GCG Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia dengan Indikador Komisaris Independen, Komite Audit, dan
Kepemilikan Institusional Periode 2010-2012
No. Kode
Perusahaan Tahun
Komisaris Independen
Komite Audit Kepemilikan
Institusional 1
ATPK 2010
0.33 3
75.21 2011
0.33 3
77.27 2012
0.33 3
73.1 2
BYAN 2010
0.4 3
30 2011
0.4 3
34.27 2012
0.4 3
34.27 3
BIPI 2010
0.3 3
56.95 2011
0.3 3
41.49 2012
0.3 3
41.49 4
BUMI 2010
0.25 4
5.16 2011
0.25 3
29.18 2012
0.25 3
29.18 5
CITA 2010
0.5 3
96.53 2011
0.33 3
96.53 2012
0.33 3
96.53 6
CTTH 2010
0.33 3
61.45 2011
0.33 3
52.22 2012
0.33 3
52.22 7
DEWA 2010
0.5 3
47.33 2011
0.5 3
47.33 2012
0.33 3
39.29 8
ELSA 2010
0.4 5
79.34 2011
0.4 6
73.51 2012
0.4 5
71.58
Universitas Sumatera Utara
9 ENRG
2010 0.4
3 41.03
2011 0.4
3 33.11
2012 0.5
3 33.52
10 GTB
2010 0.33
3 56.61
2011 0.33
3 56.61
2012 0.33
3 59.65
11 HRUM
2010 0.4
3 79.81
2011 0.4
3 70.34
2012 0.4
3 70.47
12 ITMG
2010 0.33
4 65
2011 0.33
4 65
2012 0.33
4 65
13 MEDC
2010 0.33
5 50.88
2011 0.33
5 58.19
2012 0.33
5 57.5
14 MITI
2010 0.5
3 32.43
2011 0.5
3 31.75
2012 0.5
3 31.75
15 MYOH
2010 0.5
3 83.39
2011 0.33
3 69.48
2012 0.33
3 78.14
16 PSAB
2010 0.33
4 48.67
2011 0.33
4 48.67
2012 0.33
4 94.597
17 PTBA
2010 0.4
3 65.017
2011 0.33
3 65.017
2012 0.33
3 65.017
18 PTRO
2010 0.5
3 98.55
2011 0.42
3 98.55
2012 0.42
3 69.80
19 RUIS
2010 0.33
3 77.19
2011 0.33
3 77.19
2012 0.33
3 77.19
20 INCO
2010 0.33
3 79.86
2011 0.22
3 79.51
2012 0.3
3 79.51
Lampiran 3
Universitas Sumatera Utara
Data Hasil Pengolahan SPSS 1. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas