Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil Uji Multikolinearitas ROE sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji multikolinearitas. Gejala multikolinearitas dapat dideteksi melalui nilai tolerance dan VIF. Nilai cut off yang umum digunakan untuk memprediksi terjadinya multikolinearitas adalah tolerance 0,1 sedangkan variance inflation factor VIF 5. Tabel menunjukkan bahwa tidak satupun variabel independen yang memiliki nilai tolerance yang kurang dari 0,1 dan VIF yang lebih dari 5. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak satupun variabel memiliki persoalan multikolinearitas.

4.2.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda

a. Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Dependen ROA

Tabel 4.10 menyajikan hasil estimasi regresi melalui pengolahan data dengan menggunakan aplikasi SPSS: Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda a. Dependent Variable: ROE Coefficients a Universitas Sumatera Utara sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Hasil pengolahan data seperti ditunjukkan pada Tabel 4.10 menghasilkan suatu persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = -0,643 + 0,163 X 1 – 0,027 X 2 + 0,101 X 3 – 0,016 Z 1 + 0,025 Z 2 + e Dimana: Y = Return on Asset a = Konstanta X 1 = Komisaris Independen X 2 = Komite Audit X 3 = Kepemilikan Institusional Z 1 = Debt to Equity Ratio DER Z 2 = Ukuran Perusahaan SIZE e = Standard error Interpretasi:

a. Konstanta sebesar -0,643 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel

bebas komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional, maka ROA perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar -0,643 kali. Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1Constant -.643 .280 -2.291 .026 DER -.016 .007 -.289 -2.157 .035 UkuranPerusahaan .025 .008 .367 2.987 .004 KomisarisIndependen .163 .248 .084 .657 .514 KomiteAudit -.027 .023 -.140 -1.162 .250 K.Institusional .101 .082 .156 1.238 .221 a. Dependent Variable: ROA Universitas Sumatera Utara b. Koefisien regresi variabel komisaris independen adalah sebesar 0,163. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi komisaris independen sebesar 1, dengan asumsi variabel komite audit dan kepemilikian institusional dianggap konstan, akan meningkatkan ROA perusahaan pertambangan sebesar 0,294 kali. c. Koefisien regresi variabel komite audit adalah sebesar -0,027. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan jumlah komite audit perusahaan sebanyak 1 orang, dengan asumsi variabel komisaris independen dan kepemilikian institusional dianggap konstan, akan menurunkan ROA perusahaan pertambangan sebesar 0,027 kali. d. Koefisien regresi kepemilikan institusional adalah sebesar 0,101. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional sebesar 1, dengan asumsi variabel komisaris independen dan komite audit dianggap konstan, maka akan meningkatkan ROA perusahaan pertambangan sebesar 0,101 kali.

b. Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Dependen ROE

Tabel 4.11 menyajikan hasil estimasi regresi melalui pengolahan data dengan menggunakan aplikasi SPSS: Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Universitas Sumatera Utara sumb er: hasil olahan SPSS, 2014 Hasil pengolahan data seperti ditunjukkan pada Tabel 4.11 menghasilkan suatu persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = -0,996 + 0,092 X 1 – 0,023 X 2 + 0,021 X 3 – 0,089 Z 1 + 0,043 Z 2 + e Dimana: Y = Return on Equity a = Konstanta X 1 = Komisaris Independen X 2 = Komite Audit X 3 = Kepemilikan Institusional Z 1 = Debt to Equity Ratio DER Z 2 = Ukuran Perusahaan SIZE e = Standard error Interpretasi: Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1Constant -.996 .616 -1.617 .112 DER -.089 .016 -.644 -5.600 .000 UkuranPerusahaan .043 .018 .252 2.383 .021 KomisarisIndependen .092 .545 .019 .170 .866 KomiteAudit -.023 .052 -.046 -.442 .660 K.Institusional .021 .179 .012 .115 .909 a. Dependent Variable: ROE Universitas Sumatera Utara

e. Konstanta sebesar -0,996 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel

bebas komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional, maka ROE perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar -0,996 kali. f. Koefisien regresi variabel komisaris independen adalah sebesar 0,092. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi komisaris independen sebesar 1, dengan asumsi variabel komite audit dan kepemilikian institusional dianggap konstan, akan meningkatkan ROE perusahaan pertambangan sebesar 0,092 kali. g. Koefisien regresi variabel komite audit adalah sebesar -0,023. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan jumlah komite audit perusahaan sebanyak 1 orang, dengan asumsi variabel komisaris independen dan kepemilikian institusional dianggap konstan, akan menurunkan ROE perusahaan pertambangan sebesar 0,023 kali. h. Koefisien regresi kepemilikan institusional adalah sebesar 0,021. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional sebesar 1, dengan asumsi variabel komisaris independen dan komite audit dianggap konstan, maka akan meningkatkan ROE perusahaan pertambangan sebesar 0,021 kali.

4.2.2.3 Pengujian Hipotesis

Universitas Sumatera Utara

1. Uji Signifikansi Simultan Uji- F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig. F 0,05 maka H diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai sig. F 0,05 maka H a diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dan nilai F tabel. Dimana kriterianya, yaitu: e. H diterima jika F hitung F tabel pada α = 5 f. H a diterima jika F hitung F tabel pada α = 5 Tabel 4.12 Hasil Uji-F ROA sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji-F dengan menggunakan aplikasi SPSS. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh nilai Sig sebesar 0.009. Angka ini ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .271 5 .054 3.471 .009 a Residual .842 54 .016 Total 1.113 59 a. Predictors: Constant, K.Institusional, KomisarisIndependen, KomiteAudit, UkuranPerusahaan, DER b. Dependent Variable: ROA Universitas Sumatera Utara memiliki nilai lebih kecil dibandingkan tingkat signifikannya, yakni 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa H ditolak dan H a diterima. Hal ini mengindikasikan secara bersama-sama semua variabel independen yakni komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen, yakni Return on Asset ROA. Hasil pengujian menurut tabel menunjukkan bahwa pada tingkat signifikansi α= 0.05 diperoleh F tabel 3,56 = 2,758. F hitung F tabel = 3,471 2,758 ; maka H a diterima, artinya secara serempak variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan ROA. Tabel 4.13 Hasil Uji-F ROE sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji-F dengan menggunakan aplikasi SPSS. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh nilai Sig sebesar 0.000. Angka ini ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3.206 5 .641 8.525 .000 a Residual 4.061 54 .075 Total 7.267 59 a. Predictors: Constant, K.Institusional, KomisarisIndependen, KomiteAudit, UkuranPerusahaan, DER b. Dependent Variable: ROE Universitas Sumatera Utara memiliki nilai lebih kecil dibandingkan tingkat signifikannya, yakni 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa H ditolak dan H a diterima. Hal ini mengindikasikan secara bersama-sama semua variabel independen yakni komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen, yakni Return on Equity ROE. Hasil pengujian menurut tabel menunjukkan bahwa pada tingkat signifikansi α= 0.05 diperoleh F tabel 3,56 = 2,758. F hitung F tabel = 8,525 2,758 ; maka H a diterima, artinya secara serempak variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan ROE.

2. Uji Signifikansi Parsial Uji- t

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika nilai sig. 0,05 maka H diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai sig. 0,05 maka H a diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai t hitung juga dapat dibandingkan dengan nilai t tabel . Kriteria pengambilan keputusannya yaitu: 1. H diterima jika t hitung t tabel pada α = 5 2. H a diterima jika t hitung t tabel pada α = 5 Coefficients a Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Hasil Uji-t ROA sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji-t dengan menggunakan aplikasi SPSS. Interpretasinya adalah sebagai berikut: 1. Variabel Komisaris Independen Nilai t hitung komisaris independen adalah 0,657 dan nilai t tabel adalah 1,671 sehingga t hitung t tabel 0,657 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan 0,514 0,05 secara parsial terhadap ROA perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. 2. Variabel Komite Audit Nilai t hitung komite audit adalah -1,162 selanjutnya dimutlakkan dan nilai t tabel bernilai 1,671 sehingga t hitung t tabel 1,162 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan 0,250 0,05 secara parsial terhadap ROA perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1Constant -.643 .280 -2.291 .026 DER -.016 .007 -.289 -2.157 .035 UkuranPerusahaan .025 .008 .367 2.987 .004 KomisarisIndependen .163 .248 .084 .657 .514 KomiteAudit -.027 .023 -.140 -1.162 .250 K.Institusional .101 .082 .156 1.238 .221 a. Dependent Variable: ROA Universitas Sumatera Utara 3. Variabel Kepemilikan Institusional Nilai t hitung kepemililkan institusional adalah 1,238 dan nilai t tabel bernilai 1,671 sehingga t hitung t tabel 1,238 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan 0,221 0,05 secara parsial terhadap ROA perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Tabel 4.15 Hasil Uji-t ROE sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.15 menunjukkan hasil uji-t dengan menggunakan aplikasi SPSS. Interpretasinya adalah sebagai berikut: 1. Variabel Komisaris Independen Nilai t hitung komisaris independen adalah 0,170 dan nilai t tabel adalah 1,671 sehingga t hitung t tabel 0,170 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan 0,866 0,05 secara parsial terhadap ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1Constant -.996 .616 -1.617 .112 DER -.089 .016 -.644 -5.600 .000 UkuranPerusahaan .043 .018 .252 2.383 .021 KomisarisIndependen .092 .545 .019 .170 .866 KomiteAudit -.023 .052 -.046 -.442 .660 K.Institusional .021 .179 .012 .115 .909 a. Dependent Variable: ROE Universitas Sumatera Utara 2. Variabel Komite Audit Nilai t hitung komite audit adalah -0,442 selanjutnya dimutlakkan dan nilai t tabel bernilai 1,671 sehingga t hitung t tabel 0,442 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan 0,660 0,05 secara parsial terhadap ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. 3. Variabel Kepemilikan Institusional Nilai t hitung kepemililkan institusional adalah 0,115 dan nilai t tabel bernilai 1,671 sehingga t hitung t tabel 0,115 1,671. Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan 0,909 0,05 secara parsial terhadap ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

3. Koefisien Determinasi Uji Goodness of Fit

Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R 2 koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Apabila nilai R 2 suatu regresi mendekati satu, maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen. Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor- faktor yang ditimbulkan oleh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.16 Universitas Sumatera Utara sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.17 sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.16 dan 4.17 menunjukkan bahwa kolom Variables Removed kosong. Hal ini berarti variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional tidak ada yang dikeluarkan dari persamaan. Setelah diketahui bahwa seluruh variabel dimasukkan dalam analisis persamaan, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Tabel 4.18 menunjukkan tipe hubungan antarvariabel: Variables EnteredRemoved b Model Variables Entered Variables Removed Method 1 K.Institusional, KomisarisIndependen, KomiteAudit, UkuranPerusahaan, DER a . Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ROA Variables EnteredRemoved b Model Variables Entered Variables Removed Method 1 K.Institusional, KomisarisIndependen, KomiteAudit, UkuranPerusahaan, DER a . Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: ROE Universitas Sumatera Utara Tabel 4.18 Hubungan Antarvariabel Nilai Interpretasi 0,0 – 0,19 Sangat Tidak Erat 0,2 – 0,39 Tidak Erat 0,4 – 0,59 Cukup Erat 0,6 – 0,79 Erat 0,8 – 0,99 Sangat Erat Sumber: Situmorang dan Lufti, 2012:155 Tabel 4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROA sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.19 menunjukkan nilai R sebesar 0,493 atau 49,3. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel dependen ROA dengan variabel independennya komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional adalah cukup erat. Tabel 4.19 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini sebesar 0,173 yang berarti 17,3 ROA dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen, yakni komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional, sedangkan sisanya 82,7 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standard Error of Estimated digunakan untuk mengukur variabel dari nilai yang diprediksi. Standard Error of Estimated disebut juga standar deviasi. Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .493 a .243 .173 .124894 a. Predictors: Constant, K.Institusional, KomisarisIndependen, KomiteAudit, UkuranPerusahaan, DER b. Dependent Variable: ROA Universitas Sumatera Utara Standard Error of Estimated dalam penelitian ini adalah 0,124894. Standar deviasi yang semakin kecil mengindikasikan bahwa model semakin baik. Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROE sumber: hasil olahan SPSS, 2014 Tabel 4.20 menunjukkan nilai R sebesar 0,664 atau 66,4. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel dependen ROE dengan variabel independennya komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional adalah erat. Tabel 4.20 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini sebesar 0,389 yang berarti 38,9 ROE dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen, yakni komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional, sedangkan sisanya 61,1 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standard Error of Estimated digunakan untuk mengukur variabel dari nilai yang diprediksi. Standard Error of Estimated disebut juga standar deviasi. Standard Error of Estimated dalam penelitian ini adalah 0,274240. Standar deviasi yang semakin kecil mengindikasikan bahwa model semakin baik.

4.3 Pembahasan

Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .664 a .441 .389 .274240 a. Predictors: Constant, K.Institusional, KomisarisIndependen, KomiteAudit, UkuranPerusahaan, DER b. Dependent Variable: ROE Universitas Sumatera Utara

a. Pembahasan dengan Variabel Dependen ROA

Secara parsial, komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Hal ini berarti peningkatan jumlah komisaris independen tidak mempengaruhi peningkatan ROA secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kemalasari 2009 yang mengatakan bahwa komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Di Indonesia, dewan komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Sikap pasif ini atau sikap yang mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan dapat merugikan kepentingan pemegang saham minoritas serta para stakeholder lainnya. Besarnya proporsi dewan komisaris independen membuat produktivitas perusahaan menurun. Hal ini dikarenakan jika jumlah komisaris semakin besar maka komunikasi antara komisaris dan direksi akan semakin rumit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kemalasari 2009 yang menyimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap ROA perusahaan. Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan empowerment dewan komisaris Sutedi, 2012:142. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan tugas dari komite audit yang hanya sebagai pengawas, maka jumlah dari komite audit yang diperlukan tidak perlu besar. Berdasarkan Surat Edaran BEJ SE-008BEJ12-2001 yang menyatakan bahwa keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua. Jadi ketika jumlah komite audit semakin banyak, dapat mengurangi efisiensi kerja serta dapat menimbulkan potensi sulit mengambil keputusan, karena semakin banyak orang maka peluang terjadinya pertentangan semakin besar. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hutagalung 2012, yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap ROA perusahaan. Institusi sebagai lembaga formal secara teori dinilai sebagai badan yang dapat menengahi konflik keagenan antara pemegang saham individual dengan manajemen perusahaan. Namun dalam perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia justru terjadi sebaliknya. Perusahaan pertambangan termasuk dalam kelompok industri dengan jumlah pemegang saham institusional yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.21 sebagai berikut: Tabel 4.21 Jumlah Kepemilikan Institusional Universitas Sumatera Utara pada Beberapa Perusahaan Pertambangan dan Perusahaaan Manufaktur Tahun 2012 No. Perusahaan Pertambangan Perusahaan Manufaktur Nama Perusahaan

K. Institusional Nama Perusahaan

K. Institusional

1. ATPK Resources 73.1 Kalbe Farma 55.37 2. Cita Mineral Investindo 96.53 Astra Otopart 50.11 3. Elnusa 71.58 Gajah Tunggal 59.01 4. Harum Energy 70.47 Indomobil Sukses Internasional 70.4 5. Indo Tambangraya Megah 50.88 Tiga Pilar Sejahtera 25.62 6. Mitra Investindo 83.39 Indofood 80 7. J Resources Asia Pasifik 94.597 Akasha Wira Internasional 91.94 8. Tambang Batubara Bukit Asam 98.55 Sekar Laut 96.04 9. Radiant Utama Interisco 77.19 Siantar Top 56.76 10. Vale Indonesia 79.51 Mayora 33.07 Sumber: www.idx.co.id data diolah Pada Tabel 4.21 dapat kita lihat bahwa jumlah kepemilikan oleh institusi pada perusahaan pertambangan lebih besar dari perusahaan manufaktur. Pada beberapa perusahaan manufaktur terdapat pula persentase yang tinggi kepemilikan oleh institusi, namun hal ini juga disertai dengan semakin banyaknya institusi yang memiliki saham perusahaan tersebut. Artinya persentase kepemilikan terbagi pada beberapa institusi sehingga rata-rata institusi hanya memiliki persentase di bawah 50. Misalnya, pada perusahaan Sekar Laut yang Jumlah Kepemilikan Institusinya mencapai 96.04 dimiliki oleh lima institusi yaitu, Omnistar Inv. H. Ltd 26.78, PT Alamiah Sari 26.16, Shadforth A. Ltd 13.39, Malvina Inv. Ltd 17.22, dan PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk 12.58. Sementara pada perusahaan pertambangan, misalnya perusahaan J Resources Asia Pasifik, persentase kepemilikan sebesar 94.597 hanya dimiliki oleh satu institusi yaitu J Resources Mining Limited. Begitu pula pada perusahaan Petrosea yang Universitas Sumatera Utara jumlah kepemilikan institusionalmya 69.80, dimiliki oleh PT Indika Energy Tbk. Jumlah Kepemilikan Institusional pada perusahaan pertambangan menyebabkan pemegang saham institusional memiliki suara yang cukup besar dalam penentuan kebijakan perusahaan. Kontrol kuat yang dilakukan oleh pemegang saham institusional ini justru dapat membuat manajemen perusahaan menjadi kaku dan lesu karena keterbatasan hak dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat menurunkan kinerja manajemen dalam perusahaan pertambangan yang pada akhirnya berujung pada menurunnya kinerja perusahaan.

b. Pembahasan dengan Variabel Dependen ROE

Secara parsial, komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Hal ini berarti peningkatan jumlah komisaris independen tidak mempengaruhi peningkatan ROE secara signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasinta 2012 yang mengatakan bahwa komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Di Indonesia, dewan komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Sikap pasif ini atau sikap yang mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan dapat merugikan kepentingan pemegang saham minoritas serta para stakeholder lainnya. Besarnya proporsi dewan komisaris independen membuat Universitas Sumatera Utara produktivitas perusahaan menurun. Hal ini dikarenakan jika jumlah komisaris semakin besar maka komunikasi antara komisaris dan direksi akan semakin rumit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kemalasari 2009 yang menyimpulkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap ROE perusahaan. Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan empowerment dewan komisaris Sutedi, 2012:142. Sesuai dengan tugas dari komite audit yang hanya sebagai pengawas, maka jumlah dari komite audit yang diperlukan tidak perlu besar. Berdasarkan Surat Edaran BEJ SE-008BEJ12-2001 yang menyatakan bahwa keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua. Jadi ketika jumlah komite audit semakin banyak, dapat mengurangi efisiensi kerja serta dapat menimbulkan potensi sulit mengambil keputusan, karena semakin banyak orang maka peluang terjadinya pertentangan semakin besar. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Kemalasari 2009, yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap ROE perusahaan. Institusi sebagai lembaga formal secara teori dinilai sebagai badan yang dapat menengahi konflik keagenan antara pemegang saham individual Universitas Sumatera Utara dengan manajemen perusahaan. Namun dalam perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia justru terjadi sebaliknya. Perusahaan pertambangan termasuk dalam kelompok industri dengan jumlah pemegang saham institusional yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.21 sebagai berikut: Tabel 4.21 Jumlah Kepemilikan Institusional pada Beberapa Perusahaan Pertambangan dan Perusahaaan Manufaktur Tahun 2012 No. Perusahaan Pertambangan Perusahaan Manufaktur Nama Perusahaan

K. Institusional Nama Perusahaan

K. Institusional

1. ATPK Resources 73.1 Kalbe Farma 55.37 2. Cita Mineral Investindo 96.53 Astra Otopart 50.11 3. Elnusa 71.58 Gajah Tunggal 59.01 4. Harum Energy 70.47 Indomobil Sukses Internasional 70.4 5. Indo Tambangraya Megah 50.88 Tiga Pilar Sejahtera 25.62 6. Mitra Investindo 83.39 Indofood 80 7. J Resources Asia Pasifik 94.597 Akasha Wira Internasional 91.94 8. Petrosea 69.80 Sekar Laut 96.04 9. Radiant Utama Interisco 77.19 Siantar Top 56.76 10. Vale Indonesia 79.51 Mayora 33.07 Sumber: www.idx.co.id data diolah Pada Tabel 4.21 dapat kita lihat bahwa jumlah kepemilikan oleh institusi pada perusahaan pertambangan lebih besar dari perusahaan manufaktur. Pada beberapa perusahaan manufaktur terdapat pula persentase yang tinggi kepemilikan oleh institusi, namun hal ini juga disertai dengan semakin banyaknya institusi yang memiliki saham perusahaan tersebut. Artinya persentase kepemilikan terbagi pada beberapa institusi sehingga rata-rata institusi hanya memiliki persentase di bawah 50. Misalnya, pada perusahaan Sekar Laut yang Jumlah Kepemilikan Universitas Sumatera Utara Institusinya mencapai 96.04 dimiliki oleh lima institusi yaitu, Omnistar Inv. H. Ltd 26.78, PT Alamiah Sari 26.16, Shadforth A. Ltd 13.39, Malvina Inv. Ltd 17.22, dan PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk 12.58. Sementara pada perusahaan pertambangan, misalnya perusahaan J Resources Asia Pasifik, persentase kepemilikan sebesar 94.597 hanya dimiliki oleh satu institusi yaitu J Resources Mining Limited. Begitu pula pada perusahaan Petrosea yang jumlah kepemilikan institusionalmya 69.80, dimiliki oleh PT Indika Energy Tbk. Jumlah Kepemilikan Institusional pada perusahaan pertambangan menyebabkan pemegang saham institusional memiliki suara yang cukup besar dalam penentuan kebijakan perusahaan. Kontrol kuat yang dilakukan oleh pemegang saham institusional ini justru dapat membuat manajemen perusahaan menjadi kaku dan lesu karena keterbatasan hak dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat menurunkan kinerja manajemen dalam perusahaan pertambangan yang pada akhirnya berujung pada menurunnya kinerja perusahaan. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 5.1.1 Kesimpulan Variabel Dependen ROA Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, komisaris Independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, serta kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Hubungan yang tidak signifikan antara makanisme GCG ini terhadap profitabilitas disebabkan karena Pedoman Umum yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, namun dapat menjadi rujukan bagi dunia usaha dalam menerapkan Good Corporate Governance . Saat ini Bapepam-LK sebagai otoritas pasar modal tidak mewajibkan emiten dan perusahaan publik untuk menerapkan pedoman ini,namun beberapa substansi dari pedoman ini diadopsi ke dalam peraturan Bapepam- LK seperti kewajiban pembentukan komite auditdan keberadaan dewan komisaris independen dalam perusahaan. Bagi perusahaan yang tidak mematuhi peraturan tersebut, maka dikenakan sanksi. Universitas Sumatera Utara Dalam Peraturan Bapepam-LK, Emiten atau Perusahaan Publik wajib memiliki sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30 dari Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen. Pengaturan mengenai jumlah Komite Audit bagi Emiten dan Perusahaan Publik diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.IX.I.5 dan berdasarkan Surat Edaran BEJ SE-008BEJ12-2001tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Dalam peraturan tersebut Emiten dan Perusahaan Publik diwajibkan membentuk Komite Audit yang berjumlah sekurang-kurangnya tiga orang dimana salah satunya merupakan Komisaris Independen Perusahaan dan bertindak sebagai ketua Komite Audit.

5.1.2 Kesimpulan Variabel Dependen ROE

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 57 80

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Pada Perusahaan Telekomunikasi Seluler Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011

0 60 116

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estaate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013

1 70 119

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 46 93

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 51 83

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 53 95

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 35 155

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance (GCG) 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

1 3 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 10