Suhu Tanah Bobot Isi bulk density Porositas

3,643 ton C 12 4,841 ton C 16 5,388 ton C 17 3,010 ton C 10 3,932 ton C 13 4,301 ton C 14 5,804 ton C 18 Medang Mentawa Jabon Meranti merah Meranti kuning Bangkirai Tengkawang ha ha ha ha ha ha ha Gambar 42. Persentase cadangan karbon dalam akar pohon tiap jenis pada areal bekas tebangan 4 tahun pada jalur antara

5.1.3. Sifat Fisik Tanah pada Hutan Primer dan Areal TPTJ

Sifat fisika tanah di hutan primer dan areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun TPTJ yang dianalisis meliputi suhu, bobot isi Bulk density dan porositas tanah. Hasil analisis sifat fisik tanah pada hutan primer dan areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun TPTJ disajikan pada Tabel 14.

5.1.3.1. Suhu Tanah

Suhu tanah pada areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun TPTJ dan hutan primer berkisar antar 24 C - 27 C. Dari hasil penelitian diketahui bahwa suhu tanah pada hutan primer lebih rendah dibandingkan dengan areal bekas tebangan TPTJ 0, 2, 3, 4 tahun dan memiliki kecenderungan menurun pada lapisan yang lebih dalam 20 cm – 40 cm. Suhu tanah tertinggi pada areal bekas tebangan 0 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur tanam. Dari hasil uji statistik, menunjukkan bahwa perubahan sifat fisik tanah pada areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun berbeda nyata jika dibandingkan dengan hutan primer pada kedalaman 0 – 20 cm dan 20 cm – 40 cm, kecuali untuk areal bekas tebangan 4 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur antara jika dibandingkan dengan hutan primer memiliki perbedaaan yang tidak nyata. Suhu tanah pada kedalaman 0 – 20 cm dan 20 cm – 40 cm di hutan primer tidak berbeda nyata. Tabel 14. Sifat fisik pada hutan primer dan areal TPTJ Suhu C Bobot isi gcm 3 Porositas Plot penelitian 0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40 Hutan primer 24,5 ab 24,25 ab 1,125 a 1,265 ab 57,61 c 52,39 ab Jalur tanam ABT0 27 d 26 de 1,405 c 1,355 ab 47,03 a 48,95 ab ABT2 26 cd 25,5 bcd 1,225 ab 1,15 aba 53,88 bc 56,745 ab ABT3 25 abc 24 a 1,25 abc 1,265 ab 53,05 abc 51,875 ab ABT4 26 cd 24,75 abcd 1,09 a 1,17 ab 59,04 c 55,94 ab Jalur antara ABT0 26,5 d 26,5 e 1,3875 bc 1,51 b 47,72 ab 42,99 a ABT2 25,25 bc 25 abcd 1,15 a 1,145 ab 56,635 c 56,765 ab ABT3 24 a 25,75 cde 1,0875 a 1,1175 ab 59,005 c 57,895 b ABT4 24,75 ab 24,5 abc 1,125 a 1,075 a 57,48 c 59,465 b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf pengujian 0.05 ABT0 = Areal bekas tebangan 0 tahun ABT2 = Areal bekas tebangan 2 tahun ABT3 = Areal bekas tebangan 3 tahun ABT4 = Areal bekas tebangan 4 tahun

5.1.3.2. Bobot Isi bulk density

Nilai bobot isi bulk density tanah pada areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun TPTJ dan hutan primer berkisar antara 1,075 grcm 3 – 1,405 grcm 3 . Bobot isi terendah pada areal bekas tebangan 4 tahun untuk jalur antara pada kedalaman 20 cm – 40 cm sedangkan bobot isi terbesar pada areal bekas tebangan 0 tahun untuk jalur tanam pada kedalaman 0 – 20 cm. Uji statistik,menunjukkan bahwa perubahan bobot isi bulk density tanah pada areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan hutan primer pada kedalaman 0 – 20 cm dan 20 cm – 40 cm, kecuali untuk areal bekas tebangan 0 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur tanam, areal bekas tebangan 2 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur tanam, areal bekas tebangan 3 tahun untuk jalur tanam pada kedalaman 0 – 20 cm dan areal bekas tebangan 0 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur antara.

5.1.3.3. Porositas

Porositas tanah pada areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun TPTJ dan hutan primer berkisar antara 47,028 – 59,46 . Porositas tanah terendah pada areal bekas tebangan 0 tahun untuk jalur tanam pada kedalaman 0 – 20 cm sedangkan porositas tanah terbesar pada areal bekas tebangan 4 tahun untuk jalur antara pada kedalaman 20 – 40 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan sistem silvikultur TPTJ memberikan pengaruh yang nyata dan tidak berbeda nyata. Porositas tanah di hutan primer pada kedalaman 0 – 20 cm berbeda nyata jika dibandingkan dengan areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun kecuali untuk areal bekas tebangan 4 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur tanam, areal bekas tebangan 2 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur antara, areal bekas tebangan 3 tahun untuk jalur antara pada kedalaman 0 – 20 cm dan areal bekas tebangan 3 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalan.

5.1.4. Sifat Kimia Tanah pada Hutan Primer dan Areal TPTJ