belakang dengan perubahan Aldd pada kedalaman 20 cm – 40 cm di areal bekas tebangan TPTJ pada jalur antara.
y = -7.2565x
2
- 146.27x + 670.59 R
2
= 0.7965
100 200
300 400
500
1 2
3 4
Aldd 20cm-40cm me100 g C
m ic
2 c
m -40
c m
u g
600 g
Observed Poly. Observed
y = -41.327x
2
+ 61.504x + 295.02 R
2
= 0.5982
50 100
150 200
250 300
350 400
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 Aldd 20cm-40cm me100 g
C m
ic C
O r
450
g 20
c m
-40c m
Observed Poly. Observed
r = -0,892
r =-0,757
a b Gambar 91. Grafik korelasi antara aluminium dapat di pertukarkan pada
kedalaman 20 cm – 40 cm dengan sifat biologi tanah
5.1.9.24. Karbon Mikroorganisme Cmic pada Kedalaman 0 – 20 cm
Cmic pada kedalaman 0 – 20 cm memiliki hubungan berbanding lurus dengan CmicCOrg pada kedalaman 0 – 20 cm dengan koefisien korelasi r
sebesar 0,720 Gambar 92. Sehingga CmicCOrg pada kedalaman 0 – 20 cm akan berubah secara nyata seiring dengan perubahan Cmic pada kedalaman
0 – 20 cm di areal bekas tebangan TPTJ pada jalur antara.
y = 0.0022x
2
- 1.5421x + 355.48 R
2
= 0.7656
50 100
150 200
250 300
350 400
100 200
300 400
500 600
700 800
Cmic 0-20cm ugg C
m ic
C O
rg 0-
20 c
m Observed
Poly. Observed r = 0,720
Gambar 92. Grafik korelasi antara karbon mikroorganisme pada kedalaman
0 – 20 cm dengan sifat biologi tanah
5.1.9.25. Karbon Mikroorganisme Cmic pada Kedalaman 20 cm – 40 cm
Cmic pada kedalaman 20 cm – 40 cm memiliki hubungan berbanding lurus dengan CmicCOrg pada kedalaman 20 cm – 40 cm dengan koefisien
korelasi r sebesar 0,940 Gambar 93. Sehingga CmicCOrg pada kedalaman 20 cm – 40 cm akan berubah secara nyata seiring dengan perubahan Cmic pada
kedalaman 20 cm – 40 cm di areal bekas tebangan TPTJ pada jalur antara.
y = 0.0001x
2
+ 0.6461x - 12.295 R
2
= 0.8836
50 100
150 200
250 300
350 400
450
100 200
300 400
500 600
Cmic 20cm-40cm ugg C
m ic
C O
rg 20
c m
-40c m
Observed Poly. Observed
r = 0,940
Gambar 93. Grafik korelasi antara karbon mikroorganisme pada kedalaman
20 cm – 40 cm dengan sifat biologi tanah
5.2. Pembahasan 5.2.1. Biomassa Hutan Primer dan Areal TPTJ
Biomassa serasah segar, serasah hancur dan akar meningkat dengan bertambahnya umur areal TPTJ, peningkatan ini telah memberikan kontribusi
yang berarti terhadap bahan organik tanah. Biomassa serasah segar yang merupakan gabungan antara cabang, ranting, daun, bunga dan buah mendominasi
pada seluruh plot penelitian, kemudian diikuti oleh biomassa akar dan biomassa serasah hancur. Potensi biomassa serasah segar pada hutan primer lebih besar
dibandingkan dengan biomassa serasah segar pada areal bekas tebangan TPTJ ABT0, ABT2, ABT3 dan ABT4. Demikian pula halnya dengan biomassa
serasah hancur, dimana potensinya di hutan primer lebih tinggi dibanding areal bekas tebangan TPTJ.
Peningkatan biomassa serasah hancur yang berasal dari biomassa serasah segar pada areal TPTJ merupakan sumbangan yang sangat berharga sebagai bahan