sedangkan porositas tanah terbesar pada areal bekas tebangan 4 tahun untuk jalur antara pada kedalaman 20 – 40 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pemanenan kayu dan perlakuan sistem silvikultur TPTJ memberikan pengaruh yang nyata dan tidak
berbeda nyata. Porositas tanah di hutan primer pada kedalaman 0 – 20 cm berbeda nyata jika dibandingkan dengan areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun kecuali
untuk areal bekas tebangan 4 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur tanam, areal bekas tebangan 2 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur antara, areal
bekas tebangan 3 tahun untuk jalur antara pada kedalaman 0 – 20 cm dan areal bekas tebangan 3 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalan.
5.1.4. Sifat Kimia Tanah pada Hutan Primer dan Areal TPTJ
Sifat kimia tanah di hutan primer dan areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun TPTJ yang dianalisis meliputi reaksi tanah pH H
2
O dan aluminium dapat dipertukarkan Al-dd, bahan organik C
organik
, N
total
, basa-basa kation kalsium Ca, magnesium Mg, kalium K dan kapasitas tukar kation KTK. Hasil
analisis sifat kimia tanah pada hutan primer dan areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun TPTJ disajikan pada Tabel 15 - 17.
5.1.4.1. Reaksi Tanah dan Aluminium dapat Dipertukarkan Aldd
Reaksi tanah pH H
2
O pada areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun TPTJ dan hutan primer berkisar antar 4,35 – 4,77. pH H
2
O terendah pada areal bekas tebangan 4 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur antara sedangkan pH H
2
O tertinggi pada areal bekas tebangan 2 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm untuk jalur
antara. Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa pH H
2
O tanah pada seluruh plot penelitian termasuk dalam kategori sangat masam sampai masam berdasarkan
kategori yang disusun oleh Pusat Penelitian Tanah 1983 di acu dalam Hardjowigeno 2003 dan memiliki kecenderungan menurun dengan
bertambahnya kedalaman tanah pada plot penelitian.
Tabel 15. Reaksi tanah dan aluminium dapat dipertukarkan Aldd pada hutan primer dan areal TPTJ
pH H
2
O Aldd Plot penelitian
0–20 20-40 0–20 20-40 Hutan primer
4,555
abc
4,76
c
2,635
ab
1,615
b
Jalur tanam
ABT0 4,725
c
4,65
abc
1,055
a
0,88
a
ABT2 4,56
abc
4,665
bc
4,665
b
2,055
c
ABT3 4,53
abc
4,575
abc
2,875
ab
2,11
c
ABT4 4,385
a
4,43
ab
3,585
ab
3,3
d
Jalur antara
ABT0 4,65
bc
4,5
abc
1,265
a
1,095
a
ABT2 4,77
c
4,735
c
1,88
ab
1,535
b
ABT3 4,42
ab
4,575
abc
2,86
ab
2,325
c
ABT4 4,35
a
4,385
a
4,11
ab
3,165
d
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf pengujian 0.05
ABT0 = Areal bekas tebangan 0 tahun ABT2 = Areal bekas tebangan 2 tahun
ABT3 = Areal bekas tebangan 3 tahun ABT4 = Areal bekas tebangan 4 tahun
Uji statistik menunjukkan bahwa perubahan pH H
2
O tanah di hutan primer berbeda nyata jika dibandingkan dengan areal bekas tebangan 0, 2, 3, 4 tahun
TPTJ. Kecuali, di hutan primer pada kedalaman 0 – 20 cm tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan areal bekas tebangan 0 tahun pada kedalaman
20 cm – 40 cm untuk jalur antara. Perubahan pH H
2
O tanah di hutan primer tidak berbeda nyata juga pada kedalaman 20 cm – 40 cm, jika dibandingkan dengan
areal bekas tebangan 2 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm dan 20 – 40 untuk jalur
antara serta areal bekas tebangan 3 tahun pada kedalaman.
Aluminium dapat dipertukarkan Al-dd pada areal TPTJ dan hutan primer berkisar antar 0,88 me100 g – 4,665 me100 g. Nilai Al-dd terendah pada areal
bekas tebangan 0 tahun pada kedalaman 20 – 40 cm untuk jalur tanam sedangkan nilai Aldd tertinggi pada areal bekas tebangan 2 tahun pada kedalaman 0 – 20 cm
untuk jalur tanam. Uji statistik, menunjukkan bahwa perubahan Al-dd pada kedalaman
0 – 20 cm di hutan primer berbeda nyata jika dibandingkan areal bekas tebangan 0 tahun dan 2 tahun untuk jalur tanam serta areal bekas tebangan 0 tahun untuk jalur
antara. Sedangkan nilai Al-dd pada kedalaman 20 cm – 40 cm di hutan primer berbeda nyata jika dibandingkan dengan areal TPTJ, kecuali dengan areal bekas
tebangan 2 tahun untuk jalur antara.
5.1.4.2. Bahan Organik