dan areal TPTJ berkisar antara 198,00 mgkg – 695,03 mgkg. Respon C
mic
pada areal TPTJ meningkat mulai dari areal bekas tebangan 1 tahun sampai areal bekas
tebangan 4 tahun, namun menurun pada bekas tebangan 5 tahun.
2.4. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah adalah semua fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai komponen penyusun tanah. Bahan organik ini biasanya merupakan
timbunan dari setiap sisa tumbuhan, binatang dan jasad mikro baik sebagian atau seluruhnya mengalami perombakan.
Menurut Soepardi 1983, sumber asli bahan organik ialah jaringan tumbuhan. Di alam daun, ranting, cabang, batang dan akar tumbuhan
menyediakan sejumlah bahan organik tiap tahunnya. Bahan tersebut akan mengalami pelapukan dan terangkut ke lapisan lebih dalam dan selanjutnya
menjadi satu dengan tanah. Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak
besar, hanya sekitar 3 - 5 akan tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali, yaitu dalam memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara, dan
sebagai sumber energi bagi mikroorganisme Hardjowigeno 2003. Bahan organik tersebut sebagian besar berasal dari jaringan tumbuhan atau serasah
dan necromass yang merupakan penyumbang rosot karbon melalui proses dekomposisi oleh aktivitas mikroorganisme.
Bahan organik tanah merupakan pool biosfer dan sebagai tempat pertukaran karbon yang ada di dalam tanah dengan karbondioksida CO
2
di atmosfer secara langsung. Sementara itu, dekomposer bahan organik tanah cenderung akan
mempengaruhi dinamika unsur hara, fisika, dan kimia tanah. CO
2
umumnya dihasilkan dari perombakan bahan organik Noor 2004. CO
2
yang dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik tersebut kemudian tercampur dengan CO
2
yang dikeluarkan akar tumbuhan dan yang terbawa oleh air hujan. CO
2
yang dihasilkan tersebut akhirnya akan dibebaskan ke udara yang kemudian akan digunakan lagi oleh tanaman dalam proses fotosintesis. Menurut
Dickmann dan Pregitzer 1992 respirasi akar hidup memberikan masukan yang besar terhadap siklus karbon, yaitu sekitar 12 - 29 .
Fonte dan Schowalter 2004 mengatakan dekomposisi merupakan mekanisme yang penting dalam mendukung daur balik turnover karbon dan
unsur hara dari vegetasi dan hewan yang mati. Dalam proses dekomposisi terjadi hubungan timbal balik antara
mikroorganisme dan bahan organik karena bahan organik dapat : 1 menyediakan energi bagi mikroorganisme, 2 memberikan karbon sebagai penyusun sel dengan
hasil samping seperti CO
2
, CH
4
, asam-asam organik dan alkohol. Kecepatan dekomposisi dipengaruhi oleh sifat bahan organik dan sifat tanah.
Sifat bahan organik yang mempengaruhi dekomposisi adalah rasio CN dan komposisi kimianya, sedangkan sifat tanah atau lingkungan yang mempengaruhi
dekomposisi adalah suhu, oksigen, kelembaban, pH ketersediaan hara dan adanya zat penghambat. Proses dekomposisi bahan organik digambarkan seperti dalam
Gambar 1 Rao 1977.
Hewan Tanaman
Bahan organik
Karbohidrat dan protein mudah diserang oleh mikroorganisme
Lignin, lemak, lilin, resin, dll resisten terhadap serangan
mikroorganisme
Proses oleh mikroorganisme i dan ii
i. mineralisasi CO
2
, NH
4 +
, NO
3 -
, NO
2
ii. imobilisasi C,N, P,S dalam tubuh mikroorganisme
Humus Gambar 1. Dekomposisi bahan organik Rao 1977
Keberadaan bahan organik tanah memegang peranan penting, sehingga dapat dipahami bahwa penurunan kadar bahan organik tanah perlu mendapat
perhatian sedini mungkin. Karena akan berdampak langsung terhadap penurunan sifat tanah yang lainnya. Soepardi 1983 menyatakan bahwa pengaruh bahan
organik tanah terhadap ciri tanah, adalah: 1. Pengaruh terhadap warna tanah – coklat sampai hitam.
2. Pengaruh terhadap ciri fisik : a. Memperbaiki struktur tanah.
b. Menurunkan plastisitas, kohesi dan lain-lain. c. Meningkatkan kemampuan menahan air.
3. Kapasitas tukar kation yang tinggi : a. Dua sampai tiga puluh kali lebih besar dari koloid mineral.
b. Meliputi 30 sampai 90 persen dari tenaga jerap suatu tanah mineral. 4. Suplai dan ketersediaan hara :
a. Adanya kation yang mudah dipertukarkan. b. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat dalam bentuk organik.
c. Ekstraksi unsur dari mineral-mineral oleh asam humus. Bahkan menurut Detwiller 1986 keberadaan bahan organik merupakan
faktor yang perlu di pertimbangkan dalam pengolahan lahan di daerah tropis, karena ia akan sangat berpengaruh terhadap struktur tanah, infiltrasi air dan aerasi
serta penetrasi akar dalam tanah. Kesuburan tanah secara alami sangat tergantung dengan bahan organik,
terutama di lapisan atas tanah. Pengolahan tanah secara intensif dan berkelanjutan tanpa adanya input bahan organik dapat menurunkan secara drastis konsentrasi
unsur hara dalam tanah kemudian akan menurunkan porositas mikro tanah, kecepatan infiltrasi, menurunkan kelembaban tanah dan aerasi tanah Mambani,
1986 di acu dalam Zaini dan Suhartatik 1997. Menurut Suparto 1999 setiap operasi pemanenan hutan walau kecil sekalipun, dapat menyebabkan gangguan
terhadap keutuhan hutan. Aktivitas manusia seperti konversi lahan sangat berpengaruh terhadap
peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca, seperti karbondioksida CO
2
, metana CH
4
dan nitro oksida N
2
O dan NO Hairiah et al 2001. Peningkatan
konsentrasi gas-gas rumah kaca tersebut akan menyebabkan pemanasan secara global yang dapat meningkatkan suhu tanah daratan. Menurut Barchia 2006
perubahan suhu akan menentukan komposisi spesies dan aktivitas flora fauna dan pada waktu bersamaan juga secara langsung mempengaruhi setiap organisme
dalam komunitasnya. Metabolisme mikrobia dan proses mineralisasi dari senyawa karbon lebih lambat pada suhu rendah, pada saat terjadi peningkatan suhu akan
terjadi proses metabolisme dan respirasi yang akan melepaskan gas CO
2.
2.5. Kandungan Karbon dalam Tanah di Hutan Alam Tropika