Thamrin Ananda Aceh B 1. Aguswandi

Menurut peneliti, diskursus sosial, budaya, ekonomi dan politik akan membuat rakyat berimaginasi dalam konsep ide-ide perubahan sosial. Adanya upaya untuk menumbuhkan national building ke-Acehan ditunjukan dengan revolusi sejarah dan pemikiran pada kejayaan kesultanan Aceh tetapi dalam konteks Aceh baru yang modern dan mandiri dan dimulai dari kader-kader PRA. Meskipun hal ini terlepas dari diskursus merdeka memisahkan diri dari Indonesia, dimana adanya diskursus di masyarakat Aceh bahwa Aceh bukanlah bagian dari Indonesia. Ini a rakyat t orgnisasi akar rumput, meningkatkan ekonomi rakyat, dan artinya bahwa suatu negara federal merupakan cita-cita PRA dalam jangka panjang. Imaginasi pemikiran Aguswandi seolah-olah membawa rakyat Aceh kembali kepada masa kejayaan Sultan Iskandar Muda. Konsep pemikiran yang progresif dan internasionalis dimana Aceh dipandang sebagai central peradaban Asia. Bagi Indonesia, Aceh hanya di ujung pulau Sumatera, tapi kalau dilihat dari Eropa, Aceh Berada di tengah-tengah Asia, maka dari itu Aceh Baru harus bisa mengwujudkannya, ungkap Aguswandi. Untuk mengwujudkan ini semua rakyat Aceh harus berubah menjadi lebih cerdas, kritis dan progresif dan sadar dengan perkembangan politik di Aceh. Satu hal yang menjadi catatan bagi peneliti tentang pemikiran Aguswandi dan PRA, bahwa PRA bukan sebuah partai politik tetapi lebih kepada gerakan politik dan gerakan sosial untuk menciptakan perubahan sosial menuju Aceh baru. Dengan memberikan pendidikan politik kepad di bawah, memperkua peran civil society menunjukan bahwa PRA lebih kepada gerakan sosial.

2. Thamrin Ananda

Universitas Sumatera Utara Thamrin Ananda sebagai sebagai seorang sosok di PRA memiliki peranan yang penting dalam berdirinya partai lokal ini. Layaknya seorang tokoh pergerakan yang telah lama terjun dalam dunia politik sejak dibangku kuliah sampai menjabat Sekjen PRA saat ini. Ia adalah mantan aktivis Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat SMUR yang anti militeristik dan menentang kekuasaan rezim orde baru di Aceh. Perannya dalam gerakan sosial politik di Aceh telah mempengaruhi pemikirannya sebagai paradigma yang kritis, progresif dan radikal. Ketika Aceh dalam konflik, bagaimana ia dengan lantang menentang kebijakan pusat atas Aceh, seperti pencabutan Daerah Operasi Militer DOM, Darurat Militer, dan sebagainya. Berbagai strategi dan kampanye politik dilakukan sampai tingkat bawah untuk mencari dukungan pembentukan partai PRA. Berbagai ide atau gagasan politik diutarakan untuk menjadi diskursus perubahan dalam masyarakat Aceh menuju Aceh baru. Saat ini posisinya sebagai orang nomor dua di PRA memberikan pengaruh yang besar terhadap partai itu sendiri sebagai kekuatan baru dalam diskursus pemikir perubahan perubahan Aceh. Dengan latar belakang pergerakan sosial politik yang dimilikinya, mencoba menciptakan gagasan dan ideologi dalam diskursus Aceh baru untuk menumbuhkan kesadaran politik rakyat Aceh. Bagi ia partai politik lokal sangat diperlukan sebagai alat untuk berpolitik. Karena selama ini rakyat Aceh hanya menjadi objek politik dan menjadi budak di negeri sendiri, hidup miskin di negeri yang kaya. Keterlibatan rakyat dalam politik sangat penting guna memutuskan mata eksploitasi dalam pembuatan kebijakan yang secara sentralistik. Sentralisme dianggap sebagai penyebab konflik di Indonesia, yang mana telah mematikan Universitas Sumatera Utara demokrasi di daerah dan memperkuat kekuasaan pusat. Oleh karena itu partai lokal diperlukan untuk mendorong terjadinya desentralisasi dan otonomi daerah. aya. Feodalisme sangat kentara dalam budaya Partai politik lokal diharapkan mampu berubah sistem politik yang sentralistik, yang hanya menguntungkan komprador-komprador kapitalis dan melangengkan kekuasaan partai nasional di daerah seperti Partai Golkar. Menurut Thamrin Ananda ada tiga persoalan pokok yang dihadapi rakyat Aceh saat ini. Pertama, masih adanya sisa-sisa militerisme dalam lapangan politik. Hal ini ditunjukan dengan keenganan militer dalam meninggalkan dunia politik. Kedua, masalah kapitalisme dengan intervensi modal asing. Penetrasi modal asing ditunjukan melalui politik bantuan asing pasca tsunami dengan konsep neoliberalisasi dalam prakteknya. Kemudian yang ketiga adalah masih adanya sisa-sisa feodalisme di lapangan bud Aceh, khususnya kaum perempuan dengan berbagai tradisi serta nilai-nilai kehidupan Aceh. ketiga hal inilah menurut Sekjen PRA ini telah melemahkan control public terhadap pemerintah. Dalam konsep pemikirannya untuk memperbaiki Aceh saat ini harus dilakukan transisi secara menyeluruh dalam tatanan masyarakat. Kepemimpinan di Aceh saat ini dianggap telah gagal dalam melakukan perubahan. Saatnya kaum muda yang kritis, cerdas dan progresif untuk memimpin Aceh. Konservatisme, militerisme dan feodalisme dalam berbagai sector kehidupan harus disingkirkan dari bumi Aceh. Aceh kedepan harus bebas dari segala penindasan dan intervensi baik di lapangan budaya, sosial, ekonomi dan politik. Untuk perlu dilakukan usaha untuk menuju suatu Aceh baru yang dicita-citakan. Nasionalisasi industri minyak, gas dan listrik serta sumberdaya alam lainnya. Membuka lapangannya Universitas Sumatera Utara kerja seluas-luasnya, investasi yang saling menguntungkan adalah suatu langkah awal perubahan Aceh. Kebijakan pemerintahan Aceh saat ini perlu ditinjau ulang. Seperti penerapan Syari’at Islam, pembuatan keputusan yang sentralistik, baik ditataran partai politik maupun pemerintah daerah. Pada hal otonomi khusus dan Undang-Undang Pemerintahan Aceh Nomor 11 Tahun 2006 telah diterapkan, tetapi ini hanya menjadi simbolisasi dan pengekangan terhadap kebebasan dalam pengelolaan dan hak azasi manusia. Selain itu modernisasi alat-alat pertanian sangat diperlukan untuk mendukung produktifitas menuju kemandirian ekonomi. Konsepsi pemikiran Thamrin Ananda dalam melakukan gerakan politik perubahan di Aceh banyak dipengaruhi oleh pemikiran negara-negara yang berideologi sosialis seperti Chili, Kuba dan Cina dalam gerakan sosialnya. i. Fenomena ini akan menjadi dinamika antara emerintah pusat dan pemerintah Aceh yang baru terbentuk, apalagi partai melepaskan dominasinya dari Aceh dan ini menjadi tantangan secara pribadi ia katakan bahwa banyak hal yang ia tidak sepakat dengan Layaknya seorang politisi partai, ia menrekonstruksi pemerintahan bersama dan menciptakan front sebagai pengontrol pemerintah untuk mencapai kesejahteraan dan kesetaraan ekonomi rakyat. Pudarnya dominasi Jakarta terhadap Aceh ditandai dengan menguatnya dominasi Amerika Serikat dan Eropa dalam berbagai sector mulai dari politik dan ekonomi pasca bencana tsunam p nasional tidak mau berat bagi pemerintah kedepan.

3. Tarmizi