politik lokal adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia yang berdomisili di Aceh secara sukarela atas dasar persamaan
kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan anggota DPRA DPRK, Gubernur dan
Wagub, serta bupatiwakil bupati dan walikotawakil walikota.
54
Berdasarkan Undang-Undang No.11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh yang khusus mengatur tentang Aceh bahwa, penduduk Aceh dapat
membentuk partai politik lokal oleh warga sekurang-kurangnya 50 warga negara Indonesia yang telah berusia 21 tahun dan telah berdomisili tetap di Aceh dengan
memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30 persen. Partai politik lokal adalah suatu organisasi politik yang didirikan atas persamaan cita-
cita, nilai, dan orientasi yang sama dalam lingkup kedaerahan. Partai lokal ini dibentuk sebagai wadah dalam menyerap dan menghimpun aspirasi masyarakat
daerah lokal sebagai partisipasi politik ditingkat daerah.
1.7.3. Gerakan Sosial Baru
Dalam kaitannya dengan fenomena Gerakan Sosial, kemudian dikenali istilah Gerakan Sosial Baru New Social Movement yang merupakan bentuk lain
dari Gerakan Sosial itu sendiri. Ciri menonjol gerakan sosial baru yang dianggap membedakannya dari gerakan sosial ’lama’ atau tradisional, dapat dilihat dalam
beberapa hal. Pertama, Ideologi dan Tujuan. Gerakan sosial baru GSB menanggalkan
orientasi ideologis yang kuat melekat pada gerakan sosial lama, sebagaimana sering terungkap dalam ungkapan-ungkapan ’anti-kapitalisme’, ’revolusi kelas’,
54
Peraturan Pemerintah Tentang Partai Politik Lokal Aceh Nomor 20 Tahun 2007, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
dan ’perjuangan kelas’. Gerakan sosial baru menepis semua asumsi Marxian bahwa semua perjuangan dan pengelompokan didasarkan atas konsep kelas.
Dengan penekanan pada isu-isu spesifik yang non-materialistik, gerakan sosial baru tampil sebagai perjuangan lintas kelas. GSB pada dasarnya merupakan
bentuk respon terhadap hadir dan menguatnya dua institusi yang menerobos masuk ke hampir semua relung kehidupan warga, yakni negara the state dan
pasar market. Karena itu, GSB membangkitkan isu ’pertahanan diri’ komunitas dan masyarakat untuk melawan ekspansi aparat negara dan pasar yang makin
meningkat. Ekspresi terjelasnya mewujud dalam lahirnya agen-agen yang memperjuangkan pengawasan dan kontrol sosial, kaum urban marginal, aktivis
lingkungan, kelompok anti otoritarian, kaum anti rasisme, dan juga para feminis. GSB melawan tata sosial dan kondisi yang didominasi oleh negara dan pasar dan
menyerukan sebuah kondisi yang lebih adil dan bermartabat.
55
Kedua, Taktik dan Pengorganisasian. Gerakan sosal baru umumnya tidak lagi mengikuti model pengorganisasian serikat buruh industri dan model politik
kepartaian. Gerakan sosial baru lebih memilih saluran di luar politik normal, menerapkan taktik yang mengganggu disruptive, dan memobilisasi opini publik
untuk mendapatkan daya tawar politik. Singkatnya, mereka menyerukan dan menciptakan struktur yang lebih responsif kepada kebutuhan-kebutuhan individu,
yakni struktur yang terbuka, terdesentralisasi.
56
Ketiga, Partisipan atau Aktor. Partisipan GSB berasal dari berbagai basis sosial yang melintasi kategori-kategori sosial seperti gender, pendidikan, okupasi
dan kelas. Mereka tidak terkotakkan pada penggolongan tertentu seperti kaum
55
Suharko, Gerakan Sosial, Malang, Averroes Press, 2006, hal. 80.
56
Suharko, Ibid., hal. 64.
Universitas Sumatera Utara
proletar, petani, dan buruh, sebagaimana aktor-aktor gerakan sosial lama yang biasanya melibatkan kaum marginal dan teralienasi. Para aktor GSB berjuang
melintasi sekat-sekat sosialnya demi kepentingan kemanusian. Dengan ciri-ciri tersebut di atas, gerakan sosial baru menampakkan wajah gerakan sosial yang
plural.
57
1.8. Metodologi Penelitian 1.8.1. Jenis Penelitian